Tidak hanya penuh dengan misteri yang belum bisa diungkapkan oleh para ilmuwan hingga saat ini, otak manusia pun memiliki berbagai keunikan yang bvelum banyak diketahui orang. Inilah keunikan tersebut:
Otak Pengkomsumsi Energi Terbesar
Walaupun hanya memiliki berat sebesar 2% dari semua berat badan kita, otak membutuhkan 15% dari keluaran jantung dan 20% dari total asupan oksigen ke dalam tubuh. Menariknya, walaupun otak sedang beristirahat, namun kebutuhan akan oksigen tetap ada. Oksigen disuplai oleh tiga arteri utama. Jika salah satunya tersumbat, maka kita akan terkena stroke. Toidak hanya itu, otak juga butuh tengkorak yang khusus dan berukuran besar jika dibandingkan dengan tengkorak lainnya.
Otak Tumbuh Sempurna di Usia 7 Tahun
Pada usia tujuh tahun, ukuran otak telah mencapai 95% ukuran otak orang dewasa. Sejak usia 2 tahun, energi yang dibutuhkan oleh otak sama dengan energi yang dibutuhkan pada orang dewasa. Otak pria juga lebih besar daripada otak wanita. Tapi, bukan berarti bahwa ada keuntungan tertentu bagi mereka yang punya otak lebih besar. Misalnya wanita mempunyai hippocampus yang lebih besar, yang ada kaitannya dengan bau dan ingatan, sementara pria, cenderung punya amygdala dan hypothalamus yang lebih besar, namun tidak diketahui efeknya.
Otak Tidak Merasa Sakit
Ada operasi yang dilakukan pada otak tanpa harus menggunakan bius. Otak ternyata tidak mempunyai reseptor sakit. Sementara itu sakit kepala bukan karena adanya rangsangan terhadap reseptor sakit di otak, tapi di selaput otak, yang disebut durameter, yang dipenuhi dengan reseptor rasa sakit, dan durameter inilah yang merasakan sakit pada saat kita pusing.
Berapa Persen Otak yang Digunakan?
Anggapan kita hanya menggunakan 10% otak sama sekali tidak benar. Berbagai teknik penjejakan otak menunjukkan bahwa sebagian besar otak tidak hanya diam. Berbagai aktifitas rumit yang ada akan menggunakan sebagian besar otak ini. Dengan mengamati efek trauma kepala, diperlihatkan juga bahwa tidak ada area dalam otak yang dapat menderita kerusakan tanpa adanya efek. Kerusakan sekecil apapun, efeknya akan besar, jadi dengan kata lain, sebenarnya kita menggunakan sebagian besar otak kita, bahkan mungkin semuanya.
Sel Otak Beregenerasi
Mitos yang berkembang selama beberapa abad terakhir menunjukkan bahwa sel otak tidak beregenerasi. Tapi, selama satu dekade belakangan, diketahui bahwa sel otak dapat dan bisa dibantu untuk memperbaiki diri sendiri
Berbagai Potensi Daya Pikir
Teori probabilitas kejadian
Probabilitas merupakan angka kemungkinan yang memiliki rentang nilai dari 0 – 1. Semakin probabilitas mendekati 1 maka dikatakan semakin mungkin sesuatu pasti terjadi. Begitu pula sebaliknya. Para ahli probabilitas membagi daerah kemungkinan dalam dua wilayah besar yaitu :
Kurang dari 0.5 = tidak mungkin terjadi
Di atas 0.5 = mungkin terjadi
0.5 = batas ambang antara tidak mungkin dan mungkin
Jadi, bisa dikatakan bahwa orang-orang yang “bermain” di wilayah probabilitas di atas 0.5 adalah orang-orang yang lebih mengandalkan logika. Sedangkan yang sebaliknya, adalah orang-orang yang lebih mengandalkan naluri. Bagaimana dengan yang “bermain” di wilayah batas ambang ? Ini barangkali yang dikatakan “orang bingung, ragu, dll” ……
Probabilitas di atas 0.5
Konon, manusia yang memiliki struktur otak kanan yang lebih besar dari otak kirinya, akan memiliki kemampuan logika yang (semestinya…) luar biasa. Artinya, kemampuan cara berpikirnya lebih banyak dipengaruhi oleh gejala-gejala alam yang bersifat logis dan pasti. Sedangkan gejala-gejala alam yang bersifat ketidakpastian, mungkin dan tidak mungkin, biasanya dinomor-duakan. Khususnya gejala-gejala yang bersifat kemungkinan, biasanya masih digunakan selama memiliki tingkat probabilitas yang mendekati kepastian (di atas 0.5).
Potensi positif dari wilayah ini :
Cara berpikir yang logis, rasionalis, praktis, dengan didukung oleh data dan informasi yang (biasanya dan seharusnya) valid dan uptodate.
Lebih percaya diri dalam menghadapi hidup di dunia.
Tidak gampang menyerah dalam menghadapi masalah.
Potensi negatif dari wilayah ini :
Tidak mudah menerima hal-hal yang bersifat tidak logis, irrasional, non-praktis. Padahal pada kenyataannya di dunia ini hal-hal seperti di atas tidak dapat dihindari.
Sikap percaya diri yang berlebihan dapat menimbulkan sifat sombong, arogan, ambisius.
Kekuatan logika yang dijadikan pedoman, pada level tertentu akan menjadi “keyakinan”, “way of life”, atau bahkan “agama” baru bagi dirinya.
Pada saat menghadapi masalah yang sarat dengan gejala-gejala irrasional dan tidak logis, biasanya akan menghadapi “pertarungan hebat” di dalam dirinya. Bila hal ini berlanjut pada level tertentu akan berakibat fatal bagi dirinya.
Probabilitas di bawah 0.5
Konon, manusia yang memiliki struktur otak kiri yang lebih besar dari otak kanannya, akan memiliki naluri yang (semestinya…) luar biasa. Artinya, kemampuan cara berpikirnya lebih banyak dipengaruhi oleh gejala-gejala alam yang bersifat irrasional dan ketidakpastian. Sedangkan gejala-gejala alam yang bersifat logis dan pasti, biasanya dinomor-duakan. Gejala-gejala alam yang bersifat logis dan pasti akan dianggap sesuatu yang tidak perlu dipikirkan (idealnya….), karena sudah pasti.
Potensi positif dari wilayah ini :
Lebih menganggap hal biasa untuk gejala-gejala alam yang pasti. Artinya, tidak akan menjadi beban pikiran.
Sikap percaya diri yang timbul biasanya dipicu oleh “keyakinan” akan “sesuatu”. Keyakinan di sini lebih diartikan pada “way of life” atau agama/kepercayaan.
Setiap menghadapi masalah, selalu berpedoman pada adanya “kekuatan lain” yang akan selalu menyertainya.
Potensi negatif dari wilayah ini :
Terlalu menggampangkan gejala-gejala yang bersifat logis dan pasti, dapat berakibat pada “malas berpikir”.
Sikap percaya diri yang timbul dari “keyakinan” akan “sesuatu” yang tidak proporsional dapat mengakibatkan pola pikir yang selalu mengarah pada hal-hal yang bersifat klenik, mistik, dan sejenisnya.
Bergantungnya diri pada hal-hal yang irrasional yang berlebihan dapat menyebabkan pola pikir yang mengarah ke hal-hal yang bersifat prasangka (dugaan semata). Apalagi yang mengarah pada prasangka buruk.
Batas ambang 0.5
Orang-orang yang berada pada batas ambang ini sudah pasti tidak memiliki satupun potensi kebaikan. Segala hal selalu ditimbang dan dipikirkan dalam wilayah yang “mengambang”.
Wilayah Optimal
Orang-orang yang mampu berada pada seluruh rentang daerah probabilitas seperti di atas adalah orang-orang yang telah berhasil mengoptimalkan“daya pikir”-nya.
Beberapa kemampuan yang timbul dari wilayah optimal (yang menurut orang biasa adalah tidak lazim) adalah sebagai berikut :
Hipnotist. Yaitu orang yang mampu mempengaruhi orang lain. Pembangkitan potensi otak kanan yang di “rangsang” oleh potensi otak kiri dalam skala prosentasi tertentu akan mampu menimbulkan energi di sekitar otak yang pada saat-saat tertentu dapat dipancarkan melalui mata atau dahi pada target yang akan dipengaruhi.
Magnetist. Yaitu orang yang mampu mempengaruhi orang lain melalui media sentuhan kulit. Seperti pada no. 1), bila energi yang terbangkitkan di otak, dengan disertai pembangkitan sumber energi lain pada tubuh (akan dibahas khusus di artikel berikutnya….), yang kemudian ditransfer melalui pori-pori kulit dengan media “bioplasmik” maka akan mampu mempengaruhi bahkan “memanipulasi” keadaan orang lain.
Telepathist. Yaitu orang yang mampu mempengaruhi orang lain secara jarak jauh. Seperti pada no. 1). dan 2). bila energi yang terbangkitkan cukup besar maka tidak menutup kemungkinan untuk melakukan transfer energi melalui udara alam sekitar. Biasanya, telepathist telah mampu membangkitkan wilayah potensi energi yang disebut dengan “daya cipta”. Wilayah energi daya cipta inilah yang bila tersalah dalam membangkitkan dan menggunakannya akan menjadi potensi energi prasangka.
Tele-kinesyst. Yaitu orang yang mampu menggerakkan sesuatu secara jarak jauh. Seperti pada no.3). bila wilayah potensi energi daya cipta telah mampu dibangkitkan pada level tertentu maka bukan tidak mungkin seseorang akan mampu menggerakkan sesuatu dari jarak jauh. Contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari pada saat terjadi kebakaran bisa saja seseorang mampu mengangkat kulkas sendirian.Hal ini oleh karena kondisi kritis yang memaksa dirinya membangkitkan wilayah potensi energi daya cipta untuk “bisa” mengangkat kulkas. Memang sepertinya kulkas disentuh tangan. Padahal sesungguhnya energi daya cipta yang keluar dari dirinya melalui seluruh tubuhnyalah yang “mengangkat” kulkas tersebut.
Illusionist. Yaitu orang yang mampu menciptakan ilusi/tipuan mata pada orang lain. Sesungguhnya illusionist adalah pengembangan dari kemampuan seperti yang telah diuraikan di atas, dengan skala prosentasi penggunaan wilayah potensi energi yang berbeda.
Mentalist. Yaitu orang mampu menggunakan kekuatan mental/jiwa-nya untuk melakukan sesuatu yang menurut orang lain tidak lazim. Dalam hal ini orang dimaksud telah mampu menyeimbangkan kekuatan naluri dan logikanya pada level tertentu.
Supra-naturalist. Yaitu orang mampu melakukan hal-hal irrasional bagi orang awam. Orang seperti ini sesungguhnya telah mengkhususkan dirinya untuk membangkitkan kekuatan nalurinya pada level yang tertentu hingga mampu menembus dinding pembatas antara dunia rasional dan dunia irrasional.
Multi-dimentionalist. Istilah ini jarang sekali dipakai. Yaitu orang yang telah mengoptimalkan dirinya hingga mampu berdiri di ruang multi-dimensi dalam waktu yang bersamaan. Biasanya, kemampuan ini hanya dimiliki oleh tokoh-tokoh suci agama.
Catatan kecil
Terkadang, antar potensi di atas dapat bercampur secara acak pada satu orang, tergantung bagaimana orang tersebut mengembangkan dirinya.
Banyak orang di dunia ini tidak menyadari potensi dirinya, sehingga di kesehariannya bisa saja dia dapat berlaku menjadi salah satu dari tujuh jenis wilayah optimal di atas, walau sesaat, jarang, ataupun terjadi secara berkala.
Maka bodohlah diri sendiri bila terkecoh pada fenomena yang ditampakkan dengan sengaja oleh orang-orang yang berkemampuan seperti di atas.
Source :cesarzc.//uniknya-otak-manusia/
endsTidak hanya penuh dengan misteri yang belum bisa diungkapkan oleh para ilmuwan hingga saat ini, otak manusia pun memiliki berbagai keunikan yang bvelum banyak diketahui orang. Inilah keunikan tersebut:
Otak Pengkomsumsi Energi Terbesar
Walaupun hanya memiliki berat sebesar 2% dari semua berat badan kita, otak membutuhkan 15% dari keluaran jantung dan 20% dari total asupan oksigen ke dalam tubuh. Menariknya, walaupun otak sedang beristirahat, namun kebutuhan akan oksigen tetap ada. Oksigen disuplai oleh tiga arteri utama. Jika salah satunya tersumbat, maka kita akan terkena stroke. Toidak hanya itu, otak juga butuh tengkorak yang khusus dan berukuran besar jika dibandingkan dengan tengkorak lainnya.
Otak Tumbuh Sempurna di Usia 7 Tahun
Pada usia tujuh tahun, ukuran otak telah mencapai 95% ukuran otak orang dewasa. Sejak usia 2 tahun, energi yang dibutuhkan oleh otak sama dengan energi yang dibutuhkan pada orang dewasa. Otak pria juga lebih besar daripada otak wanita. Tapi, bukan berarti bahwa ada keuntungan tertentu bagi mereka yang punya otak lebih besar. Misalnya wanita mempunyai hippocampus yang lebih besar, yang ada kaitannya dengan bau dan ingatan, sementara pria, cenderung punya amygdala dan hypothalamus yang lebih besar, namun tidak diketahui efeknya.
Otak Tidak Merasa Sakit
Ada operasi yang dilakukan pada otak tanpa harus menggunakan bius. Otak ternyata tidak mempunyai reseptor sakit. Sementara itu sakit kepala bukan karena adanya rangsangan terhadap reseptor sakit di otak, tapi di selaput otak, yang disebut durameter, yang dipenuhi dengan reseptor rasa sakit, dan durameter inilah yang merasakan sakit pada saat kita pusing.
Berapa Persen Otak yang Digunakan?
Anggapan kita hanya menggunakan 10% otak sama sekali tidak benar. Berbagai teknik penjejakan otak menunjukkan bahwa sebagian besar otak tidak hanya diam. Berbagai aktifitas rumit yang ada akan menggunakan sebagian besar otak ini. Dengan mengamati efek trauma kepala, diperlihatkan juga bahwa tidak ada area dalam otak yang dapat menderita kerusakan tanpa adanya efek. Kerusakan sekecil apapun, efeknya akan besar, jadi dengan kata lain, sebenarnya kita menggunakan sebagian besar otak kita, bahkan mungkin semuanya.
Sel Otak Beregenerasi
Mitos yang berkembang selama beberapa abad terakhir menunjukkan bahwa sel otak tidak beregenerasi. Tapi, selama satu dekade belakangan, diketahui bahwa sel otak dapat dan bisa dibantu untuk memperbaiki diri sendiri
Berbagai Potensi Daya Pikir
Teori probabilitas kejadian
Probabilitas merupakan angka kemungkinan yang memiliki rentang nilai dari 0 – 1. Semakin probabilitas mendekati 1 maka dikatakan semakin mungkin sesuatu pasti terjadi. Begitu pula sebaliknya. Para ahli probabilitas membagi daerah kemungkinan dalam dua wilayah besar yaitu :
Kurang dari 0.5 = tidak mungkin terjadi
Di atas 0.5 = mungkin terjadi
0.5 = batas ambang antara tidak mungkin dan mungkin
Jadi, bisa dikatakan bahwa orang-orang yang “bermain” di wilayah probabilitas di atas 0.5 adalah orang-orang yang lebih mengandalkan logika. Sedangkan yang sebaliknya, adalah orang-orang yang lebih mengandalkan naluri. Bagaimana dengan yang “bermain” di wilayah batas ambang ? Ini barangkali yang dikatakan “orang bingung, ragu, dll” ……
Probabilitas di atas 0.5
Konon, manusia yang memiliki struktur otak kanan yang lebih besar dari otak kirinya, akan memiliki kemampuan logika yang (semestinya…) luar biasa. Artinya, kemampuan cara berpikirnya lebih banyak dipengaruhi oleh gejala-gejala alam yang bersifat logis dan pasti. Sedangkan gejala-gejala alam yang bersifat ketidakpastian, mungkin dan tidak mungkin, biasanya dinomor-duakan. Khususnya gejala-gejala yang bersifat kemungkinan, biasanya masih digunakan selama memiliki tingkat probabilitas yang mendekati kepastian (di atas 0.5).
Potensi positif dari wilayah ini :
Cara berpikir yang logis, rasionalis, praktis, dengan didukung oleh data dan informasi yang (biasanya dan seharusnya) valid dan uptodate.
Lebih percaya diri dalam menghadapi hidup di dunia.
Tidak gampang menyerah dalam menghadapi masalah.
Potensi negatif dari wilayah ini :
Tidak mudah menerima hal-hal yang bersifat tidak logis, irrasional, non-praktis. Padahal pada kenyataannya di dunia ini hal-hal seperti di atas tidak dapat dihindari.
Sikap percaya diri yang berlebihan dapat menimbulkan sifat sombong, arogan, ambisius.
Kekuatan logika yang dijadikan pedoman, pada level tertentu akan menjadi “keyakinan”, “way of life”, atau bahkan “agama” baru bagi dirinya.
Pada saat menghadapi masalah yang sarat dengan gejala-gejala irrasional dan tidak logis, biasanya akan menghadapi “pertarungan hebat” di dalam dirinya. Bila hal ini berlanjut pada level tertentu akan berakibat fatal bagi dirinya.
Probabilitas di bawah 0.5
Konon, manusia yang memiliki struktur otak kiri yang lebih besar dari otak kanannya, akan memiliki naluri yang (semestinya…) luar biasa. Artinya, kemampuan cara berpikirnya lebih banyak dipengaruhi oleh gejala-gejala alam yang bersifat irrasional dan ketidakpastian. Sedangkan gejala-gejala alam yang bersifat logis dan pasti, biasanya dinomor-duakan. Gejala-gejala alam yang bersifat logis dan pasti akan dianggap sesuatu yang tidak perlu dipikirkan (idealnya….), karena sudah pasti.
Potensi positif dari wilayah ini :
Lebih menganggap hal biasa untuk gejala-gejala alam yang pasti. Artinya, tidak akan menjadi beban pikiran.
Sikap percaya diri yang timbul biasanya dipicu oleh “keyakinan” akan “sesuatu”. Keyakinan di sini lebih diartikan pada “way of life” atau agama/kepercayaan.
Setiap menghadapi masalah, selalu berpedoman pada adanya “kekuatan lain” yang akan selalu menyertainya.
Potensi negatif dari wilayah ini :
Terlalu menggampangkan gejala-gejala yang bersifat logis dan pasti, dapat berakibat pada “malas berpikir”.
Sikap percaya diri yang timbul dari “keyakinan” akan “sesuatu” yang tidak proporsional dapat mengakibatkan pola pikir yang selalu mengarah pada hal-hal yang bersifat klenik, mistik, dan sejenisnya.
Bergantungnya diri pada hal-hal yang irrasional yang berlebihan dapat menyebabkan pola pikir yang mengarah ke hal-hal yang bersifat prasangka (dugaan semata). Apalagi yang mengarah pada prasangka buruk.
Batas ambang 0.5
Orang-orang yang berada pada batas ambang ini sudah pasti tidak memiliki satupun potensi kebaikan. Segala hal selalu ditimbang dan dipikirkan dalam wilayah yang “mengambang”.
Wilayah Optimal
Orang-orang yang mampu berada pada seluruh rentang daerah probabilitas seperti di atas adalah orang-orang yang telah berhasil mengoptimalkan“daya pikir”-nya.
Beberapa kemampuan yang timbul dari wilayah optimal (yang menurut orang biasa adalah tidak lazim) adalah sebagai berikut :
Hipnotist. Yaitu orang yang mampu mempengaruhi orang lain. Pembangkitan potensi otak kanan yang di “rangsang” oleh potensi otak kiri dalam skala prosentasi tertentu akan mampu menimbulkan energi di sekitar otak yang pada saat-saat tertentu dapat dipancarkan melalui mata atau dahi pada target yang akan dipengaruhi.
Magnetist. Yaitu orang yang mampu mempengaruhi orang lain melalui media sentuhan kulit. Seperti pada no. 1), bila energi yang terbangkitkan di otak, dengan disertai pembangkitan sumber energi lain pada tubuh (akan dibahas khusus di artikel berikutnya….), yang kemudian ditransfer melalui pori-pori kulit dengan media “bioplasmik” maka akan mampu mempengaruhi bahkan “memanipulasi” keadaan orang lain.
Telepathist. Yaitu orang yang mampu mempengaruhi orang lain secara jarak jauh. Seperti pada no. 1). dan 2). bila energi yang terbangkitkan cukup besar maka tidak menutup kemungkinan untuk melakukan transfer energi melalui udara alam sekitar. Biasanya, telepathist telah mampu membangkitkan wilayah potensi energi yang disebut dengan “daya cipta”. Wilayah energi daya cipta inilah yang bila tersalah dalam membangkitkan dan menggunakannya akan menjadi potensi energi prasangka.
Tele-kinesyst. Yaitu orang yang mampu menggerakkan sesuatu secara jarak jauh. Seperti pada no.3). bila wilayah potensi energi daya cipta telah mampu dibangkitkan pada level tertentu maka bukan tidak mungkin seseorang akan mampu menggerakkan sesuatu dari jarak jauh. Contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari pada saat terjadi kebakaran bisa saja seseorang mampu mengangkat kulkas sendirian.Hal ini oleh karena kondisi kritis yang memaksa dirinya membangkitkan wilayah potensi energi daya cipta untuk “bisa” mengangkat kulkas. Memang sepertinya kulkas disentuh tangan. Padahal sesungguhnya energi daya cipta yang keluar dari dirinya melalui seluruh tubuhnyalah yang “mengangkat” kulkas tersebut.
Illusionist. Yaitu orang yang mampu menciptakan ilusi/tipuan mata pada orang lain. Sesungguhnya illusionist adalah pengembangan dari kemampuan seperti yang telah diuraikan di atas, dengan skala prosentasi penggunaan wilayah potensi energi yang berbeda.
Mentalist. Yaitu orang mampu menggunakan kekuatan mental/jiwa-nya untuk melakukan sesuatu yang menurut orang lain tidak lazim. Dalam hal ini orang dimaksud telah mampu menyeimbangkan kekuatan naluri dan logikanya pada level tertentu.
Supra-naturalist. Yaitu orang mampu melakukan hal-hal irrasional bagi orang awam. Orang seperti ini sesungguhnya telah mengkhususkan dirinya untuk membangkitkan kekuatan nalurinya pada level yang tertentu hingga mampu menembus dinding pembatas antara dunia rasional dan dunia irrasional.
Multi-dimentionalist. Istilah ini jarang sekali dipakai. Yaitu orang yang telah mengoptimalkan dirinya hingga mampu berdiri di ruang multi-dimensi dalam waktu yang bersamaan. Biasanya, kemampuan ini hanya dimiliki oleh tokoh-tokoh suci agama.
Catatan kecil
Terkadang, antar potensi di atas dapat bercampur secara acak pada satu orang, tergantung bagaimana orang tersebut mengembangkan dirinya.
Banyak orang di dunia ini tidak menyadari potensi dirinya, sehingga di kesehariannya bisa saja dia dapat berlaku menjadi salah satu dari tujuh jenis wilayah optimal di atas, walau sesaat, jarang, ataupun terjadi secara berkala.
Maka bodohlah diri sendiri bila terkecoh pada fenomena yang ditampakkan dengan sengaja oleh orang-orang yang berkemampuan seperti di atas.
Source :cesarzc.//uniknya-otak-manusia/
ends
Sabtu, 02 Januari 2010
Jumat, 01 Januari 2010
DUNIA SINYAL - SINYAL ELEKTRIS
Semua Informasi yang kita miliki tentang dunia tempat kita hidup disampaikan kepada kita melalui lima indra kita. Dunia yang kita ketahui terdiri dari apa yang dilihat mata, diraba tangan, dicium hidung, dikecap lidah, dan didengar telinga kita. Kita tidak pernah berpikir bahwa dunia “luar” mungkin berbeda dengan apa yang disampaikan indra kepada kita, karena kita telah bergantung hanya kepada lima indra tersebut sejak lahir.
Akan tetapi, penelitian modern dalam berbagai bidang ilmu menunjukkan pemahaman sangat berbeda dan menimbulkan keraguan serius tentang indra kita serta dunia yang kita pahami dengannya.
Titik awal pendekatan ini adalah bahwa gagasan “dunia luar” yang terbentuk dalam otak kita hanya sebuah respon yang diciptakan oleh sinyal-sinyal elektris. Merahnya apel, kerasnya kayu, bahkan ibu, ayah, keluarga Anda dan segala sesuatu yang Anda miliki, rumah, pekerjaan, kalimat-kalimat dalam buku ini, hanya terdiri dari sinyal-sinyal elektris.
Frederick Vester menjelaskan apa yang telah dicapai ilmu pengetahuan tentang subjek ini :
Pernyataan-pernyataan beberapa ilmuwan bahwa “manusia adalah sebuah citra, segala sesuatu yang dialaminya bersifat sementara dan menipu, dan alam semesta ini adalah bayangan”, tampaknya dibuktikan oleh ilmu pengetahuan mutakhir.
Filsuf terkemuka George Berkeley mengomentari permasalahan ini sebagai berikut :
Kita mempercayai keberadaan objek-objek hanya karena kita melihat dan menyentuhnya, dan objek-objek ini direfleksikan kepada kita oleh persepsi kita. Akan tetapi, persepsi kita hanyalah ide-ide di dalam otak.
Oleh karena itu, objek yang kita tangkap dengan persepsi tidak lain hanya ide-ide, dan ide-ide ini pada dasarnya hanya ada di dalam pikiran kita sendiri… karena semua ini hanya ada di dalam pikiran, berarti kita telah tertipu ketika membayangkan bahwa alam semesta dan segala sesuatu memiliki eksistensi di luar pikiran kita. Jadi tidak ada sesuatu pun di sekeliling kita yang memiliki eksistensi di luar pikiran kita.
Untuk memperjelas permasalahan ini, mari kita pikirkan indra penglihatan kita, yang memberikan informasi paling luas tentang dunia luar.
Bagaimana kita melihat, mendengar dan mengecap?
Proses penglihatan terjadi melalui cara yang sangat canggih. Paket-paket cahaya (foton) yang melintas dari objek ke mata melewati lensa di bagian depan mata. Paket-paket cahaya ini terpecah-pecah dan jatuh terbalik pada retina di bagian belakang mata. Di sini, cahaya tersebut diubah menjadi sinyal-sinyal elektris, kemudian dikirimkan oleh sel-sel saraf ke bintik kecil yang disebut pusat penglihatan di bagian belakang otak. Sinyal listrik ini diterjemahkan sebagai sebuah citra setelah melalui serangkaian proses. Tindakan melihat sebenarnya terjadi dalam bintik kecil ini, yang merupakan tempat gelap pekat dan terisolasi total dari cahaya.
Sekarang, marilah kita kaji kembali proses yang tampaknya biasa dan tidak istimewa ini. Saat kita mengatakan “kita melihat”, sebenarnya kita melihat efek impuls yang mencapai mata dan muncul di dalam otak setelah cahaya diubah menjadi sinyal listrik. Jadi ketika kita mengatakan “kita melihat” sebenarnya kita sedang mengamati sinyal-sinyal elektris di dalam otak kita.
Semua citra yang kita lihat dalam kehidupan dibentuk di dalam pusat penglihatan, yang hanya beberapa kubik sentimeter dari keseluruhan volume otak. Baik buku yang sedang Anda baca maupun dataran tanpa batas yang Anda lihat ketika menatap cakrawala tercakup dalam ruangan kecil ini. Hal lain yang harus diingat adalah bahwa otak terisolasi dari cahaya, di dalamnya benar-benar gelap. Tidak ada kontak antara otak dengan cahaya itu sendiri.
Kita dapat menjelaskan situasi menarik ini dengan sebuah contoh. Andaikan ada sebuah lilin menyala di depan kita. Kita bisa duduk di depan lilin tersebut dan memperhatikannya untuk beberapa lama. Selama itu otak kita tidak bersentuhan langsung dengan cahaya lilin. Bahkan ketika kita melihat cahaya lilin, bagian dalam otak kita gelap gulita. Kita melihat dunia yang berwarna-warni dan cerah di dalam otak kita yang gelap.
R.L. Gregory memberikan penjelasan berikut tentang aspek menakjubkan dari melihat, suatu kegiatan yang kita anggap biasa:
Kita begitu terbiasa dengan melihat sehingga diperlukan lompatan imajinasi untuk menyadari bahwa terdapat kerumitan di balik ini. Tetapi cobalah pikirkan hal ini. Mata kita diberi citra kecil dan terbalik, dan kita melihat benda-benda nyata di sekitar kita. Dari pola simulasi pada retina mata inilah kita memahami dunia benda, dan ini adalah suatu keajaiban.
Proses mendengar terjadi dengan cara yang sama. Telinga luar menangkap suara melalui daun telinga dan membawanya ke telinga bagian tengah; telinga bagian tengah meneruskan dan memperkuat
getaran suara ini ke telinga bagian dalam; telinga bagian dalam mengubah getaran suara ini menjadi sinyal-sinyal elektris dan mengirimkannya ke otak. Seperti halnya mata, tindakan mendengar berakhir di pusat pendengaran dalam otak. Otak kita terisolasi dari suara seperti halnya terisolasi dari cahaya. Oleh karena itu, bagaimanapun gaduhnya di luar, bagian dalam otak sunyi senyap.
Meskipun demikian, suara paling lemah pun bisa ditangkap dalam otak. Proses ini sangat presisi sehingga telinga orang sehat mampu mendengarkan suara apa pun tanpa gangguan atau interfensi asmosferik. Dalam otak yang terisolasi dari suara, Anda menangkap simfoni orkestra, kebisingan di tempat ramai dan semua jenis suara dalam rentang frekuensi yang lebar mulai dari desir dedaunan hingga deru pesawat jet. Namun jika pada saat itu tingkat suara dalam otak Anda diukur dengan suatu peralatan sensitive, akan didapati bahwa di dalam otak sepenuhnya sunyi.
Persepsi kita tentang aroma terbentuk dengan cara yang sama. Molekul-molekul ‘volatil’ (mudah menguap) yang dikeluarkan benda seperti vanilla atau mawar mencapai reseptor (sensor penerima) berupa rambut-rambut lembut di daerah epitel hidung sehingga terjadilah interaksi. Interaksi ini disampaikan ke otak sebagai sinyal elektris dan dipahami sebagai aroma. Segala sesuatu yang kita cium, baik yang enak maupun tidak, pada hakikatnya adalah pemahaman otak terhadap interaksi molekul-molekul volatil yang diubah ke dalam sinyalsinyal elektris. Anda menangkap bau parfum, bunga, makanan kegemaran, laut atau aroma lain yang Anda suka ataupun tidak, di dalam otak Anda. Molekul-molekul itu sendiri tidak pernah menyentuh otak. Jadi sama dengan pendengaran dan penglihatan, yang sampai ke otak Anda hanya sinyal-sinyal listrik. Dengan kata lain, semua aroma yang sejak lahir Anda anggap berasal dari objek-objek luar, sebenarnya hanya sinyal-sinyal elektris yang Anda rasakan melalui indra.
Demikian pula dengan empat macam reseptor kimiawi di bagian depan lidah manusia. Sensor-sensor ini menangkap rasa asin, manis, asam dan pahit. Setelah serangkaian proses kimia, sensor-sensor rasa mengubah persepsi rasa ini ke dalam sinyal elektris dan mengirimkannya ke otak. Sinyal-sinyal ini dipahami sebagai rasa oleh otak. Rasa yang Anda peroleh ketika Anda memakan coklat atau buah yang Anda suka merupakan interpretasi sinyal-sinyal elektris oleh otak. Anda tidak akan pernah dapat menjangkau objek di luar tersebut; Anda tidak pernah dapat melihat, mencium atau merasakan coklat itu sendiri. Sebagai contoh, jika saraf pengecap yang terhubung ke otak dipotong, apapun yang Anda makan tidak akan sampai pada otak; Anda akan kehilangan kemampuan mengecap.
Sampai di sini, kita mendapati fakta lain : kita tidak pernah bisa yakin bahwa apa yang kita rasakan ketika kita mengecap makanan adalah sama dengan apa yang orang lain rasakan ketika dia mengecap makanan yang sama, atau apa yang kita tangkap ketika kita mendengar bunyi adalah sama dengan apa yang ditangkap orang lain ketika dia mendengar bunyi yang sama. Terhadap fakta ini, Lincoln Barnett mengatakan bahwa tidak seorang pun dapat mengetahui apakah orang lain melihat warna merah atau mendengar nada C sama dengan yang dilihat dan didengarnya.
Indra peraba kita tidak berbeda dengan indra lainnya. Ketika kita meraba sebuah objek, semua informasi yang membantu kita mengenali dunia luar dan objek-objek dibawa ke otak oleh saraf pada kulit. Rasa sentuhan dibentuk dalam otak kita. Berlawanan dengan keyakinan umum, kita merasakan sentuhan bukan di ujung jari atau kulit melainkan di pusat sentuh di dalam otak. Sebagai hasil tafsiran otak terhadap stimulan-stimulan elektris yang datang dari suatu objek, kita menangkap rasa yang berbeda dari objek-objek tersebut seperti keras atau lunak, panas atau dingin. Kita mendapatkan semua detail informasi yang membantu kita mengenali sebuah objek dari stimulan seperti ini. Dua filsuf terkenal, B. russel dan L. Wittgeinstein, mengungkapkan pemikiran mereka tentang fakta penting ini sebagai berikut :
Sebagai contoh, apakah sebuah jeruk benar-benar ada atau tidak dan bagaimana buah ini menjadi ada tidak bisa dipertanyakan dan diselidiki. Sebuah jeruk hanya terdiri dari rasa yang dikecap lidah, aroma yang dicium hidung, warna dan bentuk yang dilihat mata; dan hanya sifat-sifat inilah yang dapat dijadikan bahan pengujian dan penelitian. Ilmu pengetahuan tidak akan pernah tahu dunia fisik.
Tidak mungkin kita menjangkau dunia fisik. Semua objek di sekeliling kita adalah kumpulan persepsi dari penglihatan, pendengaran, dan sentuhan. Dengan mengolah data di pusat penglihatan dan di pusat-pusat sensoris lain, seumur hidup otak kita berhadapan bukan dengan materi “asli” yang ada di luar kita, melainkan dengan tiruan yang terbentuk di dalam otak. Pada titik inilah kita keliru mengasumsikan bahwa tiruan-tiruan ini adalah materi-materi sejati di luar kita.
Ketakutan Terbesar Materialis
Buku – Fakta-fakta yang mengungkap Hakikat Hidup karya Harun Yahya – ini mengungkapkan bahwa materi hanya suatu persepsi. Untuk sementara waktu, tidak ada serangan balik yang subtansial dari kalangan materialis Turki terhadap pemikiran-pemikiran yang diungkapkan di sini. Karenanya, kami mendapat kesan bahwa maksud kami belum mereka tangkap dengan jelas dan diperlukan penjelasan lebih lanjut. Akan tetapi, belum lama ini, terungkap bahwa materialis merasa gelisah atas kepopuleran pemikiran ini dan bahkan sangat takut padanya.
Materialis dengan gencar mengungkapkan ketakutan dan kepanikan mereka melalui berbagai terbitan, konferensi dan diskusi panel. Wacana mereka yang propagandis dan tanpa harapan menyiratkan bahwa mereka mengalami krisis intelektual yang hebat. Keruntuhan ilmiah teori evolusi, yang menjadi dasar keyakinan mereka, telah sangat mengejutkan mereka. sekarang mereka mulai menyadari bahwa mereka mulai kehilangan materi itu sendiri, inti keyakinan yang lebih penting daripada Darwinisme. Ini membuat mereka lebih terpukul. Mereka menyatakan bahwa selain merupakan “ancaman terbesar” bagi mereka, permasalahan ini juga “merusak struktur budaya mereka”.162
Salah seorang materialis yang menyatakan kepanikan dan kecemasan secara terang-terangan adalah Renan Pekunlu, akademisi dan penulis majalah Billim ve Utopya (Ilmu Pengetahuan dan Utopia). Dalam artikel majalah yang membela materialisme ini dan diskusi panel yang diikutinya, Renan Pekunlu menyatakan buku Keruntuhan Teori Evolusi (Evolution Deceit) sebagai “ancaman” nomor satu terhadap materialisme. Ia sudah cukup risau dengan bab-bab yang meruntuhkan Darwinisme, tetapi bagian yang Anda baca sekarang adalah bagian yang paling mengganggunya. Kepada para pembaca dan (hanya segelintir) peserta diskusinya, Pekunlu berpesan, “Jangan biarkan diri Anda hanyut dalam indoktrinasi idealisme dan jagalah keyakinan Anda pada materialisme”. Ia merujuk Vladimir I. Lenin163, pemimpin revolusi berdarah Rusia, sebagai panutan. Sambil menyarankan setiap orang membaca buku Lenin yang berjudul Materialism and Empirio-Criticism dan sudah berumur satu abad, Pekunlu hanya dapat mengulang kata-kata Lenin: “Jangan memikirkan persoalan ini, atau Anda akan kehilangan materialisme dan terhanyut dalam agama”. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya pada majalah Billim ve Utopya, Pekunlu mengutip pernyataan Lenin berikut :
Sekali Anda menolak realitas kebendaan, menyerah pada pengindraan, Anda telah kehilangan segala daya untuk melawan fiedisme164, karena Anda telah tergelincir kepada agnotisisme165 atau subjektivisme166 – hanya itu yang dibutuhkan fiedisme. Satu cakar saja terjerat, seekor burung tertangkap. Dan semua pengikut kita akan terjerat dalam idealisme, yaitu fiedisme yang tidak kentara; mereka terjerat segera setelah menganggap “pengindraan” bukan lagi suatu citra dunia luar tetapi “unsur” khusus. Pengindraan, pikiran, jiwa dan keinginan bukan seperti itu adanya.
Kata-kata ini secara eksplisit menunjukkan bahwa fakta yang menggusarkan Lenin dan ingin ia keluarkan dari pikirannya dan “kameradnya”; yang juga meresahkan materialis dewasa ini. Akan tetapi, Pekunlu dan materialis lain mengalami keadaan lebih menyusahkan; karena mereka sadar bahwa sekarang fakta ini dikemukakan dengan cara dan bentuk lebih eksplisit dan meyakinkan daripada 100 tahun lalu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, persoalan ini dijelaskan dengan cara yang tidak mungkin ditolak. Meski demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa sejumlah besar ilmuwan materialis tidak sungguh-sungguh menanggapi fakta bahwa “materi hanyalah persepsi”.
Persoalan yang dijelaskan dalam bab ini adalah salah satu persoalan penting dan menarik yang pernah dijumpai seseorang dalam hidupnya. Mereka pasti belum pernah menghadapi persoalan sepenting ini sebelumnya. Namun, reaksi ilmuwan-ilmuwan itu atau sikap mereka dalam ceramah dan artikel mereka mengisyaratkan betapa dangkalnya pemahaman mereka.
Reaksi sebagian materialis terhadap permasalahan yang didiskusikan di sini menunjukkan bahwa ketaatan buta terhadap materialisme telah merusak logika mereka, sehingga semakin sulit memahami persoalan ini. Sebagai contoh, Alaettin Senel, yang juga seorang akademisi dan penulis untuk Billim ve Utopya, berpesan seperti Rennan Pekunlu : “Lupakan keruntuhan Darwinisme, ancaman yang sesungguhnya adalah persoalan ini”. Dia juga membuat tuntutan seperti “Buktikan saja apa yang Anda katakan” karena merasa bahwa filsafatnya tidak berdasar. Yang lebih menarik adalah dalam salah satu tulisannya, ia menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak dapat memahami fakta yang dianggapnya sebagai ancaman ini.
Dalam sebuah artikel yang ditulis khusus membahas masalah ini, Senel menerima bahwa dunia luar ditangkap oleh otak sebagai sebuah citra. Akan tetapi, kemudian ia menyatakan bahwa citra terbagi menjadi dua jenis yaitu citra berkorelasi fisik dan citra yang tidak berkorelasi fisik, dan bahwa citra dunia luar termasuk ke dalam citra yang berkorelasi fisik. Untuk mendukung pernyataannya, ia memberikan “contoh telepon”. Ringkasnya, ia menulis: “Saya tidak tahu apakah citra dalam otak saya berkorelasi dengan dunia luar atau tidak, tetapi hal yang sama berlaku ketika saya berbicara di telepon. Ketika saya berbicara di telepon, saya tidak dapat melihat orang yang saya ajak bicara, tetapi saya dapat menginformasikan percakapan tersebut ketika saya bertemu langsung dengannya”.
Dengan pernyataan di atas, Senel sebenarnya bermaksud menyatakan : “Jika kita meragukan persepsi kita, kita dapat melihat pada materi itu sendiri dan memeriksa realitasnya”. Konsep ini jelas-jelas salah karena kita tidak mungkin menjangkau materi itu sendiri. Kita tidak dapat keluar dari pikiran kita dan mengetahui apakah “luar” itu. Apakah suara dalam telepon berkorelasi atau tidak, dapat dikonfirmasikan pada lawan bicara di telepon. Namun, konfirmasi ini juga hanya persepsi yang dialami otak kita.
Sebenarnya, orang-orang ini juga mengalami kejadian yang sama di dalam mimpi mereka. sebagai contoh, Senel dapat saja melihat dalam mimpinya bahwa ia berbicara di telepon dan kemudian meminta orang yang ia ajak bicara mengkonfirmasikan pembicaraan tersebut. Atau Pekunlu dalam mimpinya mengalami “ancaman serius” dan menyarankan orang-orang membaca buku-buku Lenin yang sudah kuno. Apa pun yang mereka lakukan, para materialis ini tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa kejadian-kejadian yang mereka alami dan orang-orang yang mereka ajak bicara di dalam mimpi hanyalah persepsi belaka.
Lalu siapakah seseorang yang dapat mengkonfirmasi bahwa citra di dalam otak berkorelasi atau tidak? Apakah kepada wujud bayangan di dalam otaknya lagi? Tak diragukan lagi, materialis mustahil menemukan sumber informasi yang dapat memberikan data mengenai keadaan di luar otak dan mengkonfirmasikannya.
Mengakui semua persepsi terbentuk di dalam otak, tetapi juga mengasumsikan bahwa seseorang dapat melangkah “keluar” dari otak dan mengkonfirmasikan persepsi ini pada dunia luar, menunjukkan kapasitas pemahaman yang terbatas dan penalaran yang terganggu.
Sebenarnya fakta yang dijelaskan di sini dapat dengan mudah ditangkap oleh orang dengan tingkat pemahaman dan penalaran normal. Setiap orang yang berpikiran lurus akan mengetahui, sehubungan dengan semua yang telah kita bicarakan, bahwa ia mustahil menguji keberadaan dunia luar dengan indranya. Namun, terlihat jelas bahwa ketaatan buta terhadap materialisme telah mengganggu penalaran manusia. Oleh karenanya, materialis kontemporer menunjukkan gangguan logika berat seperti guru-guru mereka yang mencoba “membuktikan” keberadaan materi dengan menendang batu atau memakan kue.
Seperti telah dikatakan sebelumnya pula, kondisi ini bukan sesuatu yang mengherankan; sebab ketidakmampuan memahami adalah sifat umum semua orang yang tidak beriman. Dalam Al-Qur’an, Allah secara khusus menyatakan bahwa mereka adalah “kaum yang tidak mau mempergunakan akal” (QS. Al- Maidah, 5: 58)
note:
162. Teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup di muka bumi tercipta sebagai akibat dari peristiwa kebetulan dan muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Teori ini bukanlah hukum ilmiah maupun fakta yang sudah terbukti. Di balik topeng ilmiahnya, teori ini adalah pandangan hidup materialis yang dijejalkan ke dalam masyarakat oleh kaum Darwinis. Dasar-dasar teori ini – yang telah digugurkan oleh bukti-bukti ilmiah di segala bidang – adalah cara-cara mempengaruhi dan propaganda, yang terdiri atas tipuan, kepalsuan, kontradiksi, kecurangan, dan ilusi permainan sulap.
Teori evolusi diajukan sebagai hipotesa rekaan di tengah konteks pemahaman ilmiah abad kesembilan belas yang masih terbelakang, yang hingga hari ini belum pernah didukung oleh percobaan atau penemuan ilmiah apa pun. Sebaliknya, semua metode yang bertujuan membuktikan keabsahan teori ini justru berakhir dengan pembuktian ketidakabsahannya.
Namun, bahkan sekarang, masih banyak orang beranggapan bahwa evolusi adalah fakta yang sudah terbukti kebenarannya – layaknya gaya tarik bumi atau hukum benda terapung. Sebab, seperti telah dinyatakan di muka, teori evolusi sesungguhnya sangatlah berbeda dari yang diterima masyarakat selama ini. Oleh sebab itu, pada umumnya orang tidak tahu betapa buruknya landasan berpijak teori ini; betapa teori ini sudah digagalkan oleh bukti ilmiah pada setiap langkahnya; dan betapa para evolusionis terus berupaya menghidupkan teori evolusi, walaupun teori ini sudah “menghadapi ajalnya”. Para evolusionis hanya mengandalkan hipotesa yang tak terbukti, pengamatan yang penuh prasangka dan tak sesuai kenyataan, gambar-gambar khayal, cara-cara yang mampu mempengaruhi kejiwaan, dusta yang tak terhitung jumlahnya, serta teknik-teknik sulap.
Kini, berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti paleontologi (cabang geologi yang mengkaji kehidupan pra-sejarah melalui fosil – penerj.), genetika, biokimia dan biologi molekuler telah membuktikan bahwa tak mungkin makhluk hidup tercipta akibat kebetulan atau muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Sel hidup, demikian dunia ilmiah sepakat, adalah struktur paling kompleks yang pernah ditemukan manusia. Ilmu pengetahuan modern mengungkapkan bahwa satu sel hidup saja memiliki struktur dan berbagai sistem rumit dan saling terkait, yang jauh lebih kompleks daripada sebuah kota besar. Struktur kompleks seperti ini hanya dapat berfungsi apabila masingmasing bagian penyusunnya muncul secara bersamaan dan dalam keadaan sudah berfungsi sepenuhnya. Jika tidak, struktur tersebut tidak akan berguna, dan semakin lama akan rusak dan musnah. Tak mungkin semua bagian penyusun sel itu berkembang secara kebetulan dalam jutaan tahun, seperti pernyataan teori evolusi. Oleh sebab itulah, rancangan yang begitu kompleks dari sebuah sel saja, sudah jelasjelas menunjukkan bahwa Tuhan-lah yang menciptakan makhluk hidup. (Keterangan lebih rinci dapat dibaca dalam buku Harun Yahya, Miracle in the Cell).
Akan tetapi, para pembela filsafat materialis tidak bersedia menerima fakta penciptaan karena beragam alasan ideologis. Hal ini disebabkan kemunculan dan perkembangan masyarakat yang hidup dengan berpedomankan akhlak mulia yang diajarkan agama yang sejati kepada ummat manusia melalui perintah dan larangan Tuhan bukanlah menjadi harapan kaum materialis ini. Masyarakat yang tumbuh tanpa nilai moral dan spiritual lebih disukai kalangan ini, sebab mereka dapat memanipulasi masyarakat yang demikian demi keuntungan duniawi mereka sendiri. Itulah sebabnya, kaum materialis mencoba terus memaksakan teori evolusi – yang berisi dusta bahwa manusia tidak diciptakan, tetapi muncul atas faktor kebetulan dan berevolusi dari jenis binatang – serta, dengan segala cara, berupaya mempertahankan teori evolusi agar tetap hidup. Kaum materialis meninggalkan akal sehat dan nalar, serta mempertahankan omong-kosong ini di setiap kesempatan, walaupun bukti ilmiah dengan jelas telah menghancurkan teori evolusi dan menegaskan fakta penciptaan.
Sumber : Runtuhnya Teori Evolusi karya Harun Yahya. –tambahan dari penyusun.
163. Dr. H. Agus Usmansyah Suryasoemirat dalam bukunya yang berjudul ’Membedah Isra Mi’raj Melalui Ilmu Astrofisika’, menulis : ”Suatu ketika, di dalam suatu majlis, Rasululloh SAW. di tengah-tengah para sahabat ditanya oleh seorang yang belum beriman/kafir/nonmuslim untuk menunjukkan mu’jizat yang bisa diperbuat oleh Rasulullah SAW. Padahal Rasululloh SAW. telah mengajarkan bahwa mu’jizat sudah berada di sekitar mereka, yaitu keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada bukan kita yang menciptakannya: mulai dari rasa haus, air minum, rasa lapar, kurma/makanan, daging kambing, domba bakar, kayu bakar, api, panas, pasir batu, bumi, udara, awan, meteor, bulan, matahari, bintang, galaksi, nova, supernova, jauh, dekat, jarak dan waktu dan semuanya ini telah diajarkan oleh Al-Qur’an, singkatnya Mu’jizat yang ditampilkan atau yang diberikan/dimiliki/diperbuat/diucapkan oleh Rasululloh SAW adalah antara lain kitab suci Al-Qur’an, yang di dalamnya diajarkan bahwa Tuhan Seru sekalian alam adalah Allah SWT. Yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Suci dan seterusnya.
Jawaban Rasululloh SAW. tersebut dapat diterima serta merta oleh para sahabat, tetapi tidak bisa diterima oleh orang belum beriman/orang kafir/non-muslim tersebut. Kita maklum bahwa tidak ada seorang Professor ahli fisika (dari dahulu sampai sekarang) yang dapat membuat sebutir elektron atau sebutir proton atau sebutir quark atau sebutir neutrino, atau sekedar membuat suatu ruang untuk tempat partikel-partikel tersebut (elektron, proton, quark, neutrino) dan lain-lain dari ketidakberadaan. Apatah lagi membuat sebuah molekul yang sederhana sekalipun seperti molekul air. Lebih-lebih atom dan molekul penyusun kehidupan seperti yang terdiri dari : C, H, O, N, S, P, Fe, Mg, Zn, Cu, dan lain-lain sampai ke asam amino dan DNA. Ini artinya para sahabat Nabi SAW. maklum dan meyakini benar bahwa hidupnya semata-mata karena Allah Ta’ala juga matinya semata-mata karena Allah Ta’ala juga ibadah dan shalatnya karena Allah SWT.
Jadi seandainya mereka (para Sahabat Nabi SAW.) ada di jaman sekarang dan menyaksikan sendiri kemajuan teknologi informasi (TV, komputer, ponsel, dan sebagainya), teknologi kedokteran (identifikasi DNA, bayi tabung, cloning, dan sebagainya), teknologi ruang angkasa, teknologi nuklir, astronomi dan astrofisika, dan sebagainya, mereka tidak akan heran karena sudah berbekal keimanan bahwa Allah SWT adalah Pencipta semuanya dan bersifat kulli syai’in qodir. Namun, orang kafir tersebut masih belum mau menerima mu’jizat ini. Dia menolak bahwa hidup, ibadah, mati dan lain-lainnya ada karena diciptakan oleh Allah SWT. Ini seperti faham komunisme (Marxisme dan Leninisme)”.
Sementara itu, Albert Einsten (pakar fisika yang dikenal jenius) pernah mengatakan bahwa siapapun yang memperhatikan alam semesta dengan seksama, akan tahu bahwa yang menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Bijak, dan dengan perhitungan. –tambahan dari penyusun.
164. Bersandar pada keyakinan semata, dengan mengabaikan filsafat ataupun penalaran ilmiah dalam masalah agama.
165. Keyakinan yang tidak mempedulikan ada atau tidaknya Tuhan.
166. Doktrin bahwa pengetahuan dibatasi oleh kesadaran diri dan keadaan sensorinya.
Materialis Terperosok dalam Perangkap Terbesar Sepanjang Sejarah
Di Turki, gelombang kepanikan yang melanda kalangan materialis, seperti beberapa contoh terdahulu, menunjukkan bahwa materialis menghadapi kekalahan telak yang belum pernah mereka hadapi sepanjang sejarah. Fakta bahwa materi hanyalah persepsi telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Fakta ini dikemukakan dengan sangat jelas, jujur dan kuat. Yang tersisa bagi materialis hanya keruntuhan seluruh dunia materi, dunia yang mereka percayai secara buta dan menjadi sandaran selama ini.
Sepanjang sejarah manusia, pemikiran materialis selalu hadir. Mereka menentang Allah yang menciptakan mereka karena sangat yakin pada diri sendiri dan filsafat yang mereka pegang. Skenario yang mereka rumuskan menyatakan bahwa materi tidak bermula dan tidak pula berakhir, dan semua materi tidak mungkin memiliki Pencipta. Mereka mengingkari Allah hanya karena kesombongan, dengan berlindung di balik materi yang mereka anggap memiliki keberadaan nyata. Mereka begitu meyakini filsafat ini sehingga menganggap tak mungkin ada penjelasan yang membuktikan sebaliknya.
Semua alasan di atas menjelaskan mengapa fakta-fakta yang disajikan dalam buku ini, yang berkaitan dengan sifat-sifat sejati materi, sangat mengejutkan mereka. penjelasan buku ini telah menghancurkan dasar filsafat mereka dan tak menyisakan apa pun untuk dibicarakan lagi. Materi, yang telah menjadi dasar pemikiran, kehidupan, kesombongan dan penolakan mereka, lenyap tiba-tiba. Bagaimana materialisme bisa bertahan jika materi tidak ada?
Salah satu kekuasaan Allah adalah rencana-NYA terhadap kaum yang tidak beriman. Hal ini dinyatakan dalam ayat “Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya” (QS. Al-Anfal, 8:30)
Allah menjebak materialis dengan membuat mereka berasumsi bahwa materi benar-benar ada, dan mempermalukan mereka dengan cara-NYA. Materialis beranggapan bahwa harta benda, status, jabatan, masyarakat lingkungan mereka, seluruh dunia dan lain-lainnya benar-benar ada, dan dengan mengandalkan semua itu mereka menjadi sombong terhadap Allah. Mereka menentang Allah dengan kesombongan yang melengkapi ketidakpercayaan mereka. mereka sepenuhnya bergantung pada materi. Akan tetapi, mereka benar-benar tidak memahami bahwa Allah meliputi segala sesuatu. Allah menyatakan akibat sikap keras kepala orang-orang yang tidak beriman ini:
“Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya.” (QS. At-Thur, 52: 42)
Barangkali inilah kekalahan terbesar sepanjang sejarah. Sementara materialis menjadi sombong atas kemauan sendiri, mereka mengobarkan peperangan terhadap Allah, dengan cara memunculkan sesuatu yang berlebih-lebihan untuk melawannya. Dalam hal ini mereka telah tertipu dan menderita kekalahan besar. Ayat “Dan demikianlah kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipudaya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya” menunjukkan ketidaksadaran orang-orang yang berperang melawan Pencipta mereka, dan apa kesudahan mereka (QS. Al-An’aam : 123). Dalam ayat lain, kenyatan tersebut diungkapkan sebagai berikut :
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak menyadarinya” (QS. Al-Baqarah, 2: 9)
Ketika orang-orang yang tidak beriman mencoba menyusun rencana, mereka tidak menyadari sebuah fakta penting sebagaimana ditekankan dengan kalimat “mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak menyadarinya” dalam ayat tersebut. Faktanya, segala sesuatu yang mereka alami adalah gambaran yang sengaja dirancang untuk mereka tangkap, dan seluruh rencana yang mereka susun hanyalah citra yang terbentuk di dalam otak mereka, seperti juga seluruh tindakan yang mereka lakukan. Kebodohan telah membuat mereka lupa bahwa tidak ada yang bersama mereka selain Allah, dan karenanya, mereka terjebak dalam rencana jahat mereka sendiri.
Sebagaimana kaum tidak beriman di zaman dahulu, kaum tidak beriman yang hidup sekarang jugamenghadapi kenyataan yang akan menghancurkan rencana jahat mereka sampai ke akar-akarnya. Dengan ayat “.. Sungguh tipu daya setan itu lemah” (QS. An-Nisa, 4: 76), Allah telah menyatakan bahwa rencanarencana tersebut ditakdirkan berakhir dengan kegagalan sejak perancangannya, dan memberikan kabar gembira kepada kaum beriman dengan ayat “… tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu167.” (QS. Ali Imran, 3: 120).
Dalam ayat lain Allah menyatakan: “Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah air yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu pun.” (QS. An-Nur, 24: 39). Begitu pula materialisme, menjadi “fatamorgana” bagi para pembangkang seperti yang disebutkan dalam ayat itu; ketika mereka menemukan jalan keluar, yang mereka dapati hanya ilusi. Allah telah menipu mereka dengan fatamorgana seperti itu, dan memperdaya mereka untuk menerima kumpulan citra ini sebagai suatu kenyataan. Semua orang “penting” tersebut; professor, ahli astronomi, ahli biologi, ahli fisika dan lain-lain, apa pun pangkat dan jabatan mereka, mereka telah tertipu seperti anak-anak, dan dipermalukan karena mereka mempertuhankan materi. Mereka membangun filsafat dan ideologi di atas asumsi bahwa kumpulan citra tersebut absolut. Mereka terlibat dalam pembicaraan serius dan menyebutnya wacana “intelektual”. Mereka menganggap diri mereka cukup bijaksana untuk menawarkan suatu argumentasi tentang kebenaran alam semesta, bahkan membantah Tuhan dengan kecerdasan mereka yang terbatas. Allah menjelaskan situasi ini :
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (QS. Ali Imran, 3: 54)
Bisa saja mereka lolos dari jebakan lain; tetapi rencana yang telah ditetapkan Allah untuk orang-orang tidak beriman begitu sempurna sehingga tidak ada jalan untuk meloloskan diri. Apa pun yang mereka lakukan atau kepada siapa pun mereka meminta pertolongan, mereka tidak akan pernah menemukan penolong selain Allah. Sebagaimana Allah katakan dalam Al-Qur’an, “.. mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain daripada Allah.” (Qs. An-Nisa, 4: 173)
Materialis tidak menyangka akan jatuh dalam perangkap seperti ini. Berbekal seluruh kecanggihan abad ke- 20, mereka mengira dapat bertahan dengan pengingkaran mereka dan mengajak orang lain untuk ingkar pula. Mentalitas abadi orang-orang tak beriman ini dan akhir nasib mereka digambarkan dalam al-Qur’an sebagai berikut :
“Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya168.” (QS. An-Naml, 27: 50-51)
Fakta yang disampaikan ayat ini berarti: materialis harus menyadari bahwa segala sesuatu yang mereka miliki hanya ilusi, dan karenanya semua itu telah dihancurkan. Saat mereka menyaksikan seluruh harta benda, pabrik, emas, uang, anak, suami/istri, teman, pangkat dan status, bahkan tubuh mereka, semua yang mereka anggap ada, terlepas dari genggaman, mereka telah “dihancurkan” seperti dinyatakan dalam surat An-Naml ayat 51. pada tahap ini mereka bukan lagi materi, tetapi jiwa.
Tidak diragukan lagi, menyadari kebenaran ini mungkin merupakan hal terburuk bagi materialis. Fakta bahwa segala sesuatu yang mereka miliki hanyalah ilusi, adalah sama dengan – menurut istilah mereka – “kematian sebelum ajal” di dunia ini.
Kenyataan ini membuat mereka harus sendirian menghadapi Allah. Melalui ayat “Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian”, Allah menyeru manusia agar sadar bahwa manusia sebenarnya sendirian di depan-NYA (QS. Al-Mudatsir, 74: 11). Fakta luar biasa ini diulang dalam beberapa ayat lain:
“Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana Kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu..” (QS. Al-An’am, 6:94)
“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” (QS. Maryam, 19:95)
Dengan kata lain, fakta yang disampaikan kedua ayat di atas mengandung arti: Mereka yang menjadikan materi sebagai tuhannya telah datang dari Allah dan akan kembali kepada-NYA. Mau atau tidak, mereka telah menyerahkan kehendak mereka kepada Allah. Sekarang mereka menunggu hari perhitungan di mana setiap orang akan dipanggil untuk diadili. Betapa pun mereka tidak berkeinginan untuk memahaminya
note :
167. Tipudaya dan perangkap setan untuk menghancurkan hidup manusia ada di mana-mana namun tipudaya dan perangkap mereka hanya bisa menjerat orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah dan menjauhi larangan-NYA. orang yang baik, taat beribadah, dan beriman tidak ada yang suka masuk diskotik, tidak suka musik, Pub, dan tempat maksiat lainnya yang penuh dengan tipu daya dan perangkap agar hidup kita hancur.
Orang yang patuh terhadap ajaran agama Islam akan selamat dari tipu daya apapun; bahkan saya berpendapat bahwa dunia initerutama abad sekarang- adalah ”neraka” bagi orang-orang yang tidak beriman dan ”surga” bagi orang beriman. Orang yang beriman hidup tentram, fisik & psikis sehat- jika sakit pun merupakan penggugur dosa, dan sebagainya sedangkan sabar dan syukur merupakan cara yang tepat untuk dijadikan solusi . Orang kafir hidup resah, fisik & psikis sakit, penuh dengan ketakutan, penderitaan, takut miskin, tidak sabar, tidak pernah merasa puas, takut mati, diliputi oleh tipudaya; bahkan tidak dapat menikmati makanannya karena setan membuat pikirannya melayang-layang kesana-kemari- ingat ini ingat itu-, tergesa-gesa ketika sedang makan dan sebagainya. Mengeluh, putus asa, marah, menjadikan penderitaannya semakin berlipat ganda.
Kebanyakan orang-orang memahami bahwa setan hanya menghancurkan kesuksesan akhirat manusia padahal segala yang bisa menjadikan manusia sukses, sehat, bahagia, tentram, berprestasi, dan lain sebagainya baik di dunia maupun di akhirat akan setan hancurkan sekali pun menggapai kesuksesan dan kebahagiaan di jalan yang tidak diridhai Tuhan. Contohnya seorang musisi yang telah bersusah payah membangun karir selama 30 tahun reputasinya hancur dan dipenjara akibat mengkonsumsi narkoba. Atau, banyak sekali group musik yang bubar karena perselisihan antar anggota; bahkan tak jarang yang bunuh diri. Banyak pula penentang Tuhan yang akhirnya menjadi Psikotik. - tambahan dari penyusun.
168. Kaum disini bisa diartikan orang-orang satu kelompok dalam arti luas, penggemar, pengikut, Fans, anggota klub, dan sebagainya. Idola dan pengemarnya sama-sama dibinasakan oleh Allah baik dengan cara dirusak tubuh, jiwa, kehidupan, diinfeksikan HIV, gila, saling berprasangka buruk, saling merusak dan saling menghancurkan, dan sebagainya; keributan lebih sering terjadi di tempat maksiat antar pelaku maksiat bukan di tempat ibadah. Terkadang kita kagum melihat kekompakan para musisi dalam suatu konser padahal pada hakikatnya mereka sedang saling merusak fisik dan mental satu sama lain. Gitaris menyerang drumer, keybordis dan bassist menyerang gitaris. ”Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (QS. Al-Isra : 53) - tambahan dari penyusun.
KESIMPULAN :
Topik yang telah kami jelaskan sejauh ini merupakan salah satu kebenaran terbesar yang pernah Anda temui dalam hidup Anda. Dengan membuktikan bahwa seluruh dunia materi ini sesungguhnya hanyalah “wujud bayangan”, topik ini menjadi kunci untuk memahami keberadan Allah dan penciptaan oleh-NYA, di samping untuk memahami bahwa Dia-lah satu-satunya wujud mutlak.
Mereka yang memahami permasalahan ini sadar bahwa dunia ini bukanlah tempat seperti anggapan orang pada umumnya. Dunia bukanlah tempat mutlak yang benar-benar ada, seperti yang dipikirkan oleh mereka yang mengembara tanpa tujuan di jalanan, yang bertengkar di klab-klab, yang menyombongkan diri di kafe-kafe mewah, yang membanggakan rumah dan tanah, atau yang mengabdikan hidup mereka untuk tujuan palsu. Dunia hanyalah kumpulan persepsi, sebuah ilusi. Semua orang yang telah kami kutip sebelumnya hanya wujud bayangan yang menyaksikan persepsi ini di dalam otak mereka: meskipun demikian mereka tidak menyadari hal ini.
H A R U N Y A H Y A
"Karena orang-orang sudah pasti terpengaruh oleh saya, saya ingin berusaha dan memperbaiki kerusakan besar yang mungkin telah saya lakukan." (Anthony Flew)
Surat-surat kabar saat ini mengulang perkataan Anthony Flew yang dipenuhi penyesalan ini. Di masanya, Anthony Flew adalah filsuf ateis terkenal. Sebagai seorang profesor filsafat asal Inggris yang kini berusia 81 tahun, Anthony Flew memilih menjadi ateis di usia 15 tahun, dan pertama kali memunculkan namanya sendiri di dunia akademis dengan sebuah karya yang terbit di tahun 1950. Selama 54 tahun kemudian, ia mendukung ateisme sebagai pengajar di universitas Oxford, universitas Aberdeen, universitas Keele dan universitas Reading, di banyak universitas di America dan Kanada yang ia kunjungi, dalam berbagai debat, di buku-buku, di ruang-ruang kuliah dan dalam tulisan-tulisannya. Namun baru-baru ini, Anthony Flew telah mengumumkan bahwa ia telah meninggalkan kekeliruan ini dan menerima bahwa alam semesta telah diciptakan.
Penyebab utama dari perubahan pandangan yang sangat mendasar ini adalah bukti jelas dan pasti yang diungkap ilmu pengetahuan tentang penciptaan. Setelah mengetahui kerumitan makhluk hidup yang didasarkan pada keberadaan informasi, Anthony Flew menyadari bahwa asal usul yang sesungguhnya dari kehidupan adalah rancangan cerdas (intelligent design) dan bahwa ateisme yang telah dianut dan dipertahankannya selama 66 tahun adalah filsafat yang telah terbantahkan.
Anthony Flew mengemukakan alasan-alasan ilmiah yang mendasari perubahan keyakinan ini dalam ungkapan berikut:
"Berdasarkan tingkat kerumitan yang hampir tak dapat dipercaya dari penataan yang dibutuhkan untuk memunculkan [kehidupan], penelitian para pakar biologi terhadap DNA telah menunjukkan bahwa suatu kecerdasan pastilah telah ikut campur tangan." (1)
"Sudah terlampau sulit bahkan untuk memulai berpikir tentang membangun sebuah teori alamiah tentang evolusi makhluk hidup pertama yang dapat berkembang biak." (2)
"Saya telah menjadi yakin bahwa sungguh mustahil makhluk hidup pertama berevolusi dari benda mati dan kemudian berkembang menjadi makhluk yang luar biasa rumitnya. " (3)
Penelitian DNA yang dikutip Anthony Flew sebagai alasan mendasar perubahan pandangannya telah benarbenar mengungkap fakta-fakta mengejutkan tentang penciptaan. Bentuk heliks (rantai ganda terpilin) dari molekul DNA , kode genetik yang ada padanya, susunan nukleotida yang menggugurkan teori kebetulan, kemampuan menyimpan sejumlah besar informasi, dan banyak penemuan mengejutkan lainnya telah mengungkapkan bahwa struktur dan fungsi-fungsi molekul ini dirancang bagi kehidupan dengan rancangan khusus. Ulasan para ilmuwan yang menggeluti penelitian DNA menjadi saksi atas fakta ini.
Contohnya adalah Francis Crick, salah seorang ilmuwan yang mengungkap bentuk heliks DNA. Dihadapkan pada penemuan tentang DNA, Francis Crick mengakui bahwa asal usul kehidupan mengisyaratkan sebuah keajaiban:
Seorang yang jujur, yang memiliki seluruh pengetahuan yang kini tersedia di hadapan kita, hanya dapat menyatakan bahwa dalam beberapa hal, asal usul kehidupan saat ini tampak hampir menyerupai sebuah keajaiban, sungguh banyak kondisi yang harus dipenuhi agar hal tersebut dapat terjadi. (4)
Berdasarkan perhitungannya, Led Adleman dari Universitas Southern California di Los Angeles mengatakan bahwa satu gram DNA dapat menampung informasi sebanyak satu triliun CD. (5) Gene Myers, seorang ilmuwan yang dipekerjakan pada Human Genome Project (Proyek Genom Manusia), mengatakan hal berikut ini ketika berhadapan dengan penataan menakjubkan DNA yang ia saksikan:
"Apa yang sungguh mengejutkan saya adalah arsitektur kehidupan... Sistemnya begitu teramat rumit. Sepertinya hal itu telah dirancang...Ada kecerdasan mahahebat di sana." (6)
Fakta paling mengejutkan tentang DNA adalah bahwa keberadaan informasi genetik yang terkodekan (berupa sandi) sudah pasti tidak dapat dijelaskan dalam istilah materi dan energi atau hukum-hukum alamiah. Dr. Werner Gitt, profesor di Institut Fisika dan Teknologi Federal Jerman (the German Federal Institute of Physics and Technology), mengatakan berikut ini seputar masalah tersebut:
Sebuah sistem pengkodean (sistem sandi) selalu merupakan hasil dari suatu proses mental... Perlu ditegaskan bahwa materi saja tidak mampu memunculkan kode apa pun. Seluruh pengalaman menunjukkan bahwa dibutuhkan sebuah wujud yang mampu berpikir yang dengan kehendaknya sendiri menggunakan kemauan bebasnya, kemampuan memperoleh pengetahuan, dan kemampuan berkaryanya… Belum pernah ada hukum alamiah yang dengannya materi dapat memunculkan informasi, belum pernah ada pula proses fisika atau fenomena materi yang dapat melakukan hal ini. (7)
Para ilmuwan dan filsuf pendukung penciptaan berperan besar dalam penerimaan perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang didukung oleh semua penemuan ini. Sebelumnya, Anthony Flew turut serta dalam sejumlah debat dengan para ilmuwan dan filsuf yang mendukung penciptaan, dan saling bertukar pikiran dengan mereka. Titik balik dalam proses tersebut adalah sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Metasaintifik (the Institute for Metascientific Research) di Texas pada bulan Mei 2003. Anthony Flew ikut serta bersama dengan pengarang Roy Abraham Varghese, pakar fisika dan biologi molekuler asal Israel Gerald Schroeder, dan filsuf Katolik Roma John Haldane. Anthony Flew terkesan oleh kuatnya bukti ilmiah yang mendukung penciptaan dan karakter meyakinkan dari argumen-argumen penentangnya, dan menanggalkan ateisme sebagai keyakinan setelah diskusi itu. Dalam surat yang ia tulis kepada majalah Inggris, Philosophy Now edisi Agustus-September 2003, ia memuji buku Schroeder "The Hidden Face of God: Science Reveals the Ultimate Truth" (Wajah Tersembunyi Tuhan: Ilmu Pengetahuan Menyingkap Kebenaran Hakiki) dan buku Varghese "The Wonderful World" (Dunia Yang Menakjubkan). (8) Selama wawancara dengan profesor filsafat dan teologi Gary R. Habermas, yang juga berperan besar dalam merubah pandangannya (9), dan dalam video "Has Science Discovered God?" (Sudahkah Ilmu Pengetahuan Menemukan Tuhan?), ia secara terbuka menyatakan bahwa ia percaya pada perancangan cerdas (intelligent design).
"Kecerdasan Meliputi Alam Semesta" dan Keruntuhan Ateisme
Di hadapan seluruh perkembangan ilmiah sebagaimana dipaparkan di atas, pengakuan adanya perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang terkenal sebagai pembela ateisme selama bertahun-tahun, mencerminkan sebuah pemandangan terakhir dalam proses keruntuhan yang dialami ateisme. Ilmu pengetahuan modern telah menyingkap keberadaan suatu "kecerdasan yang meliputi alam semesta", yang dengannya menyingkirkan ateisme.
Dalam bukunya "The Hidden Face of God" (Wajah Tersembunyi Tuhan), Gerald Schroeder, salah seorang ilmuwan pendukung penciptaan yang berpengaruh dalam merubah keyakinan Anthony Flew, menulis:
"Sebuah kesadaran, kearifan universal, meliputi alam semesta. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan, khususnya yang meneliti sifat quantum dari materi penyusun atom, telah menggiring kita mendekati pemahaman yang mengejutkan: seluruh keberadaan adalah perwujudan dari kearifan ini. Di laboratoriumlaboratorium, kita mendapatinya sebagai informasi yang pertama-tama secara fisik mewujud sebagai energi dan kemudian terpadatkan hingga menjadi bentuk materi. Setiap partikel, setiap wujud, dari atom hingga manusia, terlihat mewakili satu tingkatan dari informasi, dari kearifan." (10)
Penelitian ilmiah terhadap cara kerja sel dan partikel-partikel penyusun atom materi telah mengungkap fakta ini tanpa dapat dibantah: Kehidupan dan alam semesta dimunculkan menjadi ada dari ketiadaan oleh kehendak dari suatu wujud yang memiliki kecerdasan dan kearifan yang mahatinggi. Tidak ada keraguan bahwa pemilik pengetahuan dan kecerdasan yang meliputi alam semesta di seluruh tingkatannya adalah Allah Yang Mahakuasa. Allah menyatakan kebenaran ini dalam Al Qur'an:
Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 2:115)
Konsep ini sangat penting karena meruntuhkan filsafat materialis yang menolak keberadaan Allah, dan menghancurkan filsafat tersebut. Inilah sebabnya materialis seperti Marx, Engels, dan Lenin menjadi panik dan gusar, dan memperingatkan pengikut mereka “untuk tidak memikirkannya” jika ada orang yang menyampaikan konsep ini. Sesungguhnya orang-orang seperti ini cacat mentalnya sehingga tidak dapat memahami fakta bahwa persepsi terbentuk dalam otak. Mereka menganggap dunia yang mereka saksikan di dalam otak adalah “dunia luar”. Mereka tidak dapat memahami bukti-bukti yang menunjukkan sebaliknya.
Ketidak sadaran ini dikarenakan Allah tidak memberi kebijaksanaan kepada mereka yang tidak beriman. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an tentang orang-orang yang tidak beriman, “mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai..” (QS. Al-A’raf, 7: 179)
Anda dapat mengkaji lebih jauh lagi dengan menggunakan kekuatan refleksi pribadi Anda. Untuk itu Anda harus berkonsentrasi, memusatkan perhatian dan merenungkan cara Anda melihat benda-benda di sekeliling Anda dan cara Anda menyentuhnya. Jika Anda berpikir dengan penuh konsentrasi, Anda dapat merasakan wujud bijak yang melihat, mendengar, menyentuh, berpikir, dan membaca buku pada saat ini hanyalah jiwa. Jiwa ini pula yang menyaksikan persepsi yang disebut “materi” pada sebuah layar. Orang yang telah memahami hal ini dianggap beranjak dari tataran dunia materi yang telah menipu sebagian besar kemanusiaan, dan masuk ke dalam tataran eksistensi sesungguhnya.
Kenyataan ini telah dipahami oleh sejumlah penganut agama dan filsafat sepanjang sejarah. Intelektual muslim seperti Imam Rabbani, Muhyiddin Ibnu Arabi dan Mevlana Cami menyadari fakta ini dari tanda-tanda di dalam Al-Qur’an dan dengan menggunakan akal mereka. beberapa filsuf barat seperti George Barkeley juga telah memahami realitas yang sama melalui akalnya. Imam Rabbani menulis di dalam Maktubah (suratnya) bahwa alam semesta materi ini adalah “ilusi dan anggapan (persepsi)” dan Allah-lah satu-satunya wujud mutlak:
Allah.. Subtansi semua wujud yang Dia ciptakan tak lain dari kehampaan.. Ia menciptakan semuanya dalam tataran indra dan ilusi.. Eksistensi alam semesta berada di dalam tataran indra dan ilusi, dan bukan materi.. Sesunguhnya, di luar itu tidak ada apa-apa kecuali Wujud Yang Agung (yaitu Allah).
Imam Rabbani secara eksplisit menyatakan bahwa semua citra yang dihadapkan pada manusia hanya ilusi, dan tidak memiliki bentuk asli di “luar”.
Siklus imajiner ini digambarkan dalam imajinasi. Yang terlihat hanyalah dalam batas-batas yang digambarkan saja, walau dengan mata pikiran. Di luar, ini seolah-olah dilihat dengan mata kepala. Namun kejadiannya bukan demikian. Itu bukan penunjukkan atau jejak di luar. Tidak ada apa pun untuk dilihat. Bahkan wajah seseorang yang dipantulkan oleh cermin pun sebenarnya demikian. Tidak ada kekonstanan di luar. Tidak diragukan lagi, baik kekonstanan dan citra hanya dalam IMAJINASI. Allah, Dialah Yang Maha Mengetahui.
Mevlana Cami menyatakan fakta serupa yang ditemukannya dengan mengikuti tanda-tanda dari al-Qur’an dan dengan menggunakan akalnya: “Apa pun yang ada di alam semesta adalah rasa dan ilusi. Semuanya seperti pantulan pada cermin atau bayangan belaka.”
Akan tetapi, sepanjang sejarah, orang-orang yang memahami fakta ini sangat terbatas. Intelektual terkemuka seperti Imam Rabbani menuliskan bahwa mungkin sulit menceritakan fakta ini kepada masyarakat dan kebanyakan orang tidak bisa memahaminya.
Dalam zaman kita hidup, fakta ini telah teruji secara empiris berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, fakta bahwa alam semesta adalah wujud bayangan telah digambarkan secara nyata, jelas dan eksplisit.
Dengan alasan inilah, abad ke-21 menjadi titik balik sejarah di mana manusia pada umumnya akan memahami realitas ilahiah dan akan berbondong-bondong menuju Allah, satu-satunya Wujud Mutlak. Dalam abad ke-21, paham materialistis abad ke-19 akan di buang ke keranjang sampah sejarah, eksistensi dan Ciptaan Allah akan dipahami, seperti dipahaminya fakta ketiadaan ruang dan waktu, manusia akan terbebaskan dari selubung, penipuan dan takhayul kuno yang menyelimuti mereka. tidak mungkin kenyataan tak terbantahkan ini dapat dihalangi oleh suatu wujud bayangan.Semua Informasi yang kita miliki tentang dunia tempat kita hidup disampaikan kepada kita melalui lima indra kita. Dunia yang kita ketahui terdiri dari apa yang dilihat mata, diraba tangan, dicium hidung, dikecap lidah, dan didengar telinga kita. Kita tidak pernah berpikir bahwa dunia “luar” mungkin berbeda dengan apa yang disampaikan indra kepada kita, karena kita telah bergantung hanya kepada lima indra tersebut sejak lahir.
Akan tetapi, penelitian modern dalam berbagai bidang ilmu menunjukkan pemahaman sangat berbeda dan menimbulkan keraguan serius tentang indra kita serta dunia yang kita pahami dengannya.
Titik awal pendekatan ini adalah bahwa gagasan “dunia luar” yang terbentuk dalam otak kita hanya sebuah respon yang diciptakan oleh sinyal-sinyal elektris. Merahnya apel, kerasnya kayu, bahkan ibu, ayah, keluarga Anda dan segala sesuatu yang Anda miliki, rumah, pekerjaan, kalimat-kalimat dalam buku ini, hanya terdiri dari sinyal-sinyal elektris.
Frederick Vester menjelaskan apa yang telah dicapai ilmu pengetahuan tentang subjek ini :
Pernyataan-pernyataan beberapa ilmuwan bahwa “manusia adalah sebuah citra, segala sesuatu yang dialaminya bersifat sementara dan menipu, dan alam semesta ini adalah bayangan”, tampaknya dibuktikan oleh ilmu pengetahuan mutakhir.
Filsuf terkemuka George Berkeley mengomentari permasalahan ini sebagai berikut :
Kita mempercayai keberadaan objek-objek hanya karena kita melihat dan menyentuhnya, dan objek-objek ini direfleksikan kepada kita oleh persepsi kita. Akan tetapi, persepsi kita hanyalah ide-ide di dalam otak.
Oleh karena itu, objek yang kita tangkap dengan persepsi tidak lain hanya ide-ide, dan ide-ide ini pada dasarnya hanya ada di dalam pikiran kita sendiri… karena semua ini hanya ada di dalam pikiran, berarti kita telah tertipu ketika membayangkan bahwa alam semesta dan segala sesuatu memiliki eksistensi di luar pikiran kita. Jadi tidak ada sesuatu pun di sekeliling kita yang memiliki eksistensi di luar pikiran kita.
Untuk memperjelas permasalahan ini, mari kita pikirkan indra penglihatan kita, yang memberikan informasi paling luas tentang dunia luar.
Bagaimana kita melihat, mendengar dan mengecap?
Proses penglihatan terjadi melalui cara yang sangat canggih. Paket-paket cahaya (foton) yang melintas dari objek ke mata melewati lensa di bagian depan mata. Paket-paket cahaya ini terpecah-pecah dan jatuh terbalik pada retina di bagian belakang mata. Di sini, cahaya tersebut diubah menjadi sinyal-sinyal elektris, kemudian dikirimkan oleh sel-sel saraf ke bintik kecil yang disebut pusat penglihatan di bagian belakang otak. Sinyal listrik ini diterjemahkan sebagai sebuah citra setelah melalui serangkaian proses. Tindakan melihat sebenarnya terjadi dalam bintik kecil ini, yang merupakan tempat gelap pekat dan terisolasi total dari cahaya.
Sekarang, marilah kita kaji kembali proses yang tampaknya biasa dan tidak istimewa ini. Saat kita mengatakan “kita melihat”, sebenarnya kita melihat efek impuls yang mencapai mata dan muncul di dalam otak setelah cahaya diubah menjadi sinyal listrik. Jadi ketika kita mengatakan “kita melihat” sebenarnya kita sedang mengamati sinyal-sinyal elektris di dalam otak kita.
Semua citra yang kita lihat dalam kehidupan dibentuk di dalam pusat penglihatan, yang hanya beberapa kubik sentimeter dari keseluruhan volume otak. Baik buku yang sedang Anda baca maupun dataran tanpa batas yang Anda lihat ketika menatap cakrawala tercakup dalam ruangan kecil ini. Hal lain yang harus diingat adalah bahwa otak terisolasi dari cahaya, di dalamnya benar-benar gelap. Tidak ada kontak antara otak dengan cahaya itu sendiri.
Kita dapat menjelaskan situasi menarik ini dengan sebuah contoh. Andaikan ada sebuah lilin menyala di depan kita. Kita bisa duduk di depan lilin tersebut dan memperhatikannya untuk beberapa lama. Selama itu otak kita tidak bersentuhan langsung dengan cahaya lilin. Bahkan ketika kita melihat cahaya lilin, bagian dalam otak kita gelap gulita. Kita melihat dunia yang berwarna-warni dan cerah di dalam otak kita yang gelap.
R.L. Gregory memberikan penjelasan berikut tentang aspek menakjubkan dari melihat, suatu kegiatan yang kita anggap biasa:
Kita begitu terbiasa dengan melihat sehingga diperlukan lompatan imajinasi untuk menyadari bahwa terdapat kerumitan di balik ini. Tetapi cobalah pikirkan hal ini. Mata kita diberi citra kecil dan terbalik, dan kita melihat benda-benda nyata di sekitar kita. Dari pola simulasi pada retina mata inilah kita memahami dunia benda, dan ini adalah suatu keajaiban.
Proses mendengar terjadi dengan cara yang sama. Telinga luar menangkap suara melalui daun telinga dan membawanya ke telinga bagian tengah; telinga bagian tengah meneruskan dan memperkuat
getaran suara ini ke telinga bagian dalam; telinga bagian dalam mengubah getaran suara ini menjadi sinyal-sinyal elektris dan mengirimkannya ke otak. Seperti halnya mata, tindakan mendengar berakhir di pusat pendengaran dalam otak. Otak kita terisolasi dari suara seperti halnya terisolasi dari cahaya. Oleh karena itu, bagaimanapun gaduhnya di luar, bagian dalam otak sunyi senyap.
Meskipun demikian, suara paling lemah pun bisa ditangkap dalam otak. Proses ini sangat presisi sehingga telinga orang sehat mampu mendengarkan suara apa pun tanpa gangguan atau interfensi asmosferik. Dalam otak yang terisolasi dari suara, Anda menangkap simfoni orkestra, kebisingan di tempat ramai dan semua jenis suara dalam rentang frekuensi yang lebar mulai dari desir dedaunan hingga deru pesawat jet. Namun jika pada saat itu tingkat suara dalam otak Anda diukur dengan suatu peralatan sensitive, akan didapati bahwa di dalam otak sepenuhnya sunyi.
Persepsi kita tentang aroma terbentuk dengan cara yang sama. Molekul-molekul ‘volatil’ (mudah menguap) yang dikeluarkan benda seperti vanilla atau mawar mencapai reseptor (sensor penerima) berupa rambut-rambut lembut di daerah epitel hidung sehingga terjadilah interaksi. Interaksi ini disampaikan ke otak sebagai sinyal elektris dan dipahami sebagai aroma. Segala sesuatu yang kita cium, baik yang enak maupun tidak, pada hakikatnya adalah pemahaman otak terhadap interaksi molekul-molekul volatil yang diubah ke dalam sinyalsinyal elektris. Anda menangkap bau parfum, bunga, makanan kegemaran, laut atau aroma lain yang Anda suka ataupun tidak, di dalam otak Anda. Molekul-molekul itu sendiri tidak pernah menyentuh otak. Jadi sama dengan pendengaran dan penglihatan, yang sampai ke otak Anda hanya sinyal-sinyal listrik. Dengan kata lain, semua aroma yang sejak lahir Anda anggap berasal dari objek-objek luar, sebenarnya hanya sinyal-sinyal elektris yang Anda rasakan melalui indra.
Demikian pula dengan empat macam reseptor kimiawi di bagian depan lidah manusia. Sensor-sensor ini menangkap rasa asin, manis, asam dan pahit. Setelah serangkaian proses kimia, sensor-sensor rasa mengubah persepsi rasa ini ke dalam sinyal elektris dan mengirimkannya ke otak. Sinyal-sinyal ini dipahami sebagai rasa oleh otak. Rasa yang Anda peroleh ketika Anda memakan coklat atau buah yang Anda suka merupakan interpretasi sinyal-sinyal elektris oleh otak. Anda tidak akan pernah dapat menjangkau objek di luar tersebut; Anda tidak pernah dapat melihat, mencium atau merasakan coklat itu sendiri. Sebagai contoh, jika saraf pengecap yang terhubung ke otak dipotong, apapun yang Anda makan tidak akan sampai pada otak; Anda akan kehilangan kemampuan mengecap.
Sampai di sini, kita mendapati fakta lain : kita tidak pernah bisa yakin bahwa apa yang kita rasakan ketika kita mengecap makanan adalah sama dengan apa yang orang lain rasakan ketika dia mengecap makanan yang sama, atau apa yang kita tangkap ketika kita mendengar bunyi adalah sama dengan apa yang ditangkap orang lain ketika dia mendengar bunyi yang sama. Terhadap fakta ini, Lincoln Barnett mengatakan bahwa tidak seorang pun dapat mengetahui apakah orang lain melihat warna merah atau mendengar nada C sama dengan yang dilihat dan didengarnya.
Indra peraba kita tidak berbeda dengan indra lainnya. Ketika kita meraba sebuah objek, semua informasi yang membantu kita mengenali dunia luar dan objek-objek dibawa ke otak oleh saraf pada kulit. Rasa sentuhan dibentuk dalam otak kita. Berlawanan dengan keyakinan umum, kita merasakan sentuhan bukan di ujung jari atau kulit melainkan di pusat sentuh di dalam otak. Sebagai hasil tafsiran otak terhadap stimulan-stimulan elektris yang datang dari suatu objek, kita menangkap rasa yang berbeda dari objek-objek tersebut seperti keras atau lunak, panas atau dingin. Kita mendapatkan semua detail informasi yang membantu kita mengenali sebuah objek dari stimulan seperti ini. Dua filsuf terkenal, B. russel dan L. Wittgeinstein, mengungkapkan pemikiran mereka tentang fakta penting ini sebagai berikut :
Sebagai contoh, apakah sebuah jeruk benar-benar ada atau tidak dan bagaimana buah ini menjadi ada tidak bisa dipertanyakan dan diselidiki. Sebuah jeruk hanya terdiri dari rasa yang dikecap lidah, aroma yang dicium hidung, warna dan bentuk yang dilihat mata; dan hanya sifat-sifat inilah yang dapat dijadikan bahan pengujian dan penelitian. Ilmu pengetahuan tidak akan pernah tahu dunia fisik.
Tidak mungkin kita menjangkau dunia fisik. Semua objek di sekeliling kita adalah kumpulan persepsi dari penglihatan, pendengaran, dan sentuhan. Dengan mengolah data di pusat penglihatan dan di pusat-pusat sensoris lain, seumur hidup otak kita berhadapan bukan dengan materi “asli” yang ada di luar kita, melainkan dengan tiruan yang terbentuk di dalam otak. Pada titik inilah kita keliru mengasumsikan bahwa tiruan-tiruan ini adalah materi-materi sejati di luar kita.
Ketakutan Terbesar Materialis
Buku – Fakta-fakta yang mengungkap Hakikat Hidup karya Harun Yahya – ini mengungkapkan bahwa materi hanya suatu persepsi. Untuk sementara waktu, tidak ada serangan balik yang subtansial dari kalangan materialis Turki terhadap pemikiran-pemikiran yang diungkapkan di sini. Karenanya, kami mendapat kesan bahwa maksud kami belum mereka tangkap dengan jelas dan diperlukan penjelasan lebih lanjut. Akan tetapi, belum lama ini, terungkap bahwa materialis merasa gelisah atas kepopuleran pemikiran ini dan bahkan sangat takut padanya.
Materialis dengan gencar mengungkapkan ketakutan dan kepanikan mereka melalui berbagai terbitan, konferensi dan diskusi panel. Wacana mereka yang propagandis dan tanpa harapan menyiratkan bahwa mereka mengalami krisis intelektual yang hebat. Keruntuhan ilmiah teori evolusi, yang menjadi dasar keyakinan mereka, telah sangat mengejutkan mereka. sekarang mereka mulai menyadari bahwa mereka mulai kehilangan materi itu sendiri, inti keyakinan yang lebih penting daripada Darwinisme. Ini membuat mereka lebih terpukul. Mereka menyatakan bahwa selain merupakan “ancaman terbesar” bagi mereka, permasalahan ini juga “merusak struktur budaya mereka”.162
Salah seorang materialis yang menyatakan kepanikan dan kecemasan secara terang-terangan adalah Renan Pekunlu, akademisi dan penulis majalah Billim ve Utopya (Ilmu Pengetahuan dan Utopia). Dalam artikel majalah yang membela materialisme ini dan diskusi panel yang diikutinya, Renan Pekunlu menyatakan buku Keruntuhan Teori Evolusi (Evolution Deceit) sebagai “ancaman” nomor satu terhadap materialisme. Ia sudah cukup risau dengan bab-bab yang meruntuhkan Darwinisme, tetapi bagian yang Anda baca sekarang adalah bagian yang paling mengganggunya. Kepada para pembaca dan (hanya segelintir) peserta diskusinya, Pekunlu berpesan, “Jangan biarkan diri Anda hanyut dalam indoktrinasi idealisme dan jagalah keyakinan Anda pada materialisme”. Ia merujuk Vladimir I. Lenin163, pemimpin revolusi berdarah Rusia, sebagai panutan. Sambil menyarankan setiap orang membaca buku Lenin yang berjudul Materialism and Empirio-Criticism dan sudah berumur satu abad, Pekunlu hanya dapat mengulang kata-kata Lenin: “Jangan memikirkan persoalan ini, atau Anda akan kehilangan materialisme dan terhanyut dalam agama”. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya pada majalah Billim ve Utopya, Pekunlu mengutip pernyataan Lenin berikut :
Sekali Anda menolak realitas kebendaan, menyerah pada pengindraan, Anda telah kehilangan segala daya untuk melawan fiedisme164, karena Anda telah tergelincir kepada agnotisisme165 atau subjektivisme166 – hanya itu yang dibutuhkan fiedisme. Satu cakar saja terjerat, seekor burung tertangkap. Dan semua pengikut kita akan terjerat dalam idealisme, yaitu fiedisme yang tidak kentara; mereka terjerat segera setelah menganggap “pengindraan” bukan lagi suatu citra dunia luar tetapi “unsur” khusus. Pengindraan, pikiran, jiwa dan keinginan bukan seperti itu adanya.
Kata-kata ini secara eksplisit menunjukkan bahwa fakta yang menggusarkan Lenin dan ingin ia keluarkan dari pikirannya dan “kameradnya”; yang juga meresahkan materialis dewasa ini. Akan tetapi, Pekunlu dan materialis lain mengalami keadaan lebih menyusahkan; karena mereka sadar bahwa sekarang fakta ini dikemukakan dengan cara dan bentuk lebih eksplisit dan meyakinkan daripada 100 tahun lalu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, persoalan ini dijelaskan dengan cara yang tidak mungkin ditolak. Meski demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa sejumlah besar ilmuwan materialis tidak sungguh-sungguh menanggapi fakta bahwa “materi hanyalah persepsi”.
Persoalan yang dijelaskan dalam bab ini adalah salah satu persoalan penting dan menarik yang pernah dijumpai seseorang dalam hidupnya. Mereka pasti belum pernah menghadapi persoalan sepenting ini sebelumnya. Namun, reaksi ilmuwan-ilmuwan itu atau sikap mereka dalam ceramah dan artikel mereka mengisyaratkan betapa dangkalnya pemahaman mereka.
Reaksi sebagian materialis terhadap permasalahan yang didiskusikan di sini menunjukkan bahwa ketaatan buta terhadap materialisme telah merusak logika mereka, sehingga semakin sulit memahami persoalan ini. Sebagai contoh, Alaettin Senel, yang juga seorang akademisi dan penulis untuk Billim ve Utopya, berpesan seperti Rennan Pekunlu : “Lupakan keruntuhan Darwinisme, ancaman yang sesungguhnya adalah persoalan ini”. Dia juga membuat tuntutan seperti “Buktikan saja apa yang Anda katakan” karena merasa bahwa filsafatnya tidak berdasar. Yang lebih menarik adalah dalam salah satu tulisannya, ia menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak dapat memahami fakta yang dianggapnya sebagai ancaman ini.
Dalam sebuah artikel yang ditulis khusus membahas masalah ini, Senel menerima bahwa dunia luar ditangkap oleh otak sebagai sebuah citra. Akan tetapi, kemudian ia menyatakan bahwa citra terbagi menjadi dua jenis yaitu citra berkorelasi fisik dan citra yang tidak berkorelasi fisik, dan bahwa citra dunia luar termasuk ke dalam citra yang berkorelasi fisik. Untuk mendukung pernyataannya, ia memberikan “contoh telepon”. Ringkasnya, ia menulis: “Saya tidak tahu apakah citra dalam otak saya berkorelasi dengan dunia luar atau tidak, tetapi hal yang sama berlaku ketika saya berbicara di telepon. Ketika saya berbicara di telepon, saya tidak dapat melihat orang yang saya ajak bicara, tetapi saya dapat menginformasikan percakapan tersebut ketika saya bertemu langsung dengannya”.
Dengan pernyataan di atas, Senel sebenarnya bermaksud menyatakan : “Jika kita meragukan persepsi kita, kita dapat melihat pada materi itu sendiri dan memeriksa realitasnya”. Konsep ini jelas-jelas salah karena kita tidak mungkin menjangkau materi itu sendiri. Kita tidak dapat keluar dari pikiran kita dan mengetahui apakah “luar” itu. Apakah suara dalam telepon berkorelasi atau tidak, dapat dikonfirmasikan pada lawan bicara di telepon. Namun, konfirmasi ini juga hanya persepsi yang dialami otak kita.
Sebenarnya, orang-orang ini juga mengalami kejadian yang sama di dalam mimpi mereka. sebagai contoh, Senel dapat saja melihat dalam mimpinya bahwa ia berbicara di telepon dan kemudian meminta orang yang ia ajak bicara mengkonfirmasikan pembicaraan tersebut. Atau Pekunlu dalam mimpinya mengalami “ancaman serius” dan menyarankan orang-orang membaca buku-buku Lenin yang sudah kuno. Apa pun yang mereka lakukan, para materialis ini tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa kejadian-kejadian yang mereka alami dan orang-orang yang mereka ajak bicara di dalam mimpi hanyalah persepsi belaka.
Lalu siapakah seseorang yang dapat mengkonfirmasi bahwa citra di dalam otak berkorelasi atau tidak? Apakah kepada wujud bayangan di dalam otaknya lagi? Tak diragukan lagi, materialis mustahil menemukan sumber informasi yang dapat memberikan data mengenai keadaan di luar otak dan mengkonfirmasikannya.
Mengakui semua persepsi terbentuk di dalam otak, tetapi juga mengasumsikan bahwa seseorang dapat melangkah “keluar” dari otak dan mengkonfirmasikan persepsi ini pada dunia luar, menunjukkan kapasitas pemahaman yang terbatas dan penalaran yang terganggu.
Sebenarnya fakta yang dijelaskan di sini dapat dengan mudah ditangkap oleh orang dengan tingkat pemahaman dan penalaran normal. Setiap orang yang berpikiran lurus akan mengetahui, sehubungan dengan semua yang telah kita bicarakan, bahwa ia mustahil menguji keberadaan dunia luar dengan indranya. Namun, terlihat jelas bahwa ketaatan buta terhadap materialisme telah mengganggu penalaran manusia. Oleh karenanya, materialis kontemporer menunjukkan gangguan logika berat seperti guru-guru mereka yang mencoba “membuktikan” keberadaan materi dengan menendang batu atau memakan kue.
Seperti telah dikatakan sebelumnya pula, kondisi ini bukan sesuatu yang mengherankan; sebab ketidakmampuan memahami adalah sifat umum semua orang yang tidak beriman. Dalam Al-Qur’an, Allah secara khusus menyatakan bahwa mereka adalah “kaum yang tidak mau mempergunakan akal” (QS. Al- Maidah, 5: 58)
note:
162. Teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup di muka bumi tercipta sebagai akibat dari peristiwa kebetulan dan muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Teori ini bukanlah hukum ilmiah maupun fakta yang sudah terbukti. Di balik topeng ilmiahnya, teori ini adalah pandangan hidup materialis yang dijejalkan ke dalam masyarakat oleh kaum Darwinis. Dasar-dasar teori ini – yang telah digugurkan oleh bukti-bukti ilmiah di segala bidang – adalah cara-cara mempengaruhi dan propaganda, yang terdiri atas tipuan, kepalsuan, kontradiksi, kecurangan, dan ilusi permainan sulap.
Teori evolusi diajukan sebagai hipotesa rekaan di tengah konteks pemahaman ilmiah abad kesembilan belas yang masih terbelakang, yang hingga hari ini belum pernah didukung oleh percobaan atau penemuan ilmiah apa pun. Sebaliknya, semua metode yang bertujuan membuktikan keabsahan teori ini justru berakhir dengan pembuktian ketidakabsahannya.
Namun, bahkan sekarang, masih banyak orang beranggapan bahwa evolusi adalah fakta yang sudah terbukti kebenarannya – layaknya gaya tarik bumi atau hukum benda terapung. Sebab, seperti telah dinyatakan di muka, teori evolusi sesungguhnya sangatlah berbeda dari yang diterima masyarakat selama ini. Oleh sebab itu, pada umumnya orang tidak tahu betapa buruknya landasan berpijak teori ini; betapa teori ini sudah digagalkan oleh bukti ilmiah pada setiap langkahnya; dan betapa para evolusionis terus berupaya menghidupkan teori evolusi, walaupun teori ini sudah “menghadapi ajalnya”. Para evolusionis hanya mengandalkan hipotesa yang tak terbukti, pengamatan yang penuh prasangka dan tak sesuai kenyataan, gambar-gambar khayal, cara-cara yang mampu mempengaruhi kejiwaan, dusta yang tak terhitung jumlahnya, serta teknik-teknik sulap.
Kini, berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti paleontologi (cabang geologi yang mengkaji kehidupan pra-sejarah melalui fosil – penerj.), genetika, biokimia dan biologi molekuler telah membuktikan bahwa tak mungkin makhluk hidup tercipta akibat kebetulan atau muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Sel hidup, demikian dunia ilmiah sepakat, adalah struktur paling kompleks yang pernah ditemukan manusia. Ilmu pengetahuan modern mengungkapkan bahwa satu sel hidup saja memiliki struktur dan berbagai sistem rumit dan saling terkait, yang jauh lebih kompleks daripada sebuah kota besar. Struktur kompleks seperti ini hanya dapat berfungsi apabila masingmasing bagian penyusunnya muncul secara bersamaan dan dalam keadaan sudah berfungsi sepenuhnya. Jika tidak, struktur tersebut tidak akan berguna, dan semakin lama akan rusak dan musnah. Tak mungkin semua bagian penyusun sel itu berkembang secara kebetulan dalam jutaan tahun, seperti pernyataan teori evolusi. Oleh sebab itulah, rancangan yang begitu kompleks dari sebuah sel saja, sudah jelasjelas menunjukkan bahwa Tuhan-lah yang menciptakan makhluk hidup. (Keterangan lebih rinci dapat dibaca dalam buku Harun Yahya, Miracle in the Cell).
Akan tetapi, para pembela filsafat materialis tidak bersedia menerima fakta penciptaan karena beragam alasan ideologis. Hal ini disebabkan kemunculan dan perkembangan masyarakat yang hidup dengan berpedomankan akhlak mulia yang diajarkan agama yang sejati kepada ummat manusia melalui perintah dan larangan Tuhan bukanlah menjadi harapan kaum materialis ini. Masyarakat yang tumbuh tanpa nilai moral dan spiritual lebih disukai kalangan ini, sebab mereka dapat memanipulasi masyarakat yang demikian demi keuntungan duniawi mereka sendiri. Itulah sebabnya, kaum materialis mencoba terus memaksakan teori evolusi – yang berisi dusta bahwa manusia tidak diciptakan, tetapi muncul atas faktor kebetulan dan berevolusi dari jenis binatang – serta, dengan segala cara, berupaya mempertahankan teori evolusi agar tetap hidup. Kaum materialis meninggalkan akal sehat dan nalar, serta mempertahankan omong-kosong ini di setiap kesempatan, walaupun bukti ilmiah dengan jelas telah menghancurkan teori evolusi dan menegaskan fakta penciptaan.
Sumber : Runtuhnya Teori Evolusi karya Harun Yahya. –tambahan dari penyusun.
163. Dr. H. Agus Usmansyah Suryasoemirat dalam bukunya yang berjudul ’Membedah Isra Mi’raj Melalui Ilmu Astrofisika’, menulis : ”Suatu ketika, di dalam suatu majlis, Rasululloh SAW. di tengah-tengah para sahabat ditanya oleh seorang yang belum beriman/kafir/nonmuslim untuk menunjukkan mu’jizat yang bisa diperbuat oleh Rasulullah SAW. Padahal Rasululloh SAW. telah mengajarkan bahwa mu’jizat sudah berada di sekitar mereka, yaitu keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada bukan kita yang menciptakannya: mulai dari rasa haus, air minum, rasa lapar, kurma/makanan, daging kambing, domba bakar, kayu bakar, api, panas, pasir batu, bumi, udara, awan, meteor, bulan, matahari, bintang, galaksi, nova, supernova, jauh, dekat, jarak dan waktu dan semuanya ini telah diajarkan oleh Al-Qur’an, singkatnya Mu’jizat yang ditampilkan atau yang diberikan/dimiliki/diperbuat/diucapkan oleh Rasululloh SAW adalah antara lain kitab suci Al-Qur’an, yang di dalamnya diajarkan bahwa Tuhan Seru sekalian alam adalah Allah SWT. Yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Suci dan seterusnya.
Jawaban Rasululloh SAW. tersebut dapat diterima serta merta oleh para sahabat, tetapi tidak bisa diterima oleh orang belum beriman/orang kafir/non-muslim tersebut. Kita maklum bahwa tidak ada seorang Professor ahli fisika (dari dahulu sampai sekarang) yang dapat membuat sebutir elektron atau sebutir proton atau sebutir quark atau sebutir neutrino, atau sekedar membuat suatu ruang untuk tempat partikel-partikel tersebut (elektron, proton, quark, neutrino) dan lain-lain dari ketidakberadaan. Apatah lagi membuat sebuah molekul yang sederhana sekalipun seperti molekul air. Lebih-lebih atom dan molekul penyusun kehidupan seperti yang terdiri dari : C, H, O, N, S, P, Fe, Mg, Zn, Cu, dan lain-lain sampai ke asam amino dan DNA. Ini artinya para sahabat Nabi SAW. maklum dan meyakini benar bahwa hidupnya semata-mata karena Allah Ta’ala juga matinya semata-mata karena Allah Ta’ala juga ibadah dan shalatnya karena Allah SWT.
Jadi seandainya mereka (para Sahabat Nabi SAW.) ada di jaman sekarang dan menyaksikan sendiri kemajuan teknologi informasi (TV, komputer, ponsel, dan sebagainya), teknologi kedokteran (identifikasi DNA, bayi tabung, cloning, dan sebagainya), teknologi ruang angkasa, teknologi nuklir, astronomi dan astrofisika, dan sebagainya, mereka tidak akan heran karena sudah berbekal keimanan bahwa Allah SWT adalah Pencipta semuanya dan bersifat kulli syai’in qodir. Namun, orang kafir tersebut masih belum mau menerima mu’jizat ini. Dia menolak bahwa hidup, ibadah, mati dan lain-lainnya ada karena diciptakan oleh Allah SWT. Ini seperti faham komunisme (Marxisme dan Leninisme)”.
Sementara itu, Albert Einsten (pakar fisika yang dikenal jenius) pernah mengatakan bahwa siapapun yang memperhatikan alam semesta dengan seksama, akan tahu bahwa yang menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Bijak, dan dengan perhitungan. –tambahan dari penyusun.
164. Bersandar pada keyakinan semata, dengan mengabaikan filsafat ataupun penalaran ilmiah dalam masalah agama.
165. Keyakinan yang tidak mempedulikan ada atau tidaknya Tuhan.
166. Doktrin bahwa pengetahuan dibatasi oleh kesadaran diri dan keadaan sensorinya.
Materialis Terperosok dalam Perangkap Terbesar Sepanjang Sejarah
Di Turki, gelombang kepanikan yang melanda kalangan materialis, seperti beberapa contoh terdahulu, menunjukkan bahwa materialis menghadapi kekalahan telak yang belum pernah mereka hadapi sepanjang sejarah. Fakta bahwa materi hanyalah persepsi telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Fakta ini dikemukakan dengan sangat jelas, jujur dan kuat. Yang tersisa bagi materialis hanya keruntuhan seluruh dunia materi, dunia yang mereka percayai secara buta dan menjadi sandaran selama ini.
Sepanjang sejarah manusia, pemikiran materialis selalu hadir. Mereka menentang Allah yang menciptakan mereka karena sangat yakin pada diri sendiri dan filsafat yang mereka pegang. Skenario yang mereka rumuskan menyatakan bahwa materi tidak bermula dan tidak pula berakhir, dan semua materi tidak mungkin memiliki Pencipta. Mereka mengingkari Allah hanya karena kesombongan, dengan berlindung di balik materi yang mereka anggap memiliki keberadaan nyata. Mereka begitu meyakini filsafat ini sehingga menganggap tak mungkin ada penjelasan yang membuktikan sebaliknya.
Semua alasan di atas menjelaskan mengapa fakta-fakta yang disajikan dalam buku ini, yang berkaitan dengan sifat-sifat sejati materi, sangat mengejutkan mereka. penjelasan buku ini telah menghancurkan dasar filsafat mereka dan tak menyisakan apa pun untuk dibicarakan lagi. Materi, yang telah menjadi dasar pemikiran, kehidupan, kesombongan dan penolakan mereka, lenyap tiba-tiba. Bagaimana materialisme bisa bertahan jika materi tidak ada?
Salah satu kekuasaan Allah adalah rencana-NYA terhadap kaum yang tidak beriman. Hal ini dinyatakan dalam ayat “Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya” (QS. Al-Anfal, 8:30)
Allah menjebak materialis dengan membuat mereka berasumsi bahwa materi benar-benar ada, dan mempermalukan mereka dengan cara-NYA. Materialis beranggapan bahwa harta benda, status, jabatan, masyarakat lingkungan mereka, seluruh dunia dan lain-lainnya benar-benar ada, dan dengan mengandalkan semua itu mereka menjadi sombong terhadap Allah. Mereka menentang Allah dengan kesombongan yang melengkapi ketidakpercayaan mereka. mereka sepenuhnya bergantung pada materi. Akan tetapi, mereka benar-benar tidak memahami bahwa Allah meliputi segala sesuatu. Allah menyatakan akibat sikap keras kepala orang-orang yang tidak beriman ini:
“Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya.” (QS. At-Thur, 52: 42)
Barangkali inilah kekalahan terbesar sepanjang sejarah. Sementara materialis menjadi sombong atas kemauan sendiri, mereka mengobarkan peperangan terhadap Allah, dengan cara memunculkan sesuatu yang berlebih-lebihan untuk melawannya. Dalam hal ini mereka telah tertipu dan menderita kekalahan besar. Ayat “Dan demikianlah kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipudaya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya” menunjukkan ketidaksadaran orang-orang yang berperang melawan Pencipta mereka, dan apa kesudahan mereka (QS. Al-An’aam : 123). Dalam ayat lain, kenyatan tersebut diungkapkan sebagai berikut :
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak menyadarinya” (QS. Al-Baqarah, 2: 9)
Ketika orang-orang yang tidak beriman mencoba menyusun rencana, mereka tidak menyadari sebuah fakta penting sebagaimana ditekankan dengan kalimat “mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak menyadarinya” dalam ayat tersebut. Faktanya, segala sesuatu yang mereka alami adalah gambaran yang sengaja dirancang untuk mereka tangkap, dan seluruh rencana yang mereka susun hanyalah citra yang terbentuk di dalam otak mereka, seperti juga seluruh tindakan yang mereka lakukan. Kebodohan telah membuat mereka lupa bahwa tidak ada yang bersama mereka selain Allah, dan karenanya, mereka terjebak dalam rencana jahat mereka sendiri.
Sebagaimana kaum tidak beriman di zaman dahulu, kaum tidak beriman yang hidup sekarang jugamenghadapi kenyataan yang akan menghancurkan rencana jahat mereka sampai ke akar-akarnya. Dengan ayat “.. Sungguh tipu daya setan itu lemah” (QS. An-Nisa, 4: 76), Allah telah menyatakan bahwa rencanarencana tersebut ditakdirkan berakhir dengan kegagalan sejak perancangannya, dan memberikan kabar gembira kepada kaum beriman dengan ayat “… tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu167.” (QS. Ali Imran, 3: 120).
Dalam ayat lain Allah menyatakan: “Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah air yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu pun.” (QS. An-Nur, 24: 39). Begitu pula materialisme, menjadi “fatamorgana” bagi para pembangkang seperti yang disebutkan dalam ayat itu; ketika mereka menemukan jalan keluar, yang mereka dapati hanya ilusi. Allah telah menipu mereka dengan fatamorgana seperti itu, dan memperdaya mereka untuk menerima kumpulan citra ini sebagai suatu kenyataan. Semua orang “penting” tersebut; professor, ahli astronomi, ahli biologi, ahli fisika dan lain-lain, apa pun pangkat dan jabatan mereka, mereka telah tertipu seperti anak-anak, dan dipermalukan karena mereka mempertuhankan materi. Mereka membangun filsafat dan ideologi di atas asumsi bahwa kumpulan citra tersebut absolut. Mereka terlibat dalam pembicaraan serius dan menyebutnya wacana “intelektual”. Mereka menganggap diri mereka cukup bijaksana untuk menawarkan suatu argumentasi tentang kebenaran alam semesta, bahkan membantah Tuhan dengan kecerdasan mereka yang terbatas. Allah menjelaskan situasi ini :
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (QS. Ali Imran, 3: 54)
Bisa saja mereka lolos dari jebakan lain; tetapi rencana yang telah ditetapkan Allah untuk orang-orang tidak beriman begitu sempurna sehingga tidak ada jalan untuk meloloskan diri. Apa pun yang mereka lakukan atau kepada siapa pun mereka meminta pertolongan, mereka tidak akan pernah menemukan penolong selain Allah. Sebagaimana Allah katakan dalam Al-Qur’an, “.. mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain daripada Allah.” (Qs. An-Nisa, 4: 173)
Materialis tidak menyangka akan jatuh dalam perangkap seperti ini. Berbekal seluruh kecanggihan abad ke- 20, mereka mengira dapat bertahan dengan pengingkaran mereka dan mengajak orang lain untuk ingkar pula. Mentalitas abadi orang-orang tak beriman ini dan akhir nasib mereka digambarkan dalam al-Qur’an sebagai berikut :
“Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya168.” (QS. An-Naml, 27: 50-51)
Fakta yang disampaikan ayat ini berarti: materialis harus menyadari bahwa segala sesuatu yang mereka miliki hanya ilusi, dan karenanya semua itu telah dihancurkan. Saat mereka menyaksikan seluruh harta benda, pabrik, emas, uang, anak, suami/istri, teman, pangkat dan status, bahkan tubuh mereka, semua yang mereka anggap ada, terlepas dari genggaman, mereka telah “dihancurkan” seperti dinyatakan dalam surat An-Naml ayat 51. pada tahap ini mereka bukan lagi materi, tetapi jiwa.
Tidak diragukan lagi, menyadari kebenaran ini mungkin merupakan hal terburuk bagi materialis. Fakta bahwa segala sesuatu yang mereka miliki hanyalah ilusi, adalah sama dengan – menurut istilah mereka – “kematian sebelum ajal” di dunia ini.
Kenyataan ini membuat mereka harus sendirian menghadapi Allah. Melalui ayat “Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian”, Allah menyeru manusia agar sadar bahwa manusia sebenarnya sendirian di depan-NYA (QS. Al-Mudatsir, 74: 11). Fakta luar biasa ini diulang dalam beberapa ayat lain:
“Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana Kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu..” (QS. Al-An’am, 6:94)
“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” (QS. Maryam, 19:95)
Dengan kata lain, fakta yang disampaikan kedua ayat di atas mengandung arti: Mereka yang menjadikan materi sebagai tuhannya telah datang dari Allah dan akan kembali kepada-NYA. Mau atau tidak, mereka telah menyerahkan kehendak mereka kepada Allah. Sekarang mereka menunggu hari perhitungan di mana setiap orang akan dipanggil untuk diadili. Betapa pun mereka tidak berkeinginan untuk memahaminya
note :
167. Tipudaya dan perangkap setan untuk menghancurkan hidup manusia ada di mana-mana namun tipudaya dan perangkap mereka hanya bisa menjerat orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah dan menjauhi larangan-NYA. orang yang baik, taat beribadah, dan beriman tidak ada yang suka masuk diskotik, tidak suka musik, Pub, dan tempat maksiat lainnya yang penuh dengan tipu daya dan perangkap agar hidup kita hancur.
Orang yang patuh terhadap ajaran agama Islam akan selamat dari tipu daya apapun; bahkan saya berpendapat bahwa dunia initerutama abad sekarang- adalah ”neraka” bagi orang-orang yang tidak beriman dan ”surga” bagi orang beriman. Orang yang beriman hidup tentram, fisik & psikis sehat- jika sakit pun merupakan penggugur dosa, dan sebagainya sedangkan sabar dan syukur merupakan cara yang tepat untuk dijadikan solusi . Orang kafir hidup resah, fisik & psikis sakit, penuh dengan ketakutan, penderitaan, takut miskin, tidak sabar, tidak pernah merasa puas, takut mati, diliputi oleh tipudaya; bahkan tidak dapat menikmati makanannya karena setan membuat pikirannya melayang-layang kesana-kemari- ingat ini ingat itu-, tergesa-gesa ketika sedang makan dan sebagainya. Mengeluh, putus asa, marah, menjadikan penderitaannya semakin berlipat ganda.
Kebanyakan orang-orang memahami bahwa setan hanya menghancurkan kesuksesan akhirat manusia padahal segala yang bisa menjadikan manusia sukses, sehat, bahagia, tentram, berprestasi, dan lain sebagainya baik di dunia maupun di akhirat akan setan hancurkan sekali pun menggapai kesuksesan dan kebahagiaan di jalan yang tidak diridhai Tuhan. Contohnya seorang musisi yang telah bersusah payah membangun karir selama 30 tahun reputasinya hancur dan dipenjara akibat mengkonsumsi narkoba. Atau, banyak sekali group musik yang bubar karena perselisihan antar anggota; bahkan tak jarang yang bunuh diri. Banyak pula penentang Tuhan yang akhirnya menjadi Psikotik. - tambahan dari penyusun.
168. Kaum disini bisa diartikan orang-orang satu kelompok dalam arti luas, penggemar, pengikut, Fans, anggota klub, dan sebagainya. Idola dan pengemarnya sama-sama dibinasakan oleh Allah baik dengan cara dirusak tubuh, jiwa, kehidupan, diinfeksikan HIV, gila, saling berprasangka buruk, saling merusak dan saling menghancurkan, dan sebagainya; keributan lebih sering terjadi di tempat maksiat antar pelaku maksiat bukan di tempat ibadah. Terkadang kita kagum melihat kekompakan para musisi dalam suatu konser padahal pada hakikatnya mereka sedang saling merusak fisik dan mental satu sama lain. Gitaris menyerang drumer, keybordis dan bassist menyerang gitaris. ”Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (QS. Al-Isra : 53) - tambahan dari penyusun.
KESIMPULAN :
Topik yang telah kami jelaskan sejauh ini merupakan salah satu kebenaran terbesar yang pernah Anda temui dalam hidup Anda. Dengan membuktikan bahwa seluruh dunia materi ini sesungguhnya hanyalah “wujud bayangan”, topik ini menjadi kunci untuk memahami keberadan Allah dan penciptaan oleh-NYA, di samping untuk memahami bahwa Dia-lah satu-satunya wujud mutlak.
Mereka yang memahami permasalahan ini sadar bahwa dunia ini bukanlah tempat seperti anggapan orang pada umumnya. Dunia bukanlah tempat mutlak yang benar-benar ada, seperti yang dipikirkan oleh mereka yang mengembara tanpa tujuan di jalanan, yang bertengkar di klab-klab, yang menyombongkan diri di kafe-kafe mewah, yang membanggakan rumah dan tanah, atau yang mengabdikan hidup mereka untuk tujuan palsu. Dunia hanyalah kumpulan persepsi, sebuah ilusi. Semua orang yang telah kami kutip sebelumnya hanya wujud bayangan yang menyaksikan persepsi ini di dalam otak mereka: meskipun demikian mereka tidak menyadari hal ini.
H A R U N Y A H Y A
"Karena orang-orang sudah pasti terpengaruh oleh saya, saya ingin berusaha dan memperbaiki kerusakan besar yang mungkin telah saya lakukan." (Anthony Flew)
Surat-surat kabar saat ini mengulang perkataan Anthony Flew yang dipenuhi penyesalan ini. Di masanya, Anthony Flew adalah filsuf ateis terkenal. Sebagai seorang profesor filsafat asal Inggris yang kini berusia 81 tahun, Anthony Flew memilih menjadi ateis di usia 15 tahun, dan pertama kali memunculkan namanya sendiri di dunia akademis dengan sebuah karya yang terbit di tahun 1950. Selama 54 tahun kemudian, ia mendukung ateisme sebagai pengajar di universitas Oxford, universitas Aberdeen, universitas Keele dan universitas Reading, di banyak universitas di America dan Kanada yang ia kunjungi, dalam berbagai debat, di buku-buku, di ruang-ruang kuliah dan dalam tulisan-tulisannya. Namun baru-baru ini, Anthony Flew telah mengumumkan bahwa ia telah meninggalkan kekeliruan ini dan menerima bahwa alam semesta telah diciptakan.
Penyebab utama dari perubahan pandangan yang sangat mendasar ini adalah bukti jelas dan pasti yang diungkap ilmu pengetahuan tentang penciptaan. Setelah mengetahui kerumitan makhluk hidup yang didasarkan pada keberadaan informasi, Anthony Flew menyadari bahwa asal usul yang sesungguhnya dari kehidupan adalah rancangan cerdas (intelligent design) dan bahwa ateisme yang telah dianut dan dipertahankannya selama 66 tahun adalah filsafat yang telah terbantahkan.
Anthony Flew mengemukakan alasan-alasan ilmiah yang mendasari perubahan keyakinan ini dalam ungkapan berikut:
"Berdasarkan tingkat kerumitan yang hampir tak dapat dipercaya dari penataan yang dibutuhkan untuk memunculkan [kehidupan], penelitian para pakar biologi terhadap DNA telah menunjukkan bahwa suatu kecerdasan pastilah telah ikut campur tangan." (1)
"Sudah terlampau sulit bahkan untuk memulai berpikir tentang membangun sebuah teori alamiah tentang evolusi makhluk hidup pertama yang dapat berkembang biak." (2)
"Saya telah menjadi yakin bahwa sungguh mustahil makhluk hidup pertama berevolusi dari benda mati dan kemudian berkembang menjadi makhluk yang luar biasa rumitnya. " (3)
Penelitian DNA yang dikutip Anthony Flew sebagai alasan mendasar perubahan pandangannya telah benarbenar mengungkap fakta-fakta mengejutkan tentang penciptaan. Bentuk heliks (rantai ganda terpilin) dari molekul DNA , kode genetik yang ada padanya, susunan nukleotida yang menggugurkan teori kebetulan, kemampuan menyimpan sejumlah besar informasi, dan banyak penemuan mengejutkan lainnya telah mengungkapkan bahwa struktur dan fungsi-fungsi molekul ini dirancang bagi kehidupan dengan rancangan khusus. Ulasan para ilmuwan yang menggeluti penelitian DNA menjadi saksi atas fakta ini.
Contohnya adalah Francis Crick, salah seorang ilmuwan yang mengungkap bentuk heliks DNA. Dihadapkan pada penemuan tentang DNA, Francis Crick mengakui bahwa asal usul kehidupan mengisyaratkan sebuah keajaiban:
Seorang yang jujur, yang memiliki seluruh pengetahuan yang kini tersedia di hadapan kita, hanya dapat menyatakan bahwa dalam beberapa hal, asal usul kehidupan saat ini tampak hampir menyerupai sebuah keajaiban, sungguh banyak kondisi yang harus dipenuhi agar hal tersebut dapat terjadi. (4)
Berdasarkan perhitungannya, Led Adleman dari Universitas Southern California di Los Angeles mengatakan bahwa satu gram DNA dapat menampung informasi sebanyak satu triliun CD. (5) Gene Myers, seorang ilmuwan yang dipekerjakan pada Human Genome Project (Proyek Genom Manusia), mengatakan hal berikut ini ketika berhadapan dengan penataan menakjubkan DNA yang ia saksikan:
"Apa yang sungguh mengejutkan saya adalah arsitektur kehidupan... Sistemnya begitu teramat rumit. Sepertinya hal itu telah dirancang...Ada kecerdasan mahahebat di sana." (6)
Fakta paling mengejutkan tentang DNA adalah bahwa keberadaan informasi genetik yang terkodekan (berupa sandi) sudah pasti tidak dapat dijelaskan dalam istilah materi dan energi atau hukum-hukum alamiah. Dr. Werner Gitt, profesor di Institut Fisika dan Teknologi Federal Jerman (the German Federal Institute of Physics and Technology), mengatakan berikut ini seputar masalah tersebut:
Sebuah sistem pengkodean (sistem sandi) selalu merupakan hasil dari suatu proses mental... Perlu ditegaskan bahwa materi saja tidak mampu memunculkan kode apa pun. Seluruh pengalaman menunjukkan bahwa dibutuhkan sebuah wujud yang mampu berpikir yang dengan kehendaknya sendiri menggunakan kemauan bebasnya, kemampuan memperoleh pengetahuan, dan kemampuan berkaryanya… Belum pernah ada hukum alamiah yang dengannya materi dapat memunculkan informasi, belum pernah ada pula proses fisika atau fenomena materi yang dapat melakukan hal ini. (7)
Para ilmuwan dan filsuf pendukung penciptaan berperan besar dalam penerimaan perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang didukung oleh semua penemuan ini. Sebelumnya, Anthony Flew turut serta dalam sejumlah debat dengan para ilmuwan dan filsuf yang mendukung penciptaan, dan saling bertukar pikiran dengan mereka. Titik balik dalam proses tersebut adalah sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Metasaintifik (the Institute for Metascientific Research) di Texas pada bulan Mei 2003. Anthony Flew ikut serta bersama dengan pengarang Roy Abraham Varghese, pakar fisika dan biologi molekuler asal Israel Gerald Schroeder, dan filsuf Katolik Roma John Haldane. Anthony Flew terkesan oleh kuatnya bukti ilmiah yang mendukung penciptaan dan karakter meyakinkan dari argumen-argumen penentangnya, dan menanggalkan ateisme sebagai keyakinan setelah diskusi itu. Dalam surat yang ia tulis kepada majalah Inggris, Philosophy Now edisi Agustus-September 2003, ia memuji buku Schroeder "The Hidden Face of God: Science Reveals the Ultimate Truth" (Wajah Tersembunyi Tuhan: Ilmu Pengetahuan Menyingkap Kebenaran Hakiki) dan buku Varghese "The Wonderful World" (Dunia Yang Menakjubkan). (8) Selama wawancara dengan profesor filsafat dan teologi Gary R. Habermas, yang juga berperan besar dalam merubah pandangannya (9), dan dalam video "Has Science Discovered God?" (Sudahkah Ilmu Pengetahuan Menemukan Tuhan?), ia secara terbuka menyatakan bahwa ia percaya pada perancangan cerdas (intelligent design).
"Kecerdasan Meliputi Alam Semesta" dan Keruntuhan Ateisme
Di hadapan seluruh perkembangan ilmiah sebagaimana dipaparkan di atas, pengakuan adanya perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang terkenal sebagai pembela ateisme selama bertahun-tahun, mencerminkan sebuah pemandangan terakhir dalam proses keruntuhan yang dialami ateisme. Ilmu pengetahuan modern telah menyingkap keberadaan suatu "kecerdasan yang meliputi alam semesta", yang dengannya menyingkirkan ateisme.
Dalam bukunya "The Hidden Face of God" (Wajah Tersembunyi Tuhan), Gerald Schroeder, salah seorang ilmuwan pendukung penciptaan yang berpengaruh dalam merubah keyakinan Anthony Flew, menulis:
"Sebuah kesadaran, kearifan universal, meliputi alam semesta. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan, khususnya yang meneliti sifat quantum dari materi penyusun atom, telah menggiring kita mendekati pemahaman yang mengejutkan: seluruh keberadaan adalah perwujudan dari kearifan ini. Di laboratoriumlaboratorium, kita mendapatinya sebagai informasi yang pertama-tama secara fisik mewujud sebagai energi dan kemudian terpadatkan hingga menjadi bentuk materi. Setiap partikel, setiap wujud, dari atom hingga manusia, terlihat mewakili satu tingkatan dari informasi, dari kearifan." (10)
Penelitian ilmiah terhadap cara kerja sel dan partikel-partikel penyusun atom materi telah mengungkap fakta ini tanpa dapat dibantah: Kehidupan dan alam semesta dimunculkan menjadi ada dari ketiadaan oleh kehendak dari suatu wujud yang memiliki kecerdasan dan kearifan yang mahatinggi. Tidak ada keraguan bahwa pemilik pengetahuan dan kecerdasan yang meliputi alam semesta di seluruh tingkatannya adalah Allah Yang Mahakuasa. Allah menyatakan kebenaran ini dalam Al Qur'an:
Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 2:115)
Konsep ini sangat penting karena meruntuhkan filsafat materialis yang menolak keberadaan Allah, dan menghancurkan filsafat tersebut. Inilah sebabnya materialis seperti Marx, Engels, dan Lenin menjadi panik dan gusar, dan memperingatkan pengikut mereka “untuk tidak memikirkannya” jika ada orang yang menyampaikan konsep ini. Sesungguhnya orang-orang seperti ini cacat mentalnya sehingga tidak dapat memahami fakta bahwa persepsi terbentuk dalam otak. Mereka menganggap dunia yang mereka saksikan di dalam otak adalah “dunia luar”. Mereka tidak dapat memahami bukti-bukti yang menunjukkan sebaliknya.
Ketidak sadaran ini dikarenakan Allah tidak memberi kebijaksanaan kepada mereka yang tidak beriman. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an tentang orang-orang yang tidak beriman, “mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai..” (QS. Al-A’raf, 7: 179)
Anda dapat mengkaji lebih jauh lagi dengan menggunakan kekuatan refleksi pribadi Anda. Untuk itu Anda harus berkonsentrasi, memusatkan perhatian dan merenungkan cara Anda melihat benda-benda di sekeliling Anda dan cara Anda menyentuhnya. Jika Anda berpikir dengan penuh konsentrasi, Anda dapat merasakan wujud bijak yang melihat, mendengar, menyentuh, berpikir, dan membaca buku pada saat ini hanyalah jiwa. Jiwa ini pula yang menyaksikan persepsi yang disebut “materi” pada sebuah layar. Orang yang telah memahami hal ini dianggap beranjak dari tataran dunia materi yang telah menipu sebagian besar kemanusiaan, dan masuk ke dalam tataran eksistensi sesungguhnya.
Kenyataan ini telah dipahami oleh sejumlah penganut agama dan filsafat sepanjang sejarah. Intelektual muslim seperti Imam Rabbani, Muhyiddin Ibnu Arabi dan Mevlana Cami menyadari fakta ini dari tanda-tanda di dalam Al-Qur’an dan dengan menggunakan akal mereka. beberapa filsuf barat seperti George Barkeley juga telah memahami realitas yang sama melalui akalnya. Imam Rabbani menulis di dalam Maktubah (suratnya) bahwa alam semesta materi ini adalah “ilusi dan anggapan (persepsi)” dan Allah-lah satu-satunya wujud mutlak:
Allah.. Subtansi semua wujud yang Dia ciptakan tak lain dari kehampaan.. Ia menciptakan semuanya dalam tataran indra dan ilusi.. Eksistensi alam semesta berada di dalam tataran indra dan ilusi, dan bukan materi.. Sesunguhnya, di luar itu tidak ada apa-apa kecuali Wujud Yang Agung (yaitu Allah).
Imam Rabbani secara eksplisit menyatakan bahwa semua citra yang dihadapkan pada manusia hanya ilusi, dan tidak memiliki bentuk asli di “luar”.
Siklus imajiner ini digambarkan dalam imajinasi. Yang terlihat hanyalah dalam batas-batas yang digambarkan saja, walau dengan mata pikiran. Di luar, ini seolah-olah dilihat dengan mata kepala. Namun kejadiannya bukan demikian. Itu bukan penunjukkan atau jejak di luar. Tidak ada apa pun untuk dilihat. Bahkan wajah seseorang yang dipantulkan oleh cermin pun sebenarnya demikian. Tidak ada kekonstanan di luar. Tidak diragukan lagi, baik kekonstanan dan citra hanya dalam IMAJINASI. Allah, Dialah Yang Maha Mengetahui.
Mevlana Cami menyatakan fakta serupa yang ditemukannya dengan mengikuti tanda-tanda dari al-Qur’an dan dengan menggunakan akalnya: “Apa pun yang ada di alam semesta adalah rasa dan ilusi. Semuanya seperti pantulan pada cermin atau bayangan belaka.”
Akan tetapi, sepanjang sejarah, orang-orang yang memahami fakta ini sangat terbatas. Intelektual terkemuka seperti Imam Rabbani menuliskan bahwa mungkin sulit menceritakan fakta ini kepada masyarakat dan kebanyakan orang tidak bisa memahaminya.
Dalam zaman kita hidup, fakta ini telah teruji secara empiris berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, fakta bahwa alam semesta adalah wujud bayangan telah digambarkan secara nyata, jelas dan eksplisit.
Dengan alasan inilah, abad ke-21 menjadi titik balik sejarah di mana manusia pada umumnya akan memahami realitas ilahiah dan akan berbondong-bondong menuju Allah, satu-satunya Wujud Mutlak. Dalam abad ke-21, paham materialistis abad ke-19 akan di buang ke keranjang sampah sejarah, eksistensi dan Ciptaan Allah akan dipahami, seperti dipahaminya fakta ketiadaan ruang dan waktu, manusia akan terbebaskan dari selubung, penipuan dan takhayul kuno yang menyelimuti mereka. tidak mungkin kenyataan tak terbantahkan ini dapat dihalangi oleh suatu wujud bayangan.
Akan tetapi, penelitian modern dalam berbagai bidang ilmu menunjukkan pemahaman sangat berbeda dan menimbulkan keraguan serius tentang indra kita serta dunia yang kita pahami dengannya.
Titik awal pendekatan ini adalah bahwa gagasan “dunia luar” yang terbentuk dalam otak kita hanya sebuah respon yang diciptakan oleh sinyal-sinyal elektris. Merahnya apel, kerasnya kayu, bahkan ibu, ayah, keluarga Anda dan segala sesuatu yang Anda miliki, rumah, pekerjaan, kalimat-kalimat dalam buku ini, hanya terdiri dari sinyal-sinyal elektris.
Frederick Vester menjelaskan apa yang telah dicapai ilmu pengetahuan tentang subjek ini :
Pernyataan-pernyataan beberapa ilmuwan bahwa “manusia adalah sebuah citra, segala sesuatu yang dialaminya bersifat sementara dan menipu, dan alam semesta ini adalah bayangan”, tampaknya dibuktikan oleh ilmu pengetahuan mutakhir.
Filsuf terkemuka George Berkeley mengomentari permasalahan ini sebagai berikut :
Kita mempercayai keberadaan objek-objek hanya karena kita melihat dan menyentuhnya, dan objek-objek ini direfleksikan kepada kita oleh persepsi kita. Akan tetapi, persepsi kita hanyalah ide-ide di dalam otak.
Oleh karena itu, objek yang kita tangkap dengan persepsi tidak lain hanya ide-ide, dan ide-ide ini pada dasarnya hanya ada di dalam pikiran kita sendiri… karena semua ini hanya ada di dalam pikiran, berarti kita telah tertipu ketika membayangkan bahwa alam semesta dan segala sesuatu memiliki eksistensi di luar pikiran kita. Jadi tidak ada sesuatu pun di sekeliling kita yang memiliki eksistensi di luar pikiran kita.
Untuk memperjelas permasalahan ini, mari kita pikirkan indra penglihatan kita, yang memberikan informasi paling luas tentang dunia luar.
Bagaimana kita melihat, mendengar dan mengecap?
Proses penglihatan terjadi melalui cara yang sangat canggih. Paket-paket cahaya (foton) yang melintas dari objek ke mata melewati lensa di bagian depan mata. Paket-paket cahaya ini terpecah-pecah dan jatuh terbalik pada retina di bagian belakang mata. Di sini, cahaya tersebut diubah menjadi sinyal-sinyal elektris, kemudian dikirimkan oleh sel-sel saraf ke bintik kecil yang disebut pusat penglihatan di bagian belakang otak. Sinyal listrik ini diterjemahkan sebagai sebuah citra setelah melalui serangkaian proses. Tindakan melihat sebenarnya terjadi dalam bintik kecil ini, yang merupakan tempat gelap pekat dan terisolasi total dari cahaya.
Sekarang, marilah kita kaji kembali proses yang tampaknya biasa dan tidak istimewa ini. Saat kita mengatakan “kita melihat”, sebenarnya kita melihat efek impuls yang mencapai mata dan muncul di dalam otak setelah cahaya diubah menjadi sinyal listrik. Jadi ketika kita mengatakan “kita melihat” sebenarnya kita sedang mengamati sinyal-sinyal elektris di dalam otak kita.
Semua citra yang kita lihat dalam kehidupan dibentuk di dalam pusat penglihatan, yang hanya beberapa kubik sentimeter dari keseluruhan volume otak. Baik buku yang sedang Anda baca maupun dataran tanpa batas yang Anda lihat ketika menatap cakrawala tercakup dalam ruangan kecil ini. Hal lain yang harus diingat adalah bahwa otak terisolasi dari cahaya, di dalamnya benar-benar gelap. Tidak ada kontak antara otak dengan cahaya itu sendiri.
Kita dapat menjelaskan situasi menarik ini dengan sebuah contoh. Andaikan ada sebuah lilin menyala di depan kita. Kita bisa duduk di depan lilin tersebut dan memperhatikannya untuk beberapa lama. Selama itu otak kita tidak bersentuhan langsung dengan cahaya lilin. Bahkan ketika kita melihat cahaya lilin, bagian dalam otak kita gelap gulita. Kita melihat dunia yang berwarna-warni dan cerah di dalam otak kita yang gelap.
R.L. Gregory memberikan penjelasan berikut tentang aspek menakjubkan dari melihat, suatu kegiatan yang kita anggap biasa:
Kita begitu terbiasa dengan melihat sehingga diperlukan lompatan imajinasi untuk menyadari bahwa terdapat kerumitan di balik ini. Tetapi cobalah pikirkan hal ini. Mata kita diberi citra kecil dan terbalik, dan kita melihat benda-benda nyata di sekitar kita. Dari pola simulasi pada retina mata inilah kita memahami dunia benda, dan ini adalah suatu keajaiban.
Proses mendengar terjadi dengan cara yang sama. Telinga luar menangkap suara melalui daun telinga dan membawanya ke telinga bagian tengah; telinga bagian tengah meneruskan dan memperkuat
getaran suara ini ke telinga bagian dalam; telinga bagian dalam mengubah getaran suara ini menjadi sinyal-sinyal elektris dan mengirimkannya ke otak. Seperti halnya mata, tindakan mendengar berakhir di pusat pendengaran dalam otak. Otak kita terisolasi dari suara seperti halnya terisolasi dari cahaya. Oleh karena itu, bagaimanapun gaduhnya di luar, bagian dalam otak sunyi senyap.
Meskipun demikian, suara paling lemah pun bisa ditangkap dalam otak. Proses ini sangat presisi sehingga telinga orang sehat mampu mendengarkan suara apa pun tanpa gangguan atau interfensi asmosferik. Dalam otak yang terisolasi dari suara, Anda menangkap simfoni orkestra, kebisingan di tempat ramai dan semua jenis suara dalam rentang frekuensi yang lebar mulai dari desir dedaunan hingga deru pesawat jet. Namun jika pada saat itu tingkat suara dalam otak Anda diukur dengan suatu peralatan sensitive, akan didapati bahwa di dalam otak sepenuhnya sunyi.
Persepsi kita tentang aroma terbentuk dengan cara yang sama. Molekul-molekul ‘volatil’ (mudah menguap) yang dikeluarkan benda seperti vanilla atau mawar mencapai reseptor (sensor penerima) berupa rambut-rambut lembut di daerah epitel hidung sehingga terjadilah interaksi. Interaksi ini disampaikan ke otak sebagai sinyal elektris dan dipahami sebagai aroma. Segala sesuatu yang kita cium, baik yang enak maupun tidak, pada hakikatnya adalah pemahaman otak terhadap interaksi molekul-molekul volatil yang diubah ke dalam sinyalsinyal elektris. Anda menangkap bau parfum, bunga, makanan kegemaran, laut atau aroma lain yang Anda suka ataupun tidak, di dalam otak Anda. Molekul-molekul itu sendiri tidak pernah menyentuh otak. Jadi sama dengan pendengaran dan penglihatan, yang sampai ke otak Anda hanya sinyal-sinyal listrik. Dengan kata lain, semua aroma yang sejak lahir Anda anggap berasal dari objek-objek luar, sebenarnya hanya sinyal-sinyal elektris yang Anda rasakan melalui indra.
Demikian pula dengan empat macam reseptor kimiawi di bagian depan lidah manusia. Sensor-sensor ini menangkap rasa asin, manis, asam dan pahit. Setelah serangkaian proses kimia, sensor-sensor rasa mengubah persepsi rasa ini ke dalam sinyal elektris dan mengirimkannya ke otak. Sinyal-sinyal ini dipahami sebagai rasa oleh otak. Rasa yang Anda peroleh ketika Anda memakan coklat atau buah yang Anda suka merupakan interpretasi sinyal-sinyal elektris oleh otak. Anda tidak akan pernah dapat menjangkau objek di luar tersebut; Anda tidak pernah dapat melihat, mencium atau merasakan coklat itu sendiri. Sebagai contoh, jika saraf pengecap yang terhubung ke otak dipotong, apapun yang Anda makan tidak akan sampai pada otak; Anda akan kehilangan kemampuan mengecap.
Sampai di sini, kita mendapati fakta lain : kita tidak pernah bisa yakin bahwa apa yang kita rasakan ketika kita mengecap makanan adalah sama dengan apa yang orang lain rasakan ketika dia mengecap makanan yang sama, atau apa yang kita tangkap ketika kita mendengar bunyi adalah sama dengan apa yang ditangkap orang lain ketika dia mendengar bunyi yang sama. Terhadap fakta ini, Lincoln Barnett mengatakan bahwa tidak seorang pun dapat mengetahui apakah orang lain melihat warna merah atau mendengar nada C sama dengan yang dilihat dan didengarnya.
Indra peraba kita tidak berbeda dengan indra lainnya. Ketika kita meraba sebuah objek, semua informasi yang membantu kita mengenali dunia luar dan objek-objek dibawa ke otak oleh saraf pada kulit. Rasa sentuhan dibentuk dalam otak kita. Berlawanan dengan keyakinan umum, kita merasakan sentuhan bukan di ujung jari atau kulit melainkan di pusat sentuh di dalam otak. Sebagai hasil tafsiran otak terhadap stimulan-stimulan elektris yang datang dari suatu objek, kita menangkap rasa yang berbeda dari objek-objek tersebut seperti keras atau lunak, panas atau dingin. Kita mendapatkan semua detail informasi yang membantu kita mengenali sebuah objek dari stimulan seperti ini. Dua filsuf terkenal, B. russel dan L. Wittgeinstein, mengungkapkan pemikiran mereka tentang fakta penting ini sebagai berikut :
Sebagai contoh, apakah sebuah jeruk benar-benar ada atau tidak dan bagaimana buah ini menjadi ada tidak bisa dipertanyakan dan diselidiki. Sebuah jeruk hanya terdiri dari rasa yang dikecap lidah, aroma yang dicium hidung, warna dan bentuk yang dilihat mata; dan hanya sifat-sifat inilah yang dapat dijadikan bahan pengujian dan penelitian. Ilmu pengetahuan tidak akan pernah tahu dunia fisik.
Tidak mungkin kita menjangkau dunia fisik. Semua objek di sekeliling kita adalah kumpulan persepsi dari penglihatan, pendengaran, dan sentuhan. Dengan mengolah data di pusat penglihatan dan di pusat-pusat sensoris lain, seumur hidup otak kita berhadapan bukan dengan materi “asli” yang ada di luar kita, melainkan dengan tiruan yang terbentuk di dalam otak. Pada titik inilah kita keliru mengasumsikan bahwa tiruan-tiruan ini adalah materi-materi sejati di luar kita.
Ketakutan Terbesar Materialis
Buku – Fakta-fakta yang mengungkap Hakikat Hidup karya Harun Yahya – ini mengungkapkan bahwa materi hanya suatu persepsi. Untuk sementara waktu, tidak ada serangan balik yang subtansial dari kalangan materialis Turki terhadap pemikiran-pemikiran yang diungkapkan di sini. Karenanya, kami mendapat kesan bahwa maksud kami belum mereka tangkap dengan jelas dan diperlukan penjelasan lebih lanjut. Akan tetapi, belum lama ini, terungkap bahwa materialis merasa gelisah atas kepopuleran pemikiran ini dan bahkan sangat takut padanya.
Materialis dengan gencar mengungkapkan ketakutan dan kepanikan mereka melalui berbagai terbitan, konferensi dan diskusi panel. Wacana mereka yang propagandis dan tanpa harapan menyiratkan bahwa mereka mengalami krisis intelektual yang hebat. Keruntuhan ilmiah teori evolusi, yang menjadi dasar keyakinan mereka, telah sangat mengejutkan mereka. sekarang mereka mulai menyadari bahwa mereka mulai kehilangan materi itu sendiri, inti keyakinan yang lebih penting daripada Darwinisme. Ini membuat mereka lebih terpukul. Mereka menyatakan bahwa selain merupakan “ancaman terbesar” bagi mereka, permasalahan ini juga “merusak struktur budaya mereka”.162
Salah seorang materialis yang menyatakan kepanikan dan kecemasan secara terang-terangan adalah Renan Pekunlu, akademisi dan penulis majalah Billim ve Utopya (Ilmu Pengetahuan dan Utopia). Dalam artikel majalah yang membela materialisme ini dan diskusi panel yang diikutinya, Renan Pekunlu menyatakan buku Keruntuhan Teori Evolusi (Evolution Deceit) sebagai “ancaman” nomor satu terhadap materialisme. Ia sudah cukup risau dengan bab-bab yang meruntuhkan Darwinisme, tetapi bagian yang Anda baca sekarang adalah bagian yang paling mengganggunya. Kepada para pembaca dan (hanya segelintir) peserta diskusinya, Pekunlu berpesan, “Jangan biarkan diri Anda hanyut dalam indoktrinasi idealisme dan jagalah keyakinan Anda pada materialisme”. Ia merujuk Vladimir I. Lenin163, pemimpin revolusi berdarah Rusia, sebagai panutan. Sambil menyarankan setiap orang membaca buku Lenin yang berjudul Materialism and Empirio-Criticism dan sudah berumur satu abad, Pekunlu hanya dapat mengulang kata-kata Lenin: “Jangan memikirkan persoalan ini, atau Anda akan kehilangan materialisme dan terhanyut dalam agama”. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya pada majalah Billim ve Utopya, Pekunlu mengutip pernyataan Lenin berikut :
Sekali Anda menolak realitas kebendaan, menyerah pada pengindraan, Anda telah kehilangan segala daya untuk melawan fiedisme164, karena Anda telah tergelincir kepada agnotisisme165 atau subjektivisme166 – hanya itu yang dibutuhkan fiedisme. Satu cakar saja terjerat, seekor burung tertangkap. Dan semua pengikut kita akan terjerat dalam idealisme, yaitu fiedisme yang tidak kentara; mereka terjerat segera setelah menganggap “pengindraan” bukan lagi suatu citra dunia luar tetapi “unsur” khusus. Pengindraan, pikiran, jiwa dan keinginan bukan seperti itu adanya.
Kata-kata ini secara eksplisit menunjukkan bahwa fakta yang menggusarkan Lenin dan ingin ia keluarkan dari pikirannya dan “kameradnya”; yang juga meresahkan materialis dewasa ini. Akan tetapi, Pekunlu dan materialis lain mengalami keadaan lebih menyusahkan; karena mereka sadar bahwa sekarang fakta ini dikemukakan dengan cara dan bentuk lebih eksplisit dan meyakinkan daripada 100 tahun lalu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, persoalan ini dijelaskan dengan cara yang tidak mungkin ditolak. Meski demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa sejumlah besar ilmuwan materialis tidak sungguh-sungguh menanggapi fakta bahwa “materi hanyalah persepsi”.
Persoalan yang dijelaskan dalam bab ini adalah salah satu persoalan penting dan menarik yang pernah dijumpai seseorang dalam hidupnya. Mereka pasti belum pernah menghadapi persoalan sepenting ini sebelumnya. Namun, reaksi ilmuwan-ilmuwan itu atau sikap mereka dalam ceramah dan artikel mereka mengisyaratkan betapa dangkalnya pemahaman mereka.
Reaksi sebagian materialis terhadap permasalahan yang didiskusikan di sini menunjukkan bahwa ketaatan buta terhadap materialisme telah merusak logika mereka, sehingga semakin sulit memahami persoalan ini. Sebagai contoh, Alaettin Senel, yang juga seorang akademisi dan penulis untuk Billim ve Utopya, berpesan seperti Rennan Pekunlu : “Lupakan keruntuhan Darwinisme, ancaman yang sesungguhnya adalah persoalan ini”. Dia juga membuat tuntutan seperti “Buktikan saja apa yang Anda katakan” karena merasa bahwa filsafatnya tidak berdasar. Yang lebih menarik adalah dalam salah satu tulisannya, ia menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak dapat memahami fakta yang dianggapnya sebagai ancaman ini.
Dalam sebuah artikel yang ditulis khusus membahas masalah ini, Senel menerima bahwa dunia luar ditangkap oleh otak sebagai sebuah citra. Akan tetapi, kemudian ia menyatakan bahwa citra terbagi menjadi dua jenis yaitu citra berkorelasi fisik dan citra yang tidak berkorelasi fisik, dan bahwa citra dunia luar termasuk ke dalam citra yang berkorelasi fisik. Untuk mendukung pernyataannya, ia memberikan “contoh telepon”. Ringkasnya, ia menulis: “Saya tidak tahu apakah citra dalam otak saya berkorelasi dengan dunia luar atau tidak, tetapi hal yang sama berlaku ketika saya berbicara di telepon. Ketika saya berbicara di telepon, saya tidak dapat melihat orang yang saya ajak bicara, tetapi saya dapat menginformasikan percakapan tersebut ketika saya bertemu langsung dengannya”.
Dengan pernyataan di atas, Senel sebenarnya bermaksud menyatakan : “Jika kita meragukan persepsi kita, kita dapat melihat pada materi itu sendiri dan memeriksa realitasnya”. Konsep ini jelas-jelas salah karena kita tidak mungkin menjangkau materi itu sendiri. Kita tidak dapat keluar dari pikiran kita dan mengetahui apakah “luar” itu. Apakah suara dalam telepon berkorelasi atau tidak, dapat dikonfirmasikan pada lawan bicara di telepon. Namun, konfirmasi ini juga hanya persepsi yang dialami otak kita.
Sebenarnya, orang-orang ini juga mengalami kejadian yang sama di dalam mimpi mereka. sebagai contoh, Senel dapat saja melihat dalam mimpinya bahwa ia berbicara di telepon dan kemudian meminta orang yang ia ajak bicara mengkonfirmasikan pembicaraan tersebut. Atau Pekunlu dalam mimpinya mengalami “ancaman serius” dan menyarankan orang-orang membaca buku-buku Lenin yang sudah kuno. Apa pun yang mereka lakukan, para materialis ini tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa kejadian-kejadian yang mereka alami dan orang-orang yang mereka ajak bicara di dalam mimpi hanyalah persepsi belaka.
Lalu siapakah seseorang yang dapat mengkonfirmasi bahwa citra di dalam otak berkorelasi atau tidak? Apakah kepada wujud bayangan di dalam otaknya lagi? Tak diragukan lagi, materialis mustahil menemukan sumber informasi yang dapat memberikan data mengenai keadaan di luar otak dan mengkonfirmasikannya.
Mengakui semua persepsi terbentuk di dalam otak, tetapi juga mengasumsikan bahwa seseorang dapat melangkah “keluar” dari otak dan mengkonfirmasikan persepsi ini pada dunia luar, menunjukkan kapasitas pemahaman yang terbatas dan penalaran yang terganggu.
Sebenarnya fakta yang dijelaskan di sini dapat dengan mudah ditangkap oleh orang dengan tingkat pemahaman dan penalaran normal. Setiap orang yang berpikiran lurus akan mengetahui, sehubungan dengan semua yang telah kita bicarakan, bahwa ia mustahil menguji keberadaan dunia luar dengan indranya. Namun, terlihat jelas bahwa ketaatan buta terhadap materialisme telah mengganggu penalaran manusia. Oleh karenanya, materialis kontemporer menunjukkan gangguan logika berat seperti guru-guru mereka yang mencoba “membuktikan” keberadaan materi dengan menendang batu atau memakan kue.
Seperti telah dikatakan sebelumnya pula, kondisi ini bukan sesuatu yang mengherankan; sebab ketidakmampuan memahami adalah sifat umum semua orang yang tidak beriman. Dalam Al-Qur’an, Allah secara khusus menyatakan bahwa mereka adalah “kaum yang tidak mau mempergunakan akal” (QS. Al- Maidah, 5: 58)
note:
162. Teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup di muka bumi tercipta sebagai akibat dari peristiwa kebetulan dan muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Teori ini bukanlah hukum ilmiah maupun fakta yang sudah terbukti. Di balik topeng ilmiahnya, teori ini adalah pandangan hidup materialis yang dijejalkan ke dalam masyarakat oleh kaum Darwinis. Dasar-dasar teori ini – yang telah digugurkan oleh bukti-bukti ilmiah di segala bidang – adalah cara-cara mempengaruhi dan propaganda, yang terdiri atas tipuan, kepalsuan, kontradiksi, kecurangan, dan ilusi permainan sulap.
Teori evolusi diajukan sebagai hipotesa rekaan di tengah konteks pemahaman ilmiah abad kesembilan belas yang masih terbelakang, yang hingga hari ini belum pernah didukung oleh percobaan atau penemuan ilmiah apa pun. Sebaliknya, semua metode yang bertujuan membuktikan keabsahan teori ini justru berakhir dengan pembuktian ketidakabsahannya.
Namun, bahkan sekarang, masih banyak orang beranggapan bahwa evolusi adalah fakta yang sudah terbukti kebenarannya – layaknya gaya tarik bumi atau hukum benda terapung. Sebab, seperti telah dinyatakan di muka, teori evolusi sesungguhnya sangatlah berbeda dari yang diterima masyarakat selama ini. Oleh sebab itu, pada umumnya orang tidak tahu betapa buruknya landasan berpijak teori ini; betapa teori ini sudah digagalkan oleh bukti ilmiah pada setiap langkahnya; dan betapa para evolusionis terus berupaya menghidupkan teori evolusi, walaupun teori ini sudah “menghadapi ajalnya”. Para evolusionis hanya mengandalkan hipotesa yang tak terbukti, pengamatan yang penuh prasangka dan tak sesuai kenyataan, gambar-gambar khayal, cara-cara yang mampu mempengaruhi kejiwaan, dusta yang tak terhitung jumlahnya, serta teknik-teknik sulap.
Kini, berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti paleontologi (cabang geologi yang mengkaji kehidupan pra-sejarah melalui fosil – penerj.), genetika, biokimia dan biologi molekuler telah membuktikan bahwa tak mungkin makhluk hidup tercipta akibat kebetulan atau muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Sel hidup, demikian dunia ilmiah sepakat, adalah struktur paling kompleks yang pernah ditemukan manusia. Ilmu pengetahuan modern mengungkapkan bahwa satu sel hidup saja memiliki struktur dan berbagai sistem rumit dan saling terkait, yang jauh lebih kompleks daripada sebuah kota besar. Struktur kompleks seperti ini hanya dapat berfungsi apabila masingmasing bagian penyusunnya muncul secara bersamaan dan dalam keadaan sudah berfungsi sepenuhnya. Jika tidak, struktur tersebut tidak akan berguna, dan semakin lama akan rusak dan musnah. Tak mungkin semua bagian penyusun sel itu berkembang secara kebetulan dalam jutaan tahun, seperti pernyataan teori evolusi. Oleh sebab itulah, rancangan yang begitu kompleks dari sebuah sel saja, sudah jelasjelas menunjukkan bahwa Tuhan-lah yang menciptakan makhluk hidup. (Keterangan lebih rinci dapat dibaca dalam buku Harun Yahya, Miracle in the Cell).
Akan tetapi, para pembela filsafat materialis tidak bersedia menerima fakta penciptaan karena beragam alasan ideologis. Hal ini disebabkan kemunculan dan perkembangan masyarakat yang hidup dengan berpedomankan akhlak mulia yang diajarkan agama yang sejati kepada ummat manusia melalui perintah dan larangan Tuhan bukanlah menjadi harapan kaum materialis ini. Masyarakat yang tumbuh tanpa nilai moral dan spiritual lebih disukai kalangan ini, sebab mereka dapat memanipulasi masyarakat yang demikian demi keuntungan duniawi mereka sendiri. Itulah sebabnya, kaum materialis mencoba terus memaksakan teori evolusi – yang berisi dusta bahwa manusia tidak diciptakan, tetapi muncul atas faktor kebetulan dan berevolusi dari jenis binatang – serta, dengan segala cara, berupaya mempertahankan teori evolusi agar tetap hidup. Kaum materialis meninggalkan akal sehat dan nalar, serta mempertahankan omong-kosong ini di setiap kesempatan, walaupun bukti ilmiah dengan jelas telah menghancurkan teori evolusi dan menegaskan fakta penciptaan.
Sumber : Runtuhnya Teori Evolusi karya Harun Yahya. –tambahan dari penyusun.
163. Dr. H. Agus Usmansyah Suryasoemirat dalam bukunya yang berjudul ’Membedah Isra Mi’raj Melalui Ilmu Astrofisika’, menulis : ”Suatu ketika, di dalam suatu majlis, Rasululloh SAW. di tengah-tengah para sahabat ditanya oleh seorang yang belum beriman/kafir/nonmuslim untuk menunjukkan mu’jizat yang bisa diperbuat oleh Rasulullah SAW. Padahal Rasululloh SAW. telah mengajarkan bahwa mu’jizat sudah berada di sekitar mereka, yaitu keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada bukan kita yang menciptakannya: mulai dari rasa haus, air minum, rasa lapar, kurma/makanan, daging kambing, domba bakar, kayu bakar, api, panas, pasir batu, bumi, udara, awan, meteor, bulan, matahari, bintang, galaksi, nova, supernova, jauh, dekat, jarak dan waktu dan semuanya ini telah diajarkan oleh Al-Qur’an, singkatnya Mu’jizat yang ditampilkan atau yang diberikan/dimiliki/diperbuat/diucapkan oleh Rasululloh SAW adalah antara lain kitab suci Al-Qur’an, yang di dalamnya diajarkan bahwa Tuhan Seru sekalian alam adalah Allah SWT. Yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Suci dan seterusnya.
Jawaban Rasululloh SAW. tersebut dapat diterima serta merta oleh para sahabat, tetapi tidak bisa diterima oleh orang belum beriman/orang kafir/non-muslim tersebut. Kita maklum bahwa tidak ada seorang Professor ahli fisika (dari dahulu sampai sekarang) yang dapat membuat sebutir elektron atau sebutir proton atau sebutir quark atau sebutir neutrino, atau sekedar membuat suatu ruang untuk tempat partikel-partikel tersebut (elektron, proton, quark, neutrino) dan lain-lain dari ketidakberadaan. Apatah lagi membuat sebuah molekul yang sederhana sekalipun seperti molekul air. Lebih-lebih atom dan molekul penyusun kehidupan seperti yang terdiri dari : C, H, O, N, S, P, Fe, Mg, Zn, Cu, dan lain-lain sampai ke asam amino dan DNA. Ini artinya para sahabat Nabi SAW. maklum dan meyakini benar bahwa hidupnya semata-mata karena Allah Ta’ala juga matinya semata-mata karena Allah Ta’ala juga ibadah dan shalatnya karena Allah SWT.
Jadi seandainya mereka (para Sahabat Nabi SAW.) ada di jaman sekarang dan menyaksikan sendiri kemajuan teknologi informasi (TV, komputer, ponsel, dan sebagainya), teknologi kedokteran (identifikasi DNA, bayi tabung, cloning, dan sebagainya), teknologi ruang angkasa, teknologi nuklir, astronomi dan astrofisika, dan sebagainya, mereka tidak akan heran karena sudah berbekal keimanan bahwa Allah SWT adalah Pencipta semuanya dan bersifat kulli syai’in qodir. Namun, orang kafir tersebut masih belum mau menerima mu’jizat ini. Dia menolak bahwa hidup, ibadah, mati dan lain-lainnya ada karena diciptakan oleh Allah SWT. Ini seperti faham komunisme (Marxisme dan Leninisme)”.
Sementara itu, Albert Einsten (pakar fisika yang dikenal jenius) pernah mengatakan bahwa siapapun yang memperhatikan alam semesta dengan seksama, akan tahu bahwa yang menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Bijak, dan dengan perhitungan. –tambahan dari penyusun.
164. Bersandar pada keyakinan semata, dengan mengabaikan filsafat ataupun penalaran ilmiah dalam masalah agama.
165. Keyakinan yang tidak mempedulikan ada atau tidaknya Tuhan.
166. Doktrin bahwa pengetahuan dibatasi oleh kesadaran diri dan keadaan sensorinya.
Materialis Terperosok dalam Perangkap Terbesar Sepanjang Sejarah
Di Turki, gelombang kepanikan yang melanda kalangan materialis, seperti beberapa contoh terdahulu, menunjukkan bahwa materialis menghadapi kekalahan telak yang belum pernah mereka hadapi sepanjang sejarah. Fakta bahwa materi hanyalah persepsi telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Fakta ini dikemukakan dengan sangat jelas, jujur dan kuat. Yang tersisa bagi materialis hanya keruntuhan seluruh dunia materi, dunia yang mereka percayai secara buta dan menjadi sandaran selama ini.
Sepanjang sejarah manusia, pemikiran materialis selalu hadir. Mereka menentang Allah yang menciptakan mereka karena sangat yakin pada diri sendiri dan filsafat yang mereka pegang. Skenario yang mereka rumuskan menyatakan bahwa materi tidak bermula dan tidak pula berakhir, dan semua materi tidak mungkin memiliki Pencipta. Mereka mengingkari Allah hanya karena kesombongan, dengan berlindung di balik materi yang mereka anggap memiliki keberadaan nyata. Mereka begitu meyakini filsafat ini sehingga menganggap tak mungkin ada penjelasan yang membuktikan sebaliknya.
Semua alasan di atas menjelaskan mengapa fakta-fakta yang disajikan dalam buku ini, yang berkaitan dengan sifat-sifat sejati materi, sangat mengejutkan mereka. penjelasan buku ini telah menghancurkan dasar filsafat mereka dan tak menyisakan apa pun untuk dibicarakan lagi. Materi, yang telah menjadi dasar pemikiran, kehidupan, kesombongan dan penolakan mereka, lenyap tiba-tiba. Bagaimana materialisme bisa bertahan jika materi tidak ada?
Salah satu kekuasaan Allah adalah rencana-NYA terhadap kaum yang tidak beriman. Hal ini dinyatakan dalam ayat “Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya” (QS. Al-Anfal, 8:30)
Allah menjebak materialis dengan membuat mereka berasumsi bahwa materi benar-benar ada, dan mempermalukan mereka dengan cara-NYA. Materialis beranggapan bahwa harta benda, status, jabatan, masyarakat lingkungan mereka, seluruh dunia dan lain-lainnya benar-benar ada, dan dengan mengandalkan semua itu mereka menjadi sombong terhadap Allah. Mereka menentang Allah dengan kesombongan yang melengkapi ketidakpercayaan mereka. mereka sepenuhnya bergantung pada materi. Akan tetapi, mereka benar-benar tidak memahami bahwa Allah meliputi segala sesuatu. Allah menyatakan akibat sikap keras kepala orang-orang yang tidak beriman ini:
“Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya.” (QS. At-Thur, 52: 42)
Barangkali inilah kekalahan terbesar sepanjang sejarah. Sementara materialis menjadi sombong atas kemauan sendiri, mereka mengobarkan peperangan terhadap Allah, dengan cara memunculkan sesuatu yang berlebih-lebihan untuk melawannya. Dalam hal ini mereka telah tertipu dan menderita kekalahan besar. Ayat “Dan demikianlah kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipudaya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya” menunjukkan ketidaksadaran orang-orang yang berperang melawan Pencipta mereka, dan apa kesudahan mereka (QS. Al-An’aam : 123). Dalam ayat lain, kenyatan tersebut diungkapkan sebagai berikut :
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak menyadarinya” (QS. Al-Baqarah, 2: 9)
Ketika orang-orang yang tidak beriman mencoba menyusun rencana, mereka tidak menyadari sebuah fakta penting sebagaimana ditekankan dengan kalimat “mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak menyadarinya” dalam ayat tersebut. Faktanya, segala sesuatu yang mereka alami adalah gambaran yang sengaja dirancang untuk mereka tangkap, dan seluruh rencana yang mereka susun hanyalah citra yang terbentuk di dalam otak mereka, seperti juga seluruh tindakan yang mereka lakukan. Kebodohan telah membuat mereka lupa bahwa tidak ada yang bersama mereka selain Allah, dan karenanya, mereka terjebak dalam rencana jahat mereka sendiri.
Sebagaimana kaum tidak beriman di zaman dahulu, kaum tidak beriman yang hidup sekarang jugamenghadapi kenyataan yang akan menghancurkan rencana jahat mereka sampai ke akar-akarnya. Dengan ayat “.. Sungguh tipu daya setan itu lemah” (QS. An-Nisa, 4: 76), Allah telah menyatakan bahwa rencanarencana tersebut ditakdirkan berakhir dengan kegagalan sejak perancangannya, dan memberikan kabar gembira kepada kaum beriman dengan ayat “… tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu167.” (QS. Ali Imran, 3: 120).
Dalam ayat lain Allah menyatakan: “Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah air yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu pun.” (QS. An-Nur, 24: 39). Begitu pula materialisme, menjadi “fatamorgana” bagi para pembangkang seperti yang disebutkan dalam ayat itu; ketika mereka menemukan jalan keluar, yang mereka dapati hanya ilusi. Allah telah menipu mereka dengan fatamorgana seperti itu, dan memperdaya mereka untuk menerima kumpulan citra ini sebagai suatu kenyataan. Semua orang “penting” tersebut; professor, ahli astronomi, ahli biologi, ahli fisika dan lain-lain, apa pun pangkat dan jabatan mereka, mereka telah tertipu seperti anak-anak, dan dipermalukan karena mereka mempertuhankan materi. Mereka membangun filsafat dan ideologi di atas asumsi bahwa kumpulan citra tersebut absolut. Mereka terlibat dalam pembicaraan serius dan menyebutnya wacana “intelektual”. Mereka menganggap diri mereka cukup bijaksana untuk menawarkan suatu argumentasi tentang kebenaran alam semesta, bahkan membantah Tuhan dengan kecerdasan mereka yang terbatas. Allah menjelaskan situasi ini :
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (QS. Ali Imran, 3: 54)
Bisa saja mereka lolos dari jebakan lain; tetapi rencana yang telah ditetapkan Allah untuk orang-orang tidak beriman begitu sempurna sehingga tidak ada jalan untuk meloloskan diri. Apa pun yang mereka lakukan atau kepada siapa pun mereka meminta pertolongan, mereka tidak akan pernah menemukan penolong selain Allah. Sebagaimana Allah katakan dalam Al-Qur’an, “.. mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain daripada Allah.” (Qs. An-Nisa, 4: 173)
Materialis tidak menyangka akan jatuh dalam perangkap seperti ini. Berbekal seluruh kecanggihan abad ke- 20, mereka mengira dapat bertahan dengan pengingkaran mereka dan mengajak orang lain untuk ingkar pula. Mentalitas abadi orang-orang tak beriman ini dan akhir nasib mereka digambarkan dalam al-Qur’an sebagai berikut :
“Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya168.” (QS. An-Naml, 27: 50-51)
Fakta yang disampaikan ayat ini berarti: materialis harus menyadari bahwa segala sesuatu yang mereka miliki hanya ilusi, dan karenanya semua itu telah dihancurkan. Saat mereka menyaksikan seluruh harta benda, pabrik, emas, uang, anak, suami/istri, teman, pangkat dan status, bahkan tubuh mereka, semua yang mereka anggap ada, terlepas dari genggaman, mereka telah “dihancurkan” seperti dinyatakan dalam surat An-Naml ayat 51. pada tahap ini mereka bukan lagi materi, tetapi jiwa.
Tidak diragukan lagi, menyadari kebenaran ini mungkin merupakan hal terburuk bagi materialis. Fakta bahwa segala sesuatu yang mereka miliki hanyalah ilusi, adalah sama dengan – menurut istilah mereka – “kematian sebelum ajal” di dunia ini.
Kenyataan ini membuat mereka harus sendirian menghadapi Allah. Melalui ayat “Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian”, Allah menyeru manusia agar sadar bahwa manusia sebenarnya sendirian di depan-NYA (QS. Al-Mudatsir, 74: 11). Fakta luar biasa ini diulang dalam beberapa ayat lain:
“Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana Kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu..” (QS. Al-An’am, 6:94)
“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” (QS. Maryam, 19:95)
Dengan kata lain, fakta yang disampaikan kedua ayat di atas mengandung arti: Mereka yang menjadikan materi sebagai tuhannya telah datang dari Allah dan akan kembali kepada-NYA. Mau atau tidak, mereka telah menyerahkan kehendak mereka kepada Allah. Sekarang mereka menunggu hari perhitungan di mana setiap orang akan dipanggil untuk diadili. Betapa pun mereka tidak berkeinginan untuk memahaminya
note :
167. Tipudaya dan perangkap setan untuk menghancurkan hidup manusia ada di mana-mana namun tipudaya dan perangkap mereka hanya bisa menjerat orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah dan menjauhi larangan-NYA. orang yang baik, taat beribadah, dan beriman tidak ada yang suka masuk diskotik, tidak suka musik, Pub, dan tempat maksiat lainnya yang penuh dengan tipu daya dan perangkap agar hidup kita hancur.
Orang yang patuh terhadap ajaran agama Islam akan selamat dari tipu daya apapun; bahkan saya berpendapat bahwa dunia initerutama abad sekarang- adalah ”neraka” bagi orang-orang yang tidak beriman dan ”surga” bagi orang beriman. Orang yang beriman hidup tentram, fisik & psikis sehat- jika sakit pun merupakan penggugur dosa, dan sebagainya sedangkan sabar dan syukur merupakan cara yang tepat untuk dijadikan solusi . Orang kafir hidup resah, fisik & psikis sakit, penuh dengan ketakutan, penderitaan, takut miskin, tidak sabar, tidak pernah merasa puas, takut mati, diliputi oleh tipudaya; bahkan tidak dapat menikmati makanannya karena setan membuat pikirannya melayang-layang kesana-kemari- ingat ini ingat itu-, tergesa-gesa ketika sedang makan dan sebagainya. Mengeluh, putus asa, marah, menjadikan penderitaannya semakin berlipat ganda.
Kebanyakan orang-orang memahami bahwa setan hanya menghancurkan kesuksesan akhirat manusia padahal segala yang bisa menjadikan manusia sukses, sehat, bahagia, tentram, berprestasi, dan lain sebagainya baik di dunia maupun di akhirat akan setan hancurkan sekali pun menggapai kesuksesan dan kebahagiaan di jalan yang tidak diridhai Tuhan. Contohnya seorang musisi yang telah bersusah payah membangun karir selama 30 tahun reputasinya hancur dan dipenjara akibat mengkonsumsi narkoba. Atau, banyak sekali group musik yang bubar karena perselisihan antar anggota; bahkan tak jarang yang bunuh diri. Banyak pula penentang Tuhan yang akhirnya menjadi Psikotik. - tambahan dari penyusun.
168. Kaum disini bisa diartikan orang-orang satu kelompok dalam arti luas, penggemar, pengikut, Fans, anggota klub, dan sebagainya. Idola dan pengemarnya sama-sama dibinasakan oleh Allah baik dengan cara dirusak tubuh, jiwa, kehidupan, diinfeksikan HIV, gila, saling berprasangka buruk, saling merusak dan saling menghancurkan, dan sebagainya; keributan lebih sering terjadi di tempat maksiat antar pelaku maksiat bukan di tempat ibadah. Terkadang kita kagum melihat kekompakan para musisi dalam suatu konser padahal pada hakikatnya mereka sedang saling merusak fisik dan mental satu sama lain. Gitaris menyerang drumer, keybordis dan bassist menyerang gitaris. ”Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (QS. Al-Isra : 53) - tambahan dari penyusun.
KESIMPULAN :
Topik yang telah kami jelaskan sejauh ini merupakan salah satu kebenaran terbesar yang pernah Anda temui dalam hidup Anda. Dengan membuktikan bahwa seluruh dunia materi ini sesungguhnya hanyalah “wujud bayangan”, topik ini menjadi kunci untuk memahami keberadan Allah dan penciptaan oleh-NYA, di samping untuk memahami bahwa Dia-lah satu-satunya wujud mutlak.
Mereka yang memahami permasalahan ini sadar bahwa dunia ini bukanlah tempat seperti anggapan orang pada umumnya. Dunia bukanlah tempat mutlak yang benar-benar ada, seperti yang dipikirkan oleh mereka yang mengembara tanpa tujuan di jalanan, yang bertengkar di klab-klab, yang menyombongkan diri di kafe-kafe mewah, yang membanggakan rumah dan tanah, atau yang mengabdikan hidup mereka untuk tujuan palsu. Dunia hanyalah kumpulan persepsi, sebuah ilusi. Semua orang yang telah kami kutip sebelumnya hanya wujud bayangan yang menyaksikan persepsi ini di dalam otak mereka: meskipun demikian mereka tidak menyadari hal ini.
H A R U N Y A H Y A
"Karena orang-orang sudah pasti terpengaruh oleh saya, saya ingin berusaha dan memperbaiki kerusakan besar yang mungkin telah saya lakukan." (Anthony Flew)
Surat-surat kabar saat ini mengulang perkataan Anthony Flew yang dipenuhi penyesalan ini. Di masanya, Anthony Flew adalah filsuf ateis terkenal. Sebagai seorang profesor filsafat asal Inggris yang kini berusia 81 tahun, Anthony Flew memilih menjadi ateis di usia 15 tahun, dan pertama kali memunculkan namanya sendiri di dunia akademis dengan sebuah karya yang terbit di tahun 1950. Selama 54 tahun kemudian, ia mendukung ateisme sebagai pengajar di universitas Oxford, universitas Aberdeen, universitas Keele dan universitas Reading, di banyak universitas di America dan Kanada yang ia kunjungi, dalam berbagai debat, di buku-buku, di ruang-ruang kuliah dan dalam tulisan-tulisannya. Namun baru-baru ini, Anthony Flew telah mengumumkan bahwa ia telah meninggalkan kekeliruan ini dan menerima bahwa alam semesta telah diciptakan.
Penyebab utama dari perubahan pandangan yang sangat mendasar ini adalah bukti jelas dan pasti yang diungkap ilmu pengetahuan tentang penciptaan. Setelah mengetahui kerumitan makhluk hidup yang didasarkan pada keberadaan informasi, Anthony Flew menyadari bahwa asal usul yang sesungguhnya dari kehidupan adalah rancangan cerdas (intelligent design) dan bahwa ateisme yang telah dianut dan dipertahankannya selama 66 tahun adalah filsafat yang telah terbantahkan.
Anthony Flew mengemukakan alasan-alasan ilmiah yang mendasari perubahan keyakinan ini dalam ungkapan berikut:
"Berdasarkan tingkat kerumitan yang hampir tak dapat dipercaya dari penataan yang dibutuhkan untuk memunculkan [kehidupan], penelitian para pakar biologi terhadap DNA telah menunjukkan bahwa suatu kecerdasan pastilah telah ikut campur tangan." (1)
"Sudah terlampau sulit bahkan untuk memulai berpikir tentang membangun sebuah teori alamiah tentang evolusi makhluk hidup pertama yang dapat berkembang biak." (2)
"Saya telah menjadi yakin bahwa sungguh mustahil makhluk hidup pertama berevolusi dari benda mati dan kemudian berkembang menjadi makhluk yang luar biasa rumitnya. " (3)
Penelitian DNA yang dikutip Anthony Flew sebagai alasan mendasar perubahan pandangannya telah benarbenar mengungkap fakta-fakta mengejutkan tentang penciptaan. Bentuk heliks (rantai ganda terpilin) dari molekul DNA , kode genetik yang ada padanya, susunan nukleotida yang menggugurkan teori kebetulan, kemampuan menyimpan sejumlah besar informasi, dan banyak penemuan mengejutkan lainnya telah mengungkapkan bahwa struktur dan fungsi-fungsi molekul ini dirancang bagi kehidupan dengan rancangan khusus. Ulasan para ilmuwan yang menggeluti penelitian DNA menjadi saksi atas fakta ini.
Contohnya adalah Francis Crick, salah seorang ilmuwan yang mengungkap bentuk heliks DNA. Dihadapkan pada penemuan tentang DNA, Francis Crick mengakui bahwa asal usul kehidupan mengisyaratkan sebuah keajaiban:
Seorang yang jujur, yang memiliki seluruh pengetahuan yang kini tersedia di hadapan kita, hanya dapat menyatakan bahwa dalam beberapa hal, asal usul kehidupan saat ini tampak hampir menyerupai sebuah keajaiban, sungguh banyak kondisi yang harus dipenuhi agar hal tersebut dapat terjadi. (4)
Berdasarkan perhitungannya, Led Adleman dari Universitas Southern California di Los Angeles mengatakan bahwa satu gram DNA dapat menampung informasi sebanyak satu triliun CD. (5) Gene Myers, seorang ilmuwan yang dipekerjakan pada Human Genome Project (Proyek Genom Manusia), mengatakan hal berikut ini ketika berhadapan dengan penataan menakjubkan DNA yang ia saksikan:
"Apa yang sungguh mengejutkan saya adalah arsitektur kehidupan... Sistemnya begitu teramat rumit. Sepertinya hal itu telah dirancang...Ada kecerdasan mahahebat di sana." (6)
Fakta paling mengejutkan tentang DNA adalah bahwa keberadaan informasi genetik yang terkodekan (berupa sandi) sudah pasti tidak dapat dijelaskan dalam istilah materi dan energi atau hukum-hukum alamiah. Dr. Werner Gitt, profesor di Institut Fisika dan Teknologi Federal Jerman (the German Federal Institute of Physics and Technology), mengatakan berikut ini seputar masalah tersebut:
Sebuah sistem pengkodean (sistem sandi) selalu merupakan hasil dari suatu proses mental... Perlu ditegaskan bahwa materi saja tidak mampu memunculkan kode apa pun. Seluruh pengalaman menunjukkan bahwa dibutuhkan sebuah wujud yang mampu berpikir yang dengan kehendaknya sendiri menggunakan kemauan bebasnya, kemampuan memperoleh pengetahuan, dan kemampuan berkaryanya… Belum pernah ada hukum alamiah yang dengannya materi dapat memunculkan informasi, belum pernah ada pula proses fisika atau fenomena materi yang dapat melakukan hal ini. (7)
Para ilmuwan dan filsuf pendukung penciptaan berperan besar dalam penerimaan perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang didukung oleh semua penemuan ini. Sebelumnya, Anthony Flew turut serta dalam sejumlah debat dengan para ilmuwan dan filsuf yang mendukung penciptaan, dan saling bertukar pikiran dengan mereka. Titik balik dalam proses tersebut adalah sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Metasaintifik (the Institute for Metascientific Research) di Texas pada bulan Mei 2003. Anthony Flew ikut serta bersama dengan pengarang Roy Abraham Varghese, pakar fisika dan biologi molekuler asal Israel Gerald Schroeder, dan filsuf Katolik Roma John Haldane. Anthony Flew terkesan oleh kuatnya bukti ilmiah yang mendukung penciptaan dan karakter meyakinkan dari argumen-argumen penentangnya, dan menanggalkan ateisme sebagai keyakinan setelah diskusi itu. Dalam surat yang ia tulis kepada majalah Inggris, Philosophy Now edisi Agustus-September 2003, ia memuji buku Schroeder "The Hidden Face of God: Science Reveals the Ultimate Truth" (Wajah Tersembunyi Tuhan: Ilmu Pengetahuan Menyingkap Kebenaran Hakiki) dan buku Varghese "The Wonderful World" (Dunia Yang Menakjubkan). (8) Selama wawancara dengan profesor filsafat dan teologi Gary R. Habermas, yang juga berperan besar dalam merubah pandangannya (9), dan dalam video "Has Science Discovered God?" (Sudahkah Ilmu Pengetahuan Menemukan Tuhan?), ia secara terbuka menyatakan bahwa ia percaya pada perancangan cerdas (intelligent design).
"Kecerdasan Meliputi Alam Semesta" dan Keruntuhan Ateisme
Di hadapan seluruh perkembangan ilmiah sebagaimana dipaparkan di atas, pengakuan adanya perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang terkenal sebagai pembela ateisme selama bertahun-tahun, mencerminkan sebuah pemandangan terakhir dalam proses keruntuhan yang dialami ateisme. Ilmu pengetahuan modern telah menyingkap keberadaan suatu "kecerdasan yang meliputi alam semesta", yang dengannya menyingkirkan ateisme.
Dalam bukunya "The Hidden Face of God" (Wajah Tersembunyi Tuhan), Gerald Schroeder, salah seorang ilmuwan pendukung penciptaan yang berpengaruh dalam merubah keyakinan Anthony Flew, menulis:
"Sebuah kesadaran, kearifan universal, meliputi alam semesta. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan, khususnya yang meneliti sifat quantum dari materi penyusun atom, telah menggiring kita mendekati pemahaman yang mengejutkan: seluruh keberadaan adalah perwujudan dari kearifan ini. Di laboratoriumlaboratorium, kita mendapatinya sebagai informasi yang pertama-tama secara fisik mewujud sebagai energi dan kemudian terpadatkan hingga menjadi bentuk materi. Setiap partikel, setiap wujud, dari atom hingga manusia, terlihat mewakili satu tingkatan dari informasi, dari kearifan." (10)
Penelitian ilmiah terhadap cara kerja sel dan partikel-partikel penyusun atom materi telah mengungkap fakta ini tanpa dapat dibantah: Kehidupan dan alam semesta dimunculkan menjadi ada dari ketiadaan oleh kehendak dari suatu wujud yang memiliki kecerdasan dan kearifan yang mahatinggi. Tidak ada keraguan bahwa pemilik pengetahuan dan kecerdasan yang meliputi alam semesta di seluruh tingkatannya adalah Allah Yang Mahakuasa. Allah menyatakan kebenaran ini dalam Al Qur'an:
Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 2:115)
Konsep ini sangat penting karena meruntuhkan filsafat materialis yang menolak keberadaan Allah, dan menghancurkan filsafat tersebut. Inilah sebabnya materialis seperti Marx, Engels, dan Lenin menjadi panik dan gusar, dan memperingatkan pengikut mereka “untuk tidak memikirkannya” jika ada orang yang menyampaikan konsep ini. Sesungguhnya orang-orang seperti ini cacat mentalnya sehingga tidak dapat memahami fakta bahwa persepsi terbentuk dalam otak. Mereka menganggap dunia yang mereka saksikan di dalam otak adalah “dunia luar”. Mereka tidak dapat memahami bukti-bukti yang menunjukkan sebaliknya.
Ketidak sadaran ini dikarenakan Allah tidak memberi kebijaksanaan kepada mereka yang tidak beriman. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an tentang orang-orang yang tidak beriman, “mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai..” (QS. Al-A’raf, 7: 179)
Anda dapat mengkaji lebih jauh lagi dengan menggunakan kekuatan refleksi pribadi Anda. Untuk itu Anda harus berkonsentrasi, memusatkan perhatian dan merenungkan cara Anda melihat benda-benda di sekeliling Anda dan cara Anda menyentuhnya. Jika Anda berpikir dengan penuh konsentrasi, Anda dapat merasakan wujud bijak yang melihat, mendengar, menyentuh, berpikir, dan membaca buku pada saat ini hanyalah jiwa. Jiwa ini pula yang menyaksikan persepsi yang disebut “materi” pada sebuah layar. Orang yang telah memahami hal ini dianggap beranjak dari tataran dunia materi yang telah menipu sebagian besar kemanusiaan, dan masuk ke dalam tataran eksistensi sesungguhnya.
Kenyataan ini telah dipahami oleh sejumlah penganut agama dan filsafat sepanjang sejarah. Intelektual muslim seperti Imam Rabbani, Muhyiddin Ibnu Arabi dan Mevlana Cami menyadari fakta ini dari tanda-tanda di dalam Al-Qur’an dan dengan menggunakan akal mereka. beberapa filsuf barat seperti George Barkeley juga telah memahami realitas yang sama melalui akalnya. Imam Rabbani menulis di dalam Maktubah (suratnya) bahwa alam semesta materi ini adalah “ilusi dan anggapan (persepsi)” dan Allah-lah satu-satunya wujud mutlak:
Allah.. Subtansi semua wujud yang Dia ciptakan tak lain dari kehampaan.. Ia menciptakan semuanya dalam tataran indra dan ilusi.. Eksistensi alam semesta berada di dalam tataran indra dan ilusi, dan bukan materi.. Sesunguhnya, di luar itu tidak ada apa-apa kecuali Wujud Yang Agung (yaitu Allah).
Imam Rabbani secara eksplisit menyatakan bahwa semua citra yang dihadapkan pada manusia hanya ilusi, dan tidak memiliki bentuk asli di “luar”.
Siklus imajiner ini digambarkan dalam imajinasi. Yang terlihat hanyalah dalam batas-batas yang digambarkan saja, walau dengan mata pikiran. Di luar, ini seolah-olah dilihat dengan mata kepala. Namun kejadiannya bukan demikian. Itu bukan penunjukkan atau jejak di luar. Tidak ada apa pun untuk dilihat. Bahkan wajah seseorang yang dipantulkan oleh cermin pun sebenarnya demikian. Tidak ada kekonstanan di luar. Tidak diragukan lagi, baik kekonstanan dan citra hanya dalam IMAJINASI. Allah, Dialah Yang Maha Mengetahui.
Mevlana Cami menyatakan fakta serupa yang ditemukannya dengan mengikuti tanda-tanda dari al-Qur’an dan dengan menggunakan akalnya: “Apa pun yang ada di alam semesta adalah rasa dan ilusi. Semuanya seperti pantulan pada cermin atau bayangan belaka.”
Akan tetapi, sepanjang sejarah, orang-orang yang memahami fakta ini sangat terbatas. Intelektual terkemuka seperti Imam Rabbani menuliskan bahwa mungkin sulit menceritakan fakta ini kepada masyarakat dan kebanyakan orang tidak bisa memahaminya.
Dalam zaman kita hidup, fakta ini telah teruji secara empiris berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, fakta bahwa alam semesta adalah wujud bayangan telah digambarkan secara nyata, jelas dan eksplisit.
Dengan alasan inilah, abad ke-21 menjadi titik balik sejarah di mana manusia pada umumnya akan memahami realitas ilahiah dan akan berbondong-bondong menuju Allah, satu-satunya Wujud Mutlak. Dalam abad ke-21, paham materialistis abad ke-19 akan di buang ke keranjang sampah sejarah, eksistensi dan Ciptaan Allah akan dipahami, seperti dipahaminya fakta ketiadaan ruang dan waktu, manusia akan terbebaskan dari selubung, penipuan dan takhayul kuno yang menyelimuti mereka. tidak mungkin kenyataan tak terbantahkan ini dapat dihalangi oleh suatu wujud bayangan.Semua Informasi yang kita miliki tentang dunia tempat kita hidup disampaikan kepada kita melalui lima indra kita. Dunia yang kita ketahui terdiri dari apa yang dilihat mata, diraba tangan, dicium hidung, dikecap lidah, dan didengar telinga kita. Kita tidak pernah berpikir bahwa dunia “luar” mungkin berbeda dengan apa yang disampaikan indra kepada kita, karena kita telah bergantung hanya kepada lima indra tersebut sejak lahir.
Akan tetapi, penelitian modern dalam berbagai bidang ilmu menunjukkan pemahaman sangat berbeda dan menimbulkan keraguan serius tentang indra kita serta dunia yang kita pahami dengannya.
Titik awal pendekatan ini adalah bahwa gagasan “dunia luar” yang terbentuk dalam otak kita hanya sebuah respon yang diciptakan oleh sinyal-sinyal elektris. Merahnya apel, kerasnya kayu, bahkan ibu, ayah, keluarga Anda dan segala sesuatu yang Anda miliki, rumah, pekerjaan, kalimat-kalimat dalam buku ini, hanya terdiri dari sinyal-sinyal elektris.
Frederick Vester menjelaskan apa yang telah dicapai ilmu pengetahuan tentang subjek ini :
Pernyataan-pernyataan beberapa ilmuwan bahwa “manusia adalah sebuah citra, segala sesuatu yang dialaminya bersifat sementara dan menipu, dan alam semesta ini adalah bayangan”, tampaknya dibuktikan oleh ilmu pengetahuan mutakhir.
Filsuf terkemuka George Berkeley mengomentari permasalahan ini sebagai berikut :
Kita mempercayai keberadaan objek-objek hanya karena kita melihat dan menyentuhnya, dan objek-objek ini direfleksikan kepada kita oleh persepsi kita. Akan tetapi, persepsi kita hanyalah ide-ide di dalam otak.
Oleh karena itu, objek yang kita tangkap dengan persepsi tidak lain hanya ide-ide, dan ide-ide ini pada dasarnya hanya ada di dalam pikiran kita sendiri… karena semua ini hanya ada di dalam pikiran, berarti kita telah tertipu ketika membayangkan bahwa alam semesta dan segala sesuatu memiliki eksistensi di luar pikiran kita. Jadi tidak ada sesuatu pun di sekeliling kita yang memiliki eksistensi di luar pikiran kita.
Untuk memperjelas permasalahan ini, mari kita pikirkan indra penglihatan kita, yang memberikan informasi paling luas tentang dunia luar.
Bagaimana kita melihat, mendengar dan mengecap?
Proses penglihatan terjadi melalui cara yang sangat canggih. Paket-paket cahaya (foton) yang melintas dari objek ke mata melewati lensa di bagian depan mata. Paket-paket cahaya ini terpecah-pecah dan jatuh terbalik pada retina di bagian belakang mata. Di sini, cahaya tersebut diubah menjadi sinyal-sinyal elektris, kemudian dikirimkan oleh sel-sel saraf ke bintik kecil yang disebut pusat penglihatan di bagian belakang otak. Sinyal listrik ini diterjemahkan sebagai sebuah citra setelah melalui serangkaian proses. Tindakan melihat sebenarnya terjadi dalam bintik kecil ini, yang merupakan tempat gelap pekat dan terisolasi total dari cahaya.
Sekarang, marilah kita kaji kembali proses yang tampaknya biasa dan tidak istimewa ini. Saat kita mengatakan “kita melihat”, sebenarnya kita melihat efek impuls yang mencapai mata dan muncul di dalam otak setelah cahaya diubah menjadi sinyal listrik. Jadi ketika kita mengatakan “kita melihat” sebenarnya kita sedang mengamati sinyal-sinyal elektris di dalam otak kita.
Semua citra yang kita lihat dalam kehidupan dibentuk di dalam pusat penglihatan, yang hanya beberapa kubik sentimeter dari keseluruhan volume otak. Baik buku yang sedang Anda baca maupun dataran tanpa batas yang Anda lihat ketika menatap cakrawala tercakup dalam ruangan kecil ini. Hal lain yang harus diingat adalah bahwa otak terisolasi dari cahaya, di dalamnya benar-benar gelap. Tidak ada kontak antara otak dengan cahaya itu sendiri.
Kita dapat menjelaskan situasi menarik ini dengan sebuah contoh. Andaikan ada sebuah lilin menyala di depan kita. Kita bisa duduk di depan lilin tersebut dan memperhatikannya untuk beberapa lama. Selama itu otak kita tidak bersentuhan langsung dengan cahaya lilin. Bahkan ketika kita melihat cahaya lilin, bagian dalam otak kita gelap gulita. Kita melihat dunia yang berwarna-warni dan cerah di dalam otak kita yang gelap.
R.L. Gregory memberikan penjelasan berikut tentang aspek menakjubkan dari melihat, suatu kegiatan yang kita anggap biasa:
Kita begitu terbiasa dengan melihat sehingga diperlukan lompatan imajinasi untuk menyadari bahwa terdapat kerumitan di balik ini. Tetapi cobalah pikirkan hal ini. Mata kita diberi citra kecil dan terbalik, dan kita melihat benda-benda nyata di sekitar kita. Dari pola simulasi pada retina mata inilah kita memahami dunia benda, dan ini adalah suatu keajaiban.
Proses mendengar terjadi dengan cara yang sama. Telinga luar menangkap suara melalui daun telinga dan membawanya ke telinga bagian tengah; telinga bagian tengah meneruskan dan memperkuat
getaran suara ini ke telinga bagian dalam; telinga bagian dalam mengubah getaran suara ini menjadi sinyal-sinyal elektris dan mengirimkannya ke otak. Seperti halnya mata, tindakan mendengar berakhir di pusat pendengaran dalam otak. Otak kita terisolasi dari suara seperti halnya terisolasi dari cahaya. Oleh karena itu, bagaimanapun gaduhnya di luar, bagian dalam otak sunyi senyap.
Meskipun demikian, suara paling lemah pun bisa ditangkap dalam otak. Proses ini sangat presisi sehingga telinga orang sehat mampu mendengarkan suara apa pun tanpa gangguan atau interfensi asmosferik. Dalam otak yang terisolasi dari suara, Anda menangkap simfoni orkestra, kebisingan di tempat ramai dan semua jenis suara dalam rentang frekuensi yang lebar mulai dari desir dedaunan hingga deru pesawat jet. Namun jika pada saat itu tingkat suara dalam otak Anda diukur dengan suatu peralatan sensitive, akan didapati bahwa di dalam otak sepenuhnya sunyi.
Persepsi kita tentang aroma terbentuk dengan cara yang sama. Molekul-molekul ‘volatil’ (mudah menguap) yang dikeluarkan benda seperti vanilla atau mawar mencapai reseptor (sensor penerima) berupa rambut-rambut lembut di daerah epitel hidung sehingga terjadilah interaksi. Interaksi ini disampaikan ke otak sebagai sinyal elektris dan dipahami sebagai aroma. Segala sesuatu yang kita cium, baik yang enak maupun tidak, pada hakikatnya adalah pemahaman otak terhadap interaksi molekul-molekul volatil yang diubah ke dalam sinyalsinyal elektris. Anda menangkap bau parfum, bunga, makanan kegemaran, laut atau aroma lain yang Anda suka ataupun tidak, di dalam otak Anda. Molekul-molekul itu sendiri tidak pernah menyentuh otak. Jadi sama dengan pendengaran dan penglihatan, yang sampai ke otak Anda hanya sinyal-sinyal listrik. Dengan kata lain, semua aroma yang sejak lahir Anda anggap berasal dari objek-objek luar, sebenarnya hanya sinyal-sinyal elektris yang Anda rasakan melalui indra.
Demikian pula dengan empat macam reseptor kimiawi di bagian depan lidah manusia. Sensor-sensor ini menangkap rasa asin, manis, asam dan pahit. Setelah serangkaian proses kimia, sensor-sensor rasa mengubah persepsi rasa ini ke dalam sinyal elektris dan mengirimkannya ke otak. Sinyal-sinyal ini dipahami sebagai rasa oleh otak. Rasa yang Anda peroleh ketika Anda memakan coklat atau buah yang Anda suka merupakan interpretasi sinyal-sinyal elektris oleh otak. Anda tidak akan pernah dapat menjangkau objek di luar tersebut; Anda tidak pernah dapat melihat, mencium atau merasakan coklat itu sendiri. Sebagai contoh, jika saraf pengecap yang terhubung ke otak dipotong, apapun yang Anda makan tidak akan sampai pada otak; Anda akan kehilangan kemampuan mengecap.
Sampai di sini, kita mendapati fakta lain : kita tidak pernah bisa yakin bahwa apa yang kita rasakan ketika kita mengecap makanan adalah sama dengan apa yang orang lain rasakan ketika dia mengecap makanan yang sama, atau apa yang kita tangkap ketika kita mendengar bunyi adalah sama dengan apa yang ditangkap orang lain ketika dia mendengar bunyi yang sama. Terhadap fakta ini, Lincoln Barnett mengatakan bahwa tidak seorang pun dapat mengetahui apakah orang lain melihat warna merah atau mendengar nada C sama dengan yang dilihat dan didengarnya.
Indra peraba kita tidak berbeda dengan indra lainnya. Ketika kita meraba sebuah objek, semua informasi yang membantu kita mengenali dunia luar dan objek-objek dibawa ke otak oleh saraf pada kulit. Rasa sentuhan dibentuk dalam otak kita. Berlawanan dengan keyakinan umum, kita merasakan sentuhan bukan di ujung jari atau kulit melainkan di pusat sentuh di dalam otak. Sebagai hasil tafsiran otak terhadap stimulan-stimulan elektris yang datang dari suatu objek, kita menangkap rasa yang berbeda dari objek-objek tersebut seperti keras atau lunak, panas atau dingin. Kita mendapatkan semua detail informasi yang membantu kita mengenali sebuah objek dari stimulan seperti ini. Dua filsuf terkenal, B. russel dan L. Wittgeinstein, mengungkapkan pemikiran mereka tentang fakta penting ini sebagai berikut :
Sebagai contoh, apakah sebuah jeruk benar-benar ada atau tidak dan bagaimana buah ini menjadi ada tidak bisa dipertanyakan dan diselidiki. Sebuah jeruk hanya terdiri dari rasa yang dikecap lidah, aroma yang dicium hidung, warna dan bentuk yang dilihat mata; dan hanya sifat-sifat inilah yang dapat dijadikan bahan pengujian dan penelitian. Ilmu pengetahuan tidak akan pernah tahu dunia fisik.
Tidak mungkin kita menjangkau dunia fisik. Semua objek di sekeliling kita adalah kumpulan persepsi dari penglihatan, pendengaran, dan sentuhan. Dengan mengolah data di pusat penglihatan dan di pusat-pusat sensoris lain, seumur hidup otak kita berhadapan bukan dengan materi “asli” yang ada di luar kita, melainkan dengan tiruan yang terbentuk di dalam otak. Pada titik inilah kita keliru mengasumsikan bahwa tiruan-tiruan ini adalah materi-materi sejati di luar kita.
Ketakutan Terbesar Materialis
Buku – Fakta-fakta yang mengungkap Hakikat Hidup karya Harun Yahya – ini mengungkapkan bahwa materi hanya suatu persepsi. Untuk sementara waktu, tidak ada serangan balik yang subtansial dari kalangan materialis Turki terhadap pemikiran-pemikiran yang diungkapkan di sini. Karenanya, kami mendapat kesan bahwa maksud kami belum mereka tangkap dengan jelas dan diperlukan penjelasan lebih lanjut. Akan tetapi, belum lama ini, terungkap bahwa materialis merasa gelisah atas kepopuleran pemikiran ini dan bahkan sangat takut padanya.
Materialis dengan gencar mengungkapkan ketakutan dan kepanikan mereka melalui berbagai terbitan, konferensi dan diskusi panel. Wacana mereka yang propagandis dan tanpa harapan menyiratkan bahwa mereka mengalami krisis intelektual yang hebat. Keruntuhan ilmiah teori evolusi, yang menjadi dasar keyakinan mereka, telah sangat mengejutkan mereka. sekarang mereka mulai menyadari bahwa mereka mulai kehilangan materi itu sendiri, inti keyakinan yang lebih penting daripada Darwinisme. Ini membuat mereka lebih terpukul. Mereka menyatakan bahwa selain merupakan “ancaman terbesar” bagi mereka, permasalahan ini juga “merusak struktur budaya mereka”.162
Salah seorang materialis yang menyatakan kepanikan dan kecemasan secara terang-terangan adalah Renan Pekunlu, akademisi dan penulis majalah Billim ve Utopya (Ilmu Pengetahuan dan Utopia). Dalam artikel majalah yang membela materialisme ini dan diskusi panel yang diikutinya, Renan Pekunlu menyatakan buku Keruntuhan Teori Evolusi (Evolution Deceit) sebagai “ancaman” nomor satu terhadap materialisme. Ia sudah cukup risau dengan bab-bab yang meruntuhkan Darwinisme, tetapi bagian yang Anda baca sekarang adalah bagian yang paling mengganggunya. Kepada para pembaca dan (hanya segelintir) peserta diskusinya, Pekunlu berpesan, “Jangan biarkan diri Anda hanyut dalam indoktrinasi idealisme dan jagalah keyakinan Anda pada materialisme”. Ia merujuk Vladimir I. Lenin163, pemimpin revolusi berdarah Rusia, sebagai panutan. Sambil menyarankan setiap orang membaca buku Lenin yang berjudul Materialism and Empirio-Criticism dan sudah berumur satu abad, Pekunlu hanya dapat mengulang kata-kata Lenin: “Jangan memikirkan persoalan ini, atau Anda akan kehilangan materialisme dan terhanyut dalam agama”. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya pada majalah Billim ve Utopya, Pekunlu mengutip pernyataan Lenin berikut :
Sekali Anda menolak realitas kebendaan, menyerah pada pengindraan, Anda telah kehilangan segala daya untuk melawan fiedisme164, karena Anda telah tergelincir kepada agnotisisme165 atau subjektivisme166 – hanya itu yang dibutuhkan fiedisme. Satu cakar saja terjerat, seekor burung tertangkap. Dan semua pengikut kita akan terjerat dalam idealisme, yaitu fiedisme yang tidak kentara; mereka terjerat segera setelah menganggap “pengindraan” bukan lagi suatu citra dunia luar tetapi “unsur” khusus. Pengindraan, pikiran, jiwa dan keinginan bukan seperti itu adanya.
Kata-kata ini secara eksplisit menunjukkan bahwa fakta yang menggusarkan Lenin dan ingin ia keluarkan dari pikirannya dan “kameradnya”; yang juga meresahkan materialis dewasa ini. Akan tetapi, Pekunlu dan materialis lain mengalami keadaan lebih menyusahkan; karena mereka sadar bahwa sekarang fakta ini dikemukakan dengan cara dan bentuk lebih eksplisit dan meyakinkan daripada 100 tahun lalu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, persoalan ini dijelaskan dengan cara yang tidak mungkin ditolak. Meski demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa sejumlah besar ilmuwan materialis tidak sungguh-sungguh menanggapi fakta bahwa “materi hanyalah persepsi”.
Persoalan yang dijelaskan dalam bab ini adalah salah satu persoalan penting dan menarik yang pernah dijumpai seseorang dalam hidupnya. Mereka pasti belum pernah menghadapi persoalan sepenting ini sebelumnya. Namun, reaksi ilmuwan-ilmuwan itu atau sikap mereka dalam ceramah dan artikel mereka mengisyaratkan betapa dangkalnya pemahaman mereka.
Reaksi sebagian materialis terhadap permasalahan yang didiskusikan di sini menunjukkan bahwa ketaatan buta terhadap materialisme telah merusak logika mereka, sehingga semakin sulit memahami persoalan ini. Sebagai contoh, Alaettin Senel, yang juga seorang akademisi dan penulis untuk Billim ve Utopya, berpesan seperti Rennan Pekunlu : “Lupakan keruntuhan Darwinisme, ancaman yang sesungguhnya adalah persoalan ini”. Dia juga membuat tuntutan seperti “Buktikan saja apa yang Anda katakan” karena merasa bahwa filsafatnya tidak berdasar. Yang lebih menarik adalah dalam salah satu tulisannya, ia menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak dapat memahami fakta yang dianggapnya sebagai ancaman ini.
Dalam sebuah artikel yang ditulis khusus membahas masalah ini, Senel menerima bahwa dunia luar ditangkap oleh otak sebagai sebuah citra. Akan tetapi, kemudian ia menyatakan bahwa citra terbagi menjadi dua jenis yaitu citra berkorelasi fisik dan citra yang tidak berkorelasi fisik, dan bahwa citra dunia luar termasuk ke dalam citra yang berkorelasi fisik. Untuk mendukung pernyataannya, ia memberikan “contoh telepon”. Ringkasnya, ia menulis: “Saya tidak tahu apakah citra dalam otak saya berkorelasi dengan dunia luar atau tidak, tetapi hal yang sama berlaku ketika saya berbicara di telepon. Ketika saya berbicara di telepon, saya tidak dapat melihat orang yang saya ajak bicara, tetapi saya dapat menginformasikan percakapan tersebut ketika saya bertemu langsung dengannya”.
Dengan pernyataan di atas, Senel sebenarnya bermaksud menyatakan : “Jika kita meragukan persepsi kita, kita dapat melihat pada materi itu sendiri dan memeriksa realitasnya”. Konsep ini jelas-jelas salah karena kita tidak mungkin menjangkau materi itu sendiri. Kita tidak dapat keluar dari pikiran kita dan mengetahui apakah “luar” itu. Apakah suara dalam telepon berkorelasi atau tidak, dapat dikonfirmasikan pada lawan bicara di telepon. Namun, konfirmasi ini juga hanya persepsi yang dialami otak kita.
Sebenarnya, orang-orang ini juga mengalami kejadian yang sama di dalam mimpi mereka. sebagai contoh, Senel dapat saja melihat dalam mimpinya bahwa ia berbicara di telepon dan kemudian meminta orang yang ia ajak bicara mengkonfirmasikan pembicaraan tersebut. Atau Pekunlu dalam mimpinya mengalami “ancaman serius” dan menyarankan orang-orang membaca buku-buku Lenin yang sudah kuno. Apa pun yang mereka lakukan, para materialis ini tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa kejadian-kejadian yang mereka alami dan orang-orang yang mereka ajak bicara di dalam mimpi hanyalah persepsi belaka.
Lalu siapakah seseorang yang dapat mengkonfirmasi bahwa citra di dalam otak berkorelasi atau tidak? Apakah kepada wujud bayangan di dalam otaknya lagi? Tak diragukan lagi, materialis mustahil menemukan sumber informasi yang dapat memberikan data mengenai keadaan di luar otak dan mengkonfirmasikannya.
Mengakui semua persepsi terbentuk di dalam otak, tetapi juga mengasumsikan bahwa seseorang dapat melangkah “keluar” dari otak dan mengkonfirmasikan persepsi ini pada dunia luar, menunjukkan kapasitas pemahaman yang terbatas dan penalaran yang terganggu.
Sebenarnya fakta yang dijelaskan di sini dapat dengan mudah ditangkap oleh orang dengan tingkat pemahaman dan penalaran normal. Setiap orang yang berpikiran lurus akan mengetahui, sehubungan dengan semua yang telah kita bicarakan, bahwa ia mustahil menguji keberadaan dunia luar dengan indranya. Namun, terlihat jelas bahwa ketaatan buta terhadap materialisme telah mengganggu penalaran manusia. Oleh karenanya, materialis kontemporer menunjukkan gangguan logika berat seperti guru-guru mereka yang mencoba “membuktikan” keberadaan materi dengan menendang batu atau memakan kue.
Seperti telah dikatakan sebelumnya pula, kondisi ini bukan sesuatu yang mengherankan; sebab ketidakmampuan memahami adalah sifat umum semua orang yang tidak beriman. Dalam Al-Qur’an, Allah secara khusus menyatakan bahwa mereka adalah “kaum yang tidak mau mempergunakan akal” (QS. Al- Maidah, 5: 58)
note:
162. Teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup di muka bumi tercipta sebagai akibat dari peristiwa kebetulan dan muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Teori ini bukanlah hukum ilmiah maupun fakta yang sudah terbukti. Di balik topeng ilmiahnya, teori ini adalah pandangan hidup materialis yang dijejalkan ke dalam masyarakat oleh kaum Darwinis. Dasar-dasar teori ini – yang telah digugurkan oleh bukti-bukti ilmiah di segala bidang – adalah cara-cara mempengaruhi dan propaganda, yang terdiri atas tipuan, kepalsuan, kontradiksi, kecurangan, dan ilusi permainan sulap.
Teori evolusi diajukan sebagai hipotesa rekaan di tengah konteks pemahaman ilmiah abad kesembilan belas yang masih terbelakang, yang hingga hari ini belum pernah didukung oleh percobaan atau penemuan ilmiah apa pun. Sebaliknya, semua metode yang bertujuan membuktikan keabsahan teori ini justru berakhir dengan pembuktian ketidakabsahannya.
Namun, bahkan sekarang, masih banyak orang beranggapan bahwa evolusi adalah fakta yang sudah terbukti kebenarannya – layaknya gaya tarik bumi atau hukum benda terapung. Sebab, seperti telah dinyatakan di muka, teori evolusi sesungguhnya sangatlah berbeda dari yang diterima masyarakat selama ini. Oleh sebab itu, pada umumnya orang tidak tahu betapa buruknya landasan berpijak teori ini; betapa teori ini sudah digagalkan oleh bukti ilmiah pada setiap langkahnya; dan betapa para evolusionis terus berupaya menghidupkan teori evolusi, walaupun teori ini sudah “menghadapi ajalnya”. Para evolusionis hanya mengandalkan hipotesa yang tak terbukti, pengamatan yang penuh prasangka dan tak sesuai kenyataan, gambar-gambar khayal, cara-cara yang mampu mempengaruhi kejiwaan, dusta yang tak terhitung jumlahnya, serta teknik-teknik sulap.
Kini, berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti paleontologi (cabang geologi yang mengkaji kehidupan pra-sejarah melalui fosil – penerj.), genetika, biokimia dan biologi molekuler telah membuktikan bahwa tak mungkin makhluk hidup tercipta akibat kebetulan atau muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Sel hidup, demikian dunia ilmiah sepakat, adalah struktur paling kompleks yang pernah ditemukan manusia. Ilmu pengetahuan modern mengungkapkan bahwa satu sel hidup saja memiliki struktur dan berbagai sistem rumit dan saling terkait, yang jauh lebih kompleks daripada sebuah kota besar. Struktur kompleks seperti ini hanya dapat berfungsi apabila masingmasing bagian penyusunnya muncul secara bersamaan dan dalam keadaan sudah berfungsi sepenuhnya. Jika tidak, struktur tersebut tidak akan berguna, dan semakin lama akan rusak dan musnah. Tak mungkin semua bagian penyusun sel itu berkembang secara kebetulan dalam jutaan tahun, seperti pernyataan teori evolusi. Oleh sebab itulah, rancangan yang begitu kompleks dari sebuah sel saja, sudah jelasjelas menunjukkan bahwa Tuhan-lah yang menciptakan makhluk hidup. (Keterangan lebih rinci dapat dibaca dalam buku Harun Yahya, Miracle in the Cell).
Akan tetapi, para pembela filsafat materialis tidak bersedia menerima fakta penciptaan karena beragam alasan ideologis. Hal ini disebabkan kemunculan dan perkembangan masyarakat yang hidup dengan berpedomankan akhlak mulia yang diajarkan agama yang sejati kepada ummat manusia melalui perintah dan larangan Tuhan bukanlah menjadi harapan kaum materialis ini. Masyarakat yang tumbuh tanpa nilai moral dan spiritual lebih disukai kalangan ini, sebab mereka dapat memanipulasi masyarakat yang demikian demi keuntungan duniawi mereka sendiri. Itulah sebabnya, kaum materialis mencoba terus memaksakan teori evolusi – yang berisi dusta bahwa manusia tidak diciptakan, tetapi muncul atas faktor kebetulan dan berevolusi dari jenis binatang – serta, dengan segala cara, berupaya mempertahankan teori evolusi agar tetap hidup. Kaum materialis meninggalkan akal sehat dan nalar, serta mempertahankan omong-kosong ini di setiap kesempatan, walaupun bukti ilmiah dengan jelas telah menghancurkan teori evolusi dan menegaskan fakta penciptaan.
Sumber : Runtuhnya Teori Evolusi karya Harun Yahya. –tambahan dari penyusun.
163. Dr. H. Agus Usmansyah Suryasoemirat dalam bukunya yang berjudul ’Membedah Isra Mi’raj Melalui Ilmu Astrofisika’, menulis : ”Suatu ketika, di dalam suatu majlis, Rasululloh SAW. di tengah-tengah para sahabat ditanya oleh seorang yang belum beriman/kafir/nonmuslim untuk menunjukkan mu’jizat yang bisa diperbuat oleh Rasulullah SAW. Padahal Rasululloh SAW. telah mengajarkan bahwa mu’jizat sudah berada di sekitar mereka, yaitu keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada bukan kita yang menciptakannya: mulai dari rasa haus, air minum, rasa lapar, kurma/makanan, daging kambing, domba bakar, kayu bakar, api, panas, pasir batu, bumi, udara, awan, meteor, bulan, matahari, bintang, galaksi, nova, supernova, jauh, dekat, jarak dan waktu dan semuanya ini telah diajarkan oleh Al-Qur’an, singkatnya Mu’jizat yang ditampilkan atau yang diberikan/dimiliki/diperbuat/diucapkan oleh Rasululloh SAW adalah antara lain kitab suci Al-Qur’an, yang di dalamnya diajarkan bahwa Tuhan Seru sekalian alam adalah Allah SWT. Yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Suci dan seterusnya.
Jawaban Rasululloh SAW. tersebut dapat diterima serta merta oleh para sahabat, tetapi tidak bisa diterima oleh orang belum beriman/orang kafir/non-muslim tersebut. Kita maklum bahwa tidak ada seorang Professor ahli fisika (dari dahulu sampai sekarang) yang dapat membuat sebutir elektron atau sebutir proton atau sebutir quark atau sebutir neutrino, atau sekedar membuat suatu ruang untuk tempat partikel-partikel tersebut (elektron, proton, quark, neutrino) dan lain-lain dari ketidakberadaan. Apatah lagi membuat sebuah molekul yang sederhana sekalipun seperti molekul air. Lebih-lebih atom dan molekul penyusun kehidupan seperti yang terdiri dari : C, H, O, N, S, P, Fe, Mg, Zn, Cu, dan lain-lain sampai ke asam amino dan DNA. Ini artinya para sahabat Nabi SAW. maklum dan meyakini benar bahwa hidupnya semata-mata karena Allah Ta’ala juga matinya semata-mata karena Allah Ta’ala juga ibadah dan shalatnya karena Allah SWT.
Jadi seandainya mereka (para Sahabat Nabi SAW.) ada di jaman sekarang dan menyaksikan sendiri kemajuan teknologi informasi (TV, komputer, ponsel, dan sebagainya), teknologi kedokteran (identifikasi DNA, bayi tabung, cloning, dan sebagainya), teknologi ruang angkasa, teknologi nuklir, astronomi dan astrofisika, dan sebagainya, mereka tidak akan heran karena sudah berbekal keimanan bahwa Allah SWT adalah Pencipta semuanya dan bersifat kulli syai’in qodir. Namun, orang kafir tersebut masih belum mau menerima mu’jizat ini. Dia menolak bahwa hidup, ibadah, mati dan lain-lainnya ada karena diciptakan oleh Allah SWT. Ini seperti faham komunisme (Marxisme dan Leninisme)”.
Sementara itu, Albert Einsten (pakar fisika yang dikenal jenius) pernah mengatakan bahwa siapapun yang memperhatikan alam semesta dengan seksama, akan tahu bahwa yang menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Bijak, dan dengan perhitungan. –tambahan dari penyusun.
164. Bersandar pada keyakinan semata, dengan mengabaikan filsafat ataupun penalaran ilmiah dalam masalah agama.
165. Keyakinan yang tidak mempedulikan ada atau tidaknya Tuhan.
166. Doktrin bahwa pengetahuan dibatasi oleh kesadaran diri dan keadaan sensorinya.
Materialis Terperosok dalam Perangkap Terbesar Sepanjang Sejarah
Di Turki, gelombang kepanikan yang melanda kalangan materialis, seperti beberapa contoh terdahulu, menunjukkan bahwa materialis menghadapi kekalahan telak yang belum pernah mereka hadapi sepanjang sejarah. Fakta bahwa materi hanyalah persepsi telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Fakta ini dikemukakan dengan sangat jelas, jujur dan kuat. Yang tersisa bagi materialis hanya keruntuhan seluruh dunia materi, dunia yang mereka percayai secara buta dan menjadi sandaran selama ini.
Sepanjang sejarah manusia, pemikiran materialis selalu hadir. Mereka menentang Allah yang menciptakan mereka karena sangat yakin pada diri sendiri dan filsafat yang mereka pegang. Skenario yang mereka rumuskan menyatakan bahwa materi tidak bermula dan tidak pula berakhir, dan semua materi tidak mungkin memiliki Pencipta. Mereka mengingkari Allah hanya karena kesombongan, dengan berlindung di balik materi yang mereka anggap memiliki keberadaan nyata. Mereka begitu meyakini filsafat ini sehingga menganggap tak mungkin ada penjelasan yang membuktikan sebaliknya.
Semua alasan di atas menjelaskan mengapa fakta-fakta yang disajikan dalam buku ini, yang berkaitan dengan sifat-sifat sejati materi, sangat mengejutkan mereka. penjelasan buku ini telah menghancurkan dasar filsafat mereka dan tak menyisakan apa pun untuk dibicarakan lagi. Materi, yang telah menjadi dasar pemikiran, kehidupan, kesombongan dan penolakan mereka, lenyap tiba-tiba. Bagaimana materialisme bisa bertahan jika materi tidak ada?
Salah satu kekuasaan Allah adalah rencana-NYA terhadap kaum yang tidak beriman. Hal ini dinyatakan dalam ayat “Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya” (QS. Al-Anfal, 8:30)
Allah menjebak materialis dengan membuat mereka berasumsi bahwa materi benar-benar ada, dan mempermalukan mereka dengan cara-NYA. Materialis beranggapan bahwa harta benda, status, jabatan, masyarakat lingkungan mereka, seluruh dunia dan lain-lainnya benar-benar ada, dan dengan mengandalkan semua itu mereka menjadi sombong terhadap Allah. Mereka menentang Allah dengan kesombongan yang melengkapi ketidakpercayaan mereka. mereka sepenuhnya bergantung pada materi. Akan tetapi, mereka benar-benar tidak memahami bahwa Allah meliputi segala sesuatu. Allah menyatakan akibat sikap keras kepala orang-orang yang tidak beriman ini:
“Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya.” (QS. At-Thur, 52: 42)
Barangkali inilah kekalahan terbesar sepanjang sejarah. Sementara materialis menjadi sombong atas kemauan sendiri, mereka mengobarkan peperangan terhadap Allah, dengan cara memunculkan sesuatu yang berlebih-lebihan untuk melawannya. Dalam hal ini mereka telah tertipu dan menderita kekalahan besar. Ayat “Dan demikianlah kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipudaya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya” menunjukkan ketidaksadaran orang-orang yang berperang melawan Pencipta mereka, dan apa kesudahan mereka (QS. Al-An’aam : 123). Dalam ayat lain, kenyatan tersebut diungkapkan sebagai berikut :
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak menyadarinya” (QS. Al-Baqarah, 2: 9)
Ketika orang-orang yang tidak beriman mencoba menyusun rencana, mereka tidak menyadari sebuah fakta penting sebagaimana ditekankan dengan kalimat “mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak menyadarinya” dalam ayat tersebut. Faktanya, segala sesuatu yang mereka alami adalah gambaran yang sengaja dirancang untuk mereka tangkap, dan seluruh rencana yang mereka susun hanyalah citra yang terbentuk di dalam otak mereka, seperti juga seluruh tindakan yang mereka lakukan. Kebodohan telah membuat mereka lupa bahwa tidak ada yang bersama mereka selain Allah, dan karenanya, mereka terjebak dalam rencana jahat mereka sendiri.
Sebagaimana kaum tidak beriman di zaman dahulu, kaum tidak beriman yang hidup sekarang jugamenghadapi kenyataan yang akan menghancurkan rencana jahat mereka sampai ke akar-akarnya. Dengan ayat “.. Sungguh tipu daya setan itu lemah” (QS. An-Nisa, 4: 76), Allah telah menyatakan bahwa rencanarencana tersebut ditakdirkan berakhir dengan kegagalan sejak perancangannya, dan memberikan kabar gembira kepada kaum beriman dengan ayat “… tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu167.” (QS. Ali Imran, 3: 120).
Dalam ayat lain Allah menyatakan: “Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah air yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu pun.” (QS. An-Nur, 24: 39). Begitu pula materialisme, menjadi “fatamorgana” bagi para pembangkang seperti yang disebutkan dalam ayat itu; ketika mereka menemukan jalan keluar, yang mereka dapati hanya ilusi. Allah telah menipu mereka dengan fatamorgana seperti itu, dan memperdaya mereka untuk menerima kumpulan citra ini sebagai suatu kenyataan. Semua orang “penting” tersebut; professor, ahli astronomi, ahli biologi, ahli fisika dan lain-lain, apa pun pangkat dan jabatan mereka, mereka telah tertipu seperti anak-anak, dan dipermalukan karena mereka mempertuhankan materi. Mereka membangun filsafat dan ideologi di atas asumsi bahwa kumpulan citra tersebut absolut. Mereka terlibat dalam pembicaraan serius dan menyebutnya wacana “intelektual”. Mereka menganggap diri mereka cukup bijaksana untuk menawarkan suatu argumentasi tentang kebenaran alam semesta, bahkan membantah Tuhan dengan kecerdasan mereka yang terbatas. Allah menjelaskan situasi ini :
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (QS. Ali Imran, 3: 54)
Bisa saja mereka lolos dari jebakan lain; tetapi rencana yang telah ditetapkan Allah untuk orang-orang tidak beriman begitu sempurna sehingga tidak ada jalan untuk meloloskan diri. Apa pun yang mereka lakukan atau kepada siapa pun mereka meminta pertolongan, mereka tidak akan pernah menemukan penolong selain Allah. Sebagaimana Allah katakan dalam Al-Qur’an, “.. mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain daripada Allah.” (Qs. An-Nisa, 4: 173)
Materialis tidak menyangka akan jatuh dalam perangkap seperti ini. Berbekal seluruh kecanggihan abad ke- 20, mereka mengira dapat bertahan dengan pengingkaran mereka dan mengajak orang lain untuk ingkar pula. Mentalitas abadi orang-orang tak beriman ini dan akhir nasib mereka digambarkan dalam al-Qur’an sebagai berikut :
“Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya168.” (QS. An-Naml, 27: 50-51)
Fakta yang disampaikan ayat ini berarti: materialis harus menyadari bahwa segala sesuatu yang mereka miliki hanya ilusi, dan karenanya semua itu telah dihancurkan. Saat mereka menyaksikan seluruh harta benda, pabrik, emas, uang, anak, suami/istri, teman, pangkat dan status, bahkan tubuh mereka, semua yang mereka anggap ada, terlepas dari genggaman, mereka telah “dihancurkan” seperti dinyatakan dalam surat An-Naml ayat 51. pada tahap ini mereka bukan lagi materi, tetapi jiwa.
Tidak diragukan lagi, menyadari kebenaran ini mungkin merupakan hal terburuk bagi materialis. Fakta bahwa segala sesuatu yang mereka miliki hanyalah ilusi, adalah sama dengan – menurut istilah mereka – “kematian sebelum ajal” di dunia ini.
Kenyataan ini membuat mereka harus sendirian menghadapi Allah. Melalui ayat “Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian”, Allah menyeru manusia agar sadar bahwa manusia sebenarnya sendirian di depan-NYA (QS. Al-Mudatsir, 74: 11). Fakta luar biasa ini diulang dalam beberapa ayat lain:
“Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana Kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu..” (QS. Al-An’am, 6:94)
“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” (QS. Maryam, 19:95)
Dengan kata lain, fakta yang disampaikan kedua ayat di atas mengandung arti: Mereka yang menjadikan materi sebagai tuhannya telah datang dari Allah dan akan kembali kepada-NYA. Mau atau tidak, mereka telah menyerahkan kehendak mereka kepada Allah. Sekarang mereka menunggu hari perhitungan di mana setiap orang akan dipanggil untuk diadili. Betapa pun mereka tidak berkeinginan untuk memahaminya
note :
167. Tipudaya dan perangkap setan untuk menghancurkan hidup manusia ada di mana-mana namun tipudaya dan perangkap mereka hanya bisa menjerat orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah dan menjauhi larangan-NYA. orang yang baik, taat beribadah, dan beriman tidak ada yang suka masuk diskotik, tidak suka musik, Pub, dan tempat maksiat lainnya yang penuh dengan tipu daya dan perangkap agar hidup kita hancur.
Orang yang patuh terhadap ajaran agama Islam akan selamat dari tipu daya apapun; bahkan saya berpendapat bahwa dunia initerutama abad sekarang- adalah ”neraka” bagi orang-orang yang tidak beriman dan ”surga” bagi orang beriman. Orang yang beriman hidup tentram, fisik & psikis sehat- jika sakit pun merupakan penggugur dosa, dan sebagainya sedangkan sabar dan syukur merupakan cara yang tepat untuk dijadikan solusi . Orang kafir hidup resah, fisik & psikis sakit, penuh dengan ketakutan, penderitaan, takut miskin, tidak sabar, tidak pernah merasa puas, takut mati, diliputi oleh tipudaya; bahkan tidak dapat menikmati makanannya karena setan membuat pikirannya melayang-layang kesana-kemari- ingat ini ingat itu-, tergesa-gesa ketika sedang makan dan sebagainya. Mengeluh, putus asa, marah, menjadikan penderitaannya semakin berlipat ganda.
Kebanyakan orang-orang memahami bahwa setan hanya menghancurkan kesuksesan akhirat manusia padahal segala yang bisa menjadikan manusia sukses, sehat, bahagia, tentram, berprestasi, dan lain sebagainya baik di dunia maupun di akhirat akan setan hancurkan sekali pun menggapai kesuksesan dan kebahagiaan di jalan yang tidak diridhai Tuhan. Contohnya seorang musisi yang telah bersusah payah membangun karir selama 30 tahun reputasinya hancur dan dipenjara akibat mengkonsumsi narkoba. Atau, banyak sekali group musik yang bubar karena perselisihan antar anggota; bahkan tak jarang yang bunuh diri. Banyak pula penentang Tuhan yang akhirnya menjadi Psikotik. - tambahan dari penyusun.
168. Kaum disini bisa diartikan orang-orang satu kelompok dalam arti luas, penggemar, pengikut, Fans, anggota klub, dan sebagainya. Idola dan pengemarnya sama-sama dibinasakan oleh Allah baik dengan cara dirusak tubuh, jiwa, kehidupan, diinfeksikan HIV, gila, saling berprasangka buruk, saling merusak dan saling menghancurkan, dan sebagainya; keributan lebih sering terjadi di tempat maksiat antar pelaku maksiat bukan di tempat ibadah. Terkadang kita kagum melihat kekompakan para musisi dalam suatu konser padahal pada hakikatnya mereka sedang saling merusak fisik dan mental satu sama lain. Gitaris menyerang drumer, keybordis dan bassist menyerang gitaris. ”Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (QS. Al-Isra : 53) - tambahan dari penyusun.
KESIMPULAN :
Topik yang telah kami jelaskan sejauh ini merupakan salah satu kebenaran terbesar yang pernah Anda temui dalam hidup Anda. Dengan membuktikan bahwa seluruh dunia materi ini sesungguhnya hanyalah “wujud bayangan”, topik ini menjadi kunci untuk memahami keberadan Allah dan penciptaan oleh-NYA, di samping untuk memahami bahwa Dia-lah satu-satunya wujud mutlak.
Mereka yang memahami permasalahan ini sadar bahwa dunia ini bukanlah tempat seperti anggapan orang pada umumnya. Dunia bukanlah tempat mutlak yang benar-benar ada, seperti yang dipikirkan oleh mereka yang mengembara tanpa tujuan di jalanan, yang bertengkar di klab-klab, yang menyombongkan diri di kafe-kafe mewah, yang membanggakan rumah dan tanah, atau yang mengabdikan hidup mereka untuk tujuan palsu. Dunia hanyalah kumpulan persepsi, sebuah ilusi. Semua orang yang telah kami kutip sebelumnya hanya wujud bayangan yang menyaksikan persepsi ini di dalam otak mereka: meskipun demikian mereka tidak menyadari hal ini.
H A R U N Y A H Y A
"Karena orang-orang sudah pasti terpengaruh oleh saya, saya ingin berusaha dan memperbaiki kerusakan besar yang mungkin telah saya lakukan." (Anthony Flew)
Surat-surat kabar saat ini mengulang perkataan Anthony Flew yang dipenuhi penyesalan ini. Di masanya, Anthony Flew adalah filsuf ateis terkenal. Sebagai seorang profesor filsafat asal Inggris yang kini berusia 81 tahun, Anthony Flew memilih menjadi ateis di usia 15 tahun, dan pertama kali memunculkan namanya sendiri di dunia akademis dengan sebuah karya yang terbit di tahun 1950. Selama 54 tahun kemudian, ia mendukung ateisme sebagai pengajar di universitas Oxford, universitas Aberdeen, universitas Keele dan universitas Reading, di banyak universitas di America dan Kanada yang ia kunjungi, dalam berbagai debat, di buku-buku, di ruang-ruang kuliah dan dalam tulisan-tulisannya. Namun baru-baru ini, Anthony Flew telah mengumumkan bahwa ia telah meninggalkan kekeliruan ini dan menerima bahwa alam semesta telah diciptakan.
Penyebab utama dari perubahan pandangan yang sangat mendasar ini adalah bukti jelas dan pasti yang diungkap ilmu pengetahuan tentang penciptaan. Setelah mengetahui kerumitan makhluk hidup yang didasarkan pada keberadaan informasi, Anthony Flew menyadari bahwa asal usul yang sesungguhnya dari kehidupan adalah rancangan cerdas (intelligent design) dan bahwa ateisme yang telah dianut dan dipertahankannya selama 66 tahun adalah filsafat yang telah terbantahkan.
Anthony Flew mengemukakan alasan-alasan ilmiah yang mendasari perubahan keyakinan ini dalam ungkapan berikut:
"Berdasarkan tingkat kerumitan yang hampir tak dapat dipercaya dari penataan yang dibutuhkan untuk memunculkan [kehidupan], penelitian para pakar biologi terhadap DNA telah menunjukkan bahwa suatu kecerdasan pastilah telah ikut campur tangan." (1)
"Sudah terlampau sulit bahkan untuk memulai berpikir tentang membangun sebuah teori alamiah tentang evolusi makhluk hidup pertama yang dapat berkembang biak." (2)
"Saya telah menjadi yakin bahwa sungguh mustahil makhluk hidup pertama berevolusi dari benda mati dan kemudian berkembang menjadi makhluk yang luar biasa rumitnya. " (3)
Penelitian DNA yang dikutip Anthony Flew sebagai alasan mendasar perubahan pandangannya telah benarbenar mengungkap fakta-fakta mengejutkan tentang penciptaan. Bentuk heliks (rantai ganda terpilin) dari molekul DNA , kode genetik yang ada padanya, susunan nukleotida yang menggugurkan teori kebetulan, kemampuan menyimpan sejumlah besar informasi, dan banyak penemuan mengejutkan lainnya telah mengungkapkan bahwa struktur dan fungsi-fungsi molekul ini dirancang bagi kehidupan dengan rancangan khusus. Ulasan para ilmuwan yang menggeluti penelitian DNA menjadi saksi atas fakta ini.
Contohnya adalah Francis Crick, salah seorang ilmuwan yang mengungkap bentuk heliks DNA. Dihadapkan pada penemuan tentang DNA, Francis Crick mengakui bahwa asal usul kehidupan mengisyaratkan sebuah keajaiban:
Seorang yang jujur, yang memiliki seluruh pengetahuan yang kini tersedia di hadapan kita, hanya dapat menyatakan bahwa dalam beberapa hal, asal usul kehidupan saat ini tampak hampir menyerupai sebuah keajaiban, sungguh banyak kondisi yang harus dipenuhi agar hal tersebut dapat terjadi. (4)
Berdasarkan perhitungannya, Led Adleman dari Universitas Southern California di Los Angeles mengatakan bahwa satu gram DNA dapat menampung informasi sebanyak satu triliun CD. (5) Gene Myers, seorang ilmuwan yang dipekerjakan pada Human Genome Project (Proyek Genom Manusia), mengatakan hal berikut ini ketika berhadapan dengan penataan menakjubkan DNA yang ia saksikan:
"Apa yang sungguh mengejutkan saya adalah arsitektur kehidupan... Sistemnya begitu teramat rumit. Sepertinya hal itu telah dirancang...Ada kecerdasan mahahebat di sana." (6)
Fakta paling mengejutkan tentang DNA adalah bahwa keberadaan informasi genetik yang terkodekan (berupa sandi) sudah pasti tidak dapat dijelaskan dalam istilah materi dan energi atau hukum-hukum alamiah. Dr. Werner Gitt, profesor di Institut Fisika dan Teknologi Federal Jerman (the German Federal Institute of Physics and Technology), mengatakan berikut ini seputar masalah tersebut:
Sebuah sistem pengkodean (sistem sandi) selalu merupakan hasil dari suatu proses mental... Perlu ditegaskan bahwa materi saja tidak mampu memunculkan kode apa pun. Seluruh pengalaman menunjukkan bahwa dibutuhkan sebuah wujud yang mampu berpikir yang dengan kehendaknya sendiri menggunakan kemauan bebasnya, kemampuan memperoleh pengetahuan, dan kemampuan berkaryanya… Belum pernah ada hukum alamiah yang dengannya materi dapat memunculkan informasi, belum pernah ada pula proses fisika atau fenomena materi yang dapat melakukan hal ini. (7)
Para ilmuwan dan filsuf pendukung penciptaan berperan besar dalam penerimaan perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang didukung oleh semua penemuan ini. Sebelumnya, Anthony Flew turut serta dalam sejumlah debat dengan para ilmuwan dan filsuf yang mendukung penciptaan, dan saling bertukar pikiran dengan mereka. Titik balik dalam proses tersebut adalah sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Metasaintifik (the Institute for Metascientific Research) di Texas pada bulan Mei 2003. Anthony Flew ikut serta bersama dengan pengarang Roy Abraham Varghese, pakar fisika dan biologi molekuler asal Israel Gerald Schroeder, dan filsuf Katolik Roma John Haldane. Anthony Flew terkesan oleh kuatnya bukti ilmiah yang mendukung penciptaan dan karakter meyakinkan dari argumen-argumen penentangnya, dan menanggalkan ateisme sebagai keyakinan setelah diskusi itu. Dalam surat yang ia tulis kepada majalah Inggris, Philosophy Now edisi Agustus-September 2003, ia memuji buku Schroeder "The Hidden Face of God: Science Reveals the Ultimate Truth" (Wajah Tersembunyi Tuhan: Ilmu Pengetahuan Menyingkap Kebenaran Hakiki) dan buku Varghese "The Wonderful World" (Dunia Yang Menakjubkan). (8) Selama wawancara dengan profesor filsafat dan teologi Gary R. Habermas, yang juga berperan besar dalam merubah pandangannya (9), dan dalam video "Has Science Discovered God?" (Sudahkah Ilmu Pengetahuan Menemukan Tuhan?), ia secara terbuka menyatakan bahwa ia percaya pada perancangan cerdas (intelligent design).
"Kecerdasan Meliputi Alam Semesta" dan Keruntuhan Ateisme
Di hadapan seluruh perkembangan ilmiah sebagaimana dipaparkan di atas, pengakuan adanya perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang terkenal sebagai pembela ateisme selama bertahun-tahun, mencerminkan sebuah pemandangan terakhir dalam proses keruntuhan yang dialami ateisme. Ilmu pengetahuan modern telah menyingkap keberadaan suatu "kecerdasan yang meliputi alam semesta", yang dengannya menyingkirkan ateisme.
Dalam bukunya "The Hidden Face of God" (Wajah Tersembunyi Tuhan), Gerald Schroeder, salah seorang ilmuwan pendukung penciptaan yang berpengaruh dalam merubah keyakinan Anthony Flew, menulis:
"Sebuah kesadaran, kearifan universal, meliputi alam semesta. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan, khususnya yang meneliti sifat quantum dari materi penyusun atom, telah menggiring kita mendekati pemahaman yang mengejutkan: seluruh keberadaan adalah perwujudan dari kearifan ini. Di laboratoriumlaboratorium, kita mendapatinya sebagai informasi yang pertama-tama secara fisik mewujud sebagai energi dan kemudian terpadatkan hingga menjadi bentuk materi. Setiap partikel, setiap wujud, dari atom hingga manusia, terlihat mewakili satu tingkatan dari informasi, dari kearifan." (10)
Penelitian ilmiah terhadap cara kerja sel dan partikel-partikel penyusun atom materi telah mengungkap fakta ini tanpa dapat dibantah: Kehidupan dan alam semesta dimunculkan menjadi ada dari ketiadaan oleh kehendak dari suatu wujud yang memiliki kecerdasan dan kearifan yang mahatinggi. Tidak ada keraguan bahwa pemilik pengetahuan dan kecerdasan yang meliputi alam semesta di seluruh tingkatannya adalah Allah Yang Mahakuasa. Allah menyatakan kebenaran ini dalam Al Qur'an:
Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 2:115)
Konsep ini sangat penting karena meruntuhkan filsafat materialis yang menolak keberadaan Allah, dan menghancurkan filsafat tersebut. Inilah sebabnya materialis seperti Marx, Engels, dan Lenin menjadi panik dan gusar, dan memperingatkan pengikut mereka “untuk tidak memikirkannya” jika ada orang yang menyampaikan konsep ini. Sesungguhnya orang-orang seperti ini cacat mentalnya sehingga tidak dapat memahami fakta bahwa persepsi terbentuk dalam otak. Mereka menganggap dunia yang mereka saksikan di dalam otak adalah “dunia luar”. Mereka tidak dapat memahami bukti-bukti yang menunjukkan sebaliknya.
Ketidak sadaran ini dikarenakan Allah tidak memberi kebijaksanaan kepada mereka yang tidak beriman. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an tentang orang-orang yang tidak beriman, “mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai..” (QS. Al-A’raf, 7: 179)
Anda dapat mengkaji lebih jauh lagi dengan menggunakan kekuatan refleksi pribadi Anda. Untuk itu Anda harus berkonsentrasi, memusatkan perhatian dan merenungkan cara Anda melihat benda-benda di sekeliling Anda dan cara Anda menyentuhnya. Jika Anda berpikir dengan penuh konsentrasi, Anda dapat merasakan wujud bijak yang melihat, mendengar, menyentuh, berpikir, dan membaca buku pada saat ini hanyalah jiwa. Jiwa ini pula yang menyaksikan persepsi yang disebut “materi” pada sebuah layar. Orang yang telah memahami hal ini dianggap beranjak dari tataran dunia materi yang telah menipu sebagian besar kemanusiaan, dan masuk ke dalam tataran eksistensi sesungguhnya.
Kenyataan ini telah dipahami oleh sejumlah penganut agama dan filsafat sepanjang sejarah. Intelektual muslim seperti Imam Rabbani, Muhyiddin Ibnu Arabi dan Mevlana Cami menyadari fakta ini dari tanda-tanda di dalam Al-Qur’an dan dengan menggunakan akal mereka. beberapa filsuf barat seperti George Barkeley juga telah memahami realitas yang sama melalui akalnya. Imam Rabbani menulis di dalam Maktubah (suratnya) bahwa alam semesta materi ini adalah “ilusi dan anggapan (persepsi)” dan Allah-lah satu-satunya wujud mutlak:
Allah.. Subtansi semua wujud yang Dia ciptakan tak lain dari kehampaan.. Ia menciptakan semuanya dalam tataran indra dan ilusi.. Eksistensi alam semesta berada di dalam tataran indra dan ilusi, dan bukan materi.. Sesunguhnya, di luar itu tidak ada apa-apa kecuali Wujud Yang Agung (yaitu Allah).
Imam Rabbani secara eksplisit menyatakan bahwa semua citra yang dihadapkan pada manusia hanya ilusi, dan tidak memiliki bentuk asli di “luar”.
Siklus imajiner ini digambarkan dalam imajinasi. Yang terlihat hanyalah dalam batas-batas yang digambarkan saja, walau dengan mata pikiran. Di luar, ini seolah-olah dilihat dengan mata kepala. Namun kejadiannya bukan demikian. Itu bukan penunjukkan atau jejak di luar. Tidak ada apa pun untuk dilihat. Bahkan wajah seseorang yang dipantulkan oleh cermin pun sebenarnya demikian. Tidak ada kekonstanan di luar. Tidak diragukan lagi, baik kekonstanan dan citra hanya dalam IMAJINASI. Allah, Dialah Yang Maha Mengetahui.
Mevlana Cami menyatakan fakta serupa yang ditemukannya dengan mengikuti tanda-tanda dari al-Qur’an dan dengan menggunakan akalnya: “Apa pun yang ada di alam semesta adalah rasa dan ilusi. Semuanya seperti pantulan pada cermin atau bayangan belaka.”
Akan tetapi, sepanjang sejarah, orang-orang yang memahami fakta ini sangat terbatas. Intelektual terkemuka seperti Imam Rabbani menuliskan bahwa mungkin sulit menceritakan fakta ini kepada masyarakat dan kebanyakan orang tidak bisa memahaminya.
Dalam zaman kita hidup, fakta ini telah teruji secara empiris berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, fakta bahwa alam semesta adalah wujud bayangan telah digambarkan secara nyata, jelas dan eksplisit.
Dengan alasan inilah, abad ke-21 menjadi titik balik sejarah di mana manusia pada umumnya akan memahami realitas ilahiah dan akan berbondong-bondong menuju Allah, satu-satunya Wujud Mutlak. Dalam abad ke-21, paham materialistis abad ke-19 akan di buang ke keranjang sampah sejarah, eksistensi dan Ciptaan Allah akan dipahami, seperti dipahaminya fakta ketiadaan ruang dan waktu, manusia akan terbebaskan dari selubung, penipuan dan takhayul kuno yang menyelimuti mereka. tidak mungkin kenyataan tak terbantahkan ini dapat dihalangi oleh suatu wujud bayangan.
Selasa, 17 Maret 2009
SENYUMLAH
Senyum itu mudah
Dibutuhkan 2 urat syaraf sebagai penopang raut wajah
Marah itu susah
Dibutuhkan Ribuan urat syaraf untuk marah
Nabi Kita Muhammad SAW
Seorang pemimpin
Yang kekuasaannya meliputi semenanjung jazirah Arab
Dengan kekuasaannya dia bisa tertawa
Dengan Kekuasaannya dia bisa marah
....Tapi itu semua tidak dilakukannya
Dia lebih memilih tersenyum
Diantara ribuan orang yang susah
Diantara ribuan orang yang bersedih
Diantara ribuan orang yang bergembira
Diantara ribuan hati yang terluka
Hanya satu obat untuk mereka
Senyuman andaSenyum itu mudah
Dibutuhkan 2 urat syaraf sebagai penopang raut wajah
Marah itu susah
Dibutuhkan Ribuan urat syaraf untuk marah
Nabi Kita Muhammad SAW
Seorang pemimpin
Yang kekuasaannya meliputi semenanjung jazirah Arab
Dengan kekuasaannya dia bisa tertawa
Dengan Kekuasaannya dia bisa marah
....Tapi itu semua tidak dilakukannya
Dia lebih memilih tersenyum
Diantara ribuan orang yang susah
Diantara ribuan orang yang bersedih
Diantara ribuan orang yang bergembira
Diantara ribuan hati yang terluka
Hanya satu obat untuk mereka
Senyuman anda
Dibutuhkan 2 urat syaraf sebagai penopang raut wajah
Marah itu susah
Dibutuhkan Ribuan urat syaraf untuk marah
Nabi Kita Muhammad SAW
Seorang pemimpin
Yang kekuasaannya meliputi semenanjung jazirah Arab
Dengan kekuasaannya dia bisa tertawa
Dengan Kekuasaannya dia bisa marah
....Tapi itu semua tidak dilakukannya
Dia lebih memilih tersenyum
Diantara ribuan orang yang susah
Diantara ribuan orang yang bersedih
Diantara ribuan orang yang bergembira
Diantara ribuan hati yang terluka
Hanya satu obat untuk mereka
Senyuman andaSenyum itu mudah
Dibutuhkan 2 urat syaraf sebagai penopang raut wajah
Marah itu susah
Dibutuhkan Ribuan urat syaraf untuk marah
Nabi Kita Muhammad SAW
Seorang pemimpin
Yang kekuasaannya meliputi semenanjung jazirah Arab
Dengan kekuasaannya dia bisa tertawa
Dengan Kekuasaannya dia bisa marah
....Tapi itu semua tidak dilakukannya
Dia lebih memilih tersenyum
Diantara ribuan orang yang susah
Diantara ribuan orang yang bersedih
Diantara ribuan orang yang bergembira
Diantara ribuan hati yang terluka
Hanya satu obat untuk mereka
Senyuman anda
Langganan:
Postingan (Atom)